Priska.M

Guru RA dari Sumbar "Mencoba menjadi yang terbaik"...

Selengkapnya
Navigasi Web

Perempuan (Jangan Manjakan Aku)

Perempuan (Jangan Manjakan Aku)

Minggu, 200221

"Dek, biar Abang yang selesaikan itu, Adek ada janjikan khan sama teman-teman sekolah," kata Rian pada istrinya Sari yang masih berada di dapur.

"Tapi bang," jawab Sari terputus, karena suaminya telah mengambil sendok goreng yang dipegangnya tadi.

"Sana siap-siap, nanti teman-temannya pada nunggu," kata Rian sambil menyuruh Sari pergi meninggalkan dapur.

Saripun pergi meninggalkan Rian sendiri dalam dapur, Sari tidak bimbang harus meninggalkan suaminya sendirian di dapur, karena suaminya sudah ahli dalam urusan masak-memasak.

Saripun segera bersiap-siap, memang hari ini Sari ada janji bertemuan bersama teman-temannya. Sari sangat bersyukur memiliki suami seperti Rian, karena Rian begitu memanjakan dirinya, apa-apa Rian selalu cepat tangkas membantu dirinya, tanpa harus diminta pertolongan terlebih dahulu.

Bukan hanya menggantikan Sari memasak di dapur, Rian pun mau menggantikan tugas mencuci baju bahka merapikan tempat tidur. Seharusnya Sari dilubuk hatinya bahagia sekali, tapi nyatanya tidak. Sari merasa ketakutan dengan sikap Rian, Sari takut Rian pergi dan Sari akui kalau hidupnya memang banyak tergantung pada Rian.

"Bang, Adek mau bicara sama Abang sebentar," kata Sari sambil mendekati suaminya yang lagi asik membaca koran.

"Ada apa dek, tampak serius sekali," jawab Rian sambil melipat korannya.

"Bang, boleh Adek minta sesuatu," kata Sari dengan wajah seriusnya

"Adek mau minta aps, insyaallah Abang penuhi," jawab Rian sambil memegang jari jemari tangan istrinya

"Bang, Adek takut kalau Abang terlalu memanjakan Adek, Adek takut tak bisa hidup tanpa Abang nantinya," kata Sari sambil menatap wajah suaminya.

"Sampai kapanpun, Abang akan memanjakan Adek, karena Adek telah rela berkorban nyawa untuk ke tiga kalinya demi memberikan Abang kebahagian, yaitu putra putri kita, pengegorbanan Adek itu tidak bisa Abang bayar dengan uang sebanyak apapun, makanya dengan kasih sayang bisa Abang balas semuanya, Abang tidak ingin Adek kelelahan dengan mengurus ini semua," jawab Rian sambil merangkul Sari.

Sari hanya bisa diam dan meneteskan air mata, betapa beruntung dirinya mempunyai suami sepertia Rian, tapi rasa takut itu selalu menghantuinya. Sari terus berusa mempersiapk dirinya bisa melakukan suatu sendiri, karena ajal tidak ada yang tahu dan dia tidak ingin lemah saat suaminya tidak ada disampingnya kelak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang keren banget. Sudah saya follow. Sukses selalu dan salam literasi dari Grobogan.

23 Feb
Balas

Aamiin, terima kasih Bun, salam kenal

23 Feb

Kisah Sari mengingatkan saya dengan sosok almarhum suami yang selalu memanjakan saya. Hingga akhirnya, saya pun harus tertatih belajar mandiri ketika Allah memanggilnya. Insyaallah semua tetap ada hikmahnya. Mantap cerpennya, Bunda. Semoga sehat selalu dan semakin sukses.

21 Feb
Balas

Sabar dan terus semangat Bun, salam kenal dan salam literasi

21 Feb

Salam sukses dan salam literasi.

20 Feb
Balas

terima kasih pak

20 Feb

Masya Allah. Cerpen yang penuh makna. Sukses slalu Bunda.

21 Feb
Balas

terima kasih Bun, doa yg sama untuk bunda

22 Feb



search

New Post