Ada pesan masuk lewat WA. Isinya mengingatkan saya agar melanjutkan tulisan kemarin, dhondong opo salak. Usai acara Yuk Jum Semog (Yuk Jumat Semangat Olah Raga) saya kembali ke warung Embet, menemui Pak Ali yang sudah menunggu. Ya....kemarin cerita lagu itu putus karena saya harus masuk kelas. Hari ini akan saya tuntaskan. Karena tidak lama lagi saya harus fokus pada penelitian, menyusul kabar baik dari panitia lomba inovasi pembelajaran (Inobel) Kesharlindung Dikmen.

Duku memiliki fisik yang kecil. Warnanya paste. Cantik. Permukaannya halus. Pesonanya luar biasa. Mengupasnya mudah, tidak susah seperti salak. Rasanya, jangan tanya. Dalam setiap gigitan, memberikan rasa manis yang tiada tara. Begitulah seharusnya manusia. Luar dan dalamnya sama. Penampilan dan hatinya, sama. Omongan dan suasana batinya tembus.

Andong opo becak, mlaku thimik-thimik. Artinya, manusia tidak bisa begitu saja ujug-ujug "menjadi". Ada proses yang panjang. Proses merupakan hal yang sangat penting dalam menggapai tujuan. Proses tidak pernah mengkhianati hasil. Selama proses berlangsung, ada sarana dan prasarana pendukung.

Guna mencapai tujuan, kita bisa menggunakan andong. Bisa juga menggunakan becak. Baik becak manual maupun becak motor (betor). Sarana tersebut butuh biaya. Nah, jika tidak ingin mengeluarkan biaya, kita bisa jalan pelan-pelan (mlaku thimik-thimik)

Andong, becak, dan mlaku thimik-thimik adalah alternatif pilihan untuk menggapai tujuan. Saat dihadapkan pada banyak pilihan, kita harus segera mengambil keputusan. Maka, ambilah keputusan yang tepat yang realistis. Sebab, keberhasilan seseorang salah satunya tergantung dari ketepatan kita mengambil keputusan

Teng......teng....teng....jam ke-2 habis. "Sudah Pak Ali, kopinya gantian saya yang bayar. Saya izin masuk kelas. Saya ada jam di kelas XI IPS 1"