Priya Santosa

Priya Santosa, M.PdI ...

Selengkapnya
Navigasi Web
NAMAKU BALURAN

NAMAKU BALURAN

Orang menyebutku Little africa in Java. Aku memiliki banyak Jalan setapak. Pagi hari ini jalan jalan itu terbungkus kabut. Darah dan syaraf syarafku terlipuit samudra hening. Perjalanan ini hanya sebuah proses. Sebatang batu dan berbagai pepohonan hampir hampir tidak terhitung. Disinilah kehidupan menetes dan bertahan. Disinilah amuk dan kegelisahan hidup berporses. Cukup sekian lama terpinggir. Kerontang selaksa sabana yang semakin terhambur Aku nampak semakin tua dan lelah. Aku tetap tabah dengan beban yang semakin sarat. Kini aku telah mengerti hitam dan merah kehidupan ini. Disini. Aku merindukan ayahku! Ketika ayahku memanen bulir di sabana sabana. Aku tetap semangat walaupun kadang langkahku gemetar. AKu tetap setia dengan ayahku. Tapi, saat ini gemuruh lolong kerbau dan bantengku tinggal sejengkal saja.Jarak mereka tinggal dengan pinggu gubukku tinggal seinci saja dengan punggung dan pahaku. Wah, seoerti isyarat doa pada alam sekelingku ini. Tapi aku tetap tegar. Sebab, punggungku dibelaknag sana masih bercerita tentang sepasang merpati. Sepasang ayam hutan yang berkeliaran dan berteriak dengan riang. ANdaikan kedua ceritera itu meruap tak tahulah aku. Bibirku tetap senyum. Walaupun nantinya ceritera keduanya berganti dengan sandiwara atauppun tonel yang hingar bingar. Selamat pagi. Itulah sapaan pertamaku pada kedua merpati yang sedang melayang layang di atas pohon meranti. Napas mereka sengaja ciptakan untukku. Ada yang disembunykan. Aku melihat dengan nur hati ini. Kasih sayang keduanya telah menghilang.Ya, Tak seperti ketika ayahku masih bersama mereka. Keduanya seenaknya memagut dan becengkerama di punggung ayahku. Tapi, pagi ini kedua merpati itu hanyalah bertengger di puncak pohon kosong nun jauh. Inilah dirimu sekarang!Teriak kedua merpati itu. Karena engkau telah menirus pipimu, matahari dan jagungku tidak memekarkan bunga lagi. Apakh kami harus bersabar seperti engkau! Keduanya menatapku dengan kuku dan cakar api. Akupun dahaga. Aku roboh terkapar dengan tudingan lapis lapis dua kedua merpati itu. Kenapa mata airku terdiam saja! Mengapa tidak membela pada saat matahari dan api kedua cakar merpati itu liar! Saat warna lembayung di barat telah meruap.Di dadaku ini akupun masih berharap. Keharibaan yang Maha Kuasa. Segumpal lumpur kerbau dan genangan air itu lebih utama dan penting daripada indahnya mahkota. Bila suatu ketika sinar rembulan mulai memerah. Dari jendela ini akan terdengar gemericik suara air. Biarpun kelak langit terluka, jangan sampai terhenti. Pernah pohon pohon kemuning di pinggir gubuk itu bersumpah di depan ayahku: Dengan jasad akarnya yang melewati genangan lumpur melaju di punggung bukit baluran meneteskan awang awang kehidupan mikro kosmos. Itulah sumber sabanaku yang hakiki, bisikku.##

(baluran, sebuah Taman Nasional yang berada diujung timur propinsi jawa Timur. Dalam kondisi penjaga biosfer paru paru bumi, keadaann terkini yang mengenaska!)

Madiun, April 2018

Penulis Kader Konservasi BKSDA WIL. Jatim Alumni sekolah SAGUSABUNgawi dan P4TKIPA

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren saya suka tulisannya mengingatkan saya Desember 2016 menunjungi Baluran Ingin datang kesana lagi dengan bapak ya..

10 Apr
Balas

Siiap b sri ayooo Kemarin tggl 28/3-1 April saya rombongan mgmp

10 Apr

Keren mas bro, mau nulis baluran tempo doeloe 1984 ah

13 Apr
Balas

Keren mas bro, mau nulis baluran tempo doeloe 1984 ah

13 Apr
Balas



search

New Post