Tantangan menulis Gurusiana 365 hari [hari ke-87]

.

Saya termasuk orang yang suka dengan menulis hal baru terutama di bidang sastra, khususnya puisi. Saya tertarik dengan bebrapa haibun karya Must An, senior saya di grup Teras Puisi. Tanpa pikir panjang saya langsung praktik nulis haibun. Ada sensasi berbeda dalam menulis haibun, genre baru puisi yang saya tulis ini.

.

Setelah postingan ketiga di blog gurusiana.id ada pertanyaan di beranda facebook media guru yang cukup menggelitik dan menghentak saya. Sahabat gurusiana (baca:gurusianer) bernama Asmy Idris bertanya, “Haibun itu apa Pak?” Lalu saya cari referensi tentang haibun. Namun tidak banyak tulisan yang membahas tentang haibun. Tulisan ini untuk menjawab pertanyaan Ibu Asmy Idris, dan beberapa pertanyaan yang ada di komentar tulisan saya tentang haibun ke-1 sampai ke-3.

.

Apa itu Haibun?

.

Menurut Wikipedia.Org., Haibun (俳文, secara harfiah, tulisan haikai) adalah bentuk sastra prosimetris yang berasal dari Jepang, yang menggabungkan prosa dan haiku. Jangkauan haibun sangat luas dan sering kali mencakup otobiografi, buku harian, esai, puisi prosa, cerita pendek dan jurnal perjalanan.”

.

Sejarah Haibun

.

Istilah "haibun" pertama kali digunakan oleh penyair Jepang abad ke-17 bernama Matsuo Bashō, dalam sebuah surat yang ditulis kepada muridnya Kyorai pada tahun 1690. Matsuo Bashō ini adalah penyair yang memperkenalkan haibun yaitu genre baru yang menggabungkan prototipe klasik, genre prosa Tiongkok, dan materi pelajaran serta bahasa vernakular. Dia menulis beberapa haibun sebagai catatan perjalanan selama berbagai perjalanannya, yang paling terkenal adalah Oku no Hosomichi (Jalan Sempit ke Pedalaman).

.

Haibun pendek Matsuo Bashō mencakup komposisi yang ditujukan untuk perjalanan dan lainnya yang berfokus pada sketsa karakter, pemandangan lanskap, sketsa anekdot, dan tulisan yang sesekali ditulis untuk menghormati pelindung (dewa.red) atau acara tertentu. Hut of the Phantom Dwelling-nya dapat diklasifikasikan sebagai esai temporer, di Saga Nikki (Saga Diary), dia mendokumentasikan kegiatan sehari-harinya dengan murid-muridnya di musim panas.

.

Haibun tradisional biasanya berbentuk deskripsi singkat tentang tempat, orang atau objek, atau catatan harian perjalanan atau rangkaian peristiwa lain dalam kehidupan penyair. Haibun ini kemudian ditulis dan dipopuerkan oleh penyair haikai sepeninggal Matsuo Bashō seperti Yosa Buson, Kobayashi Issa dan Masaoka Shiki.

.

Ciri-ciri Haibun

.

Sebuah haibun diawali dengan prosa yang merekam adegan, atau momen khusus, dengan cara yang sangat deskriptif dan objektif atau bahkan dapat menempati ruang yang sepenuhnya fiktif atau seperti mimpi. Kemudian diakhiri dengan Haiku. Haiku yang menyertainya bisa memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan prosa dan mencakup atau petunjuk pada inti dari apa yang dicatat dalam bagian prosa. Sedang haiku sendiri (dalam kamus besar Bahasa Indonesia) merupakan puisi Jepang yang biasanya menggunakan sebuah ilusi dan perbandingan yang terdiri dari 17 suku kata dan terbagi menjadi 3 baris, dengan masing-masing baris berisi 5-7-5 suku kata.

.

Itulah sedikit penjelasan tentang haibun. Semoga bermanfaat. Saya jadi malu sendiri, ternyata bagian akhir berupa haiku di tiga tulisan saya belum memenuhi syarat untuk disebut haiku dengan melihat ketentuan jumlah suku kata tiap barisnya. Padahal saya pernah menulis antologi puisi haiku bersama yang kemudian terbit menjadi buku berjudul “Haiku Guru #1”. Saya masih ingat, agar tidak salah dalam jumlah kata tiap barisnya, saya menggunakan kerikil atau kadang jari. Kalau kelebihan suku kata harus ganti kata demikian sebaliknya, bila kurang suku katanya, harus mengganti kata agar jumlah suku katanya berpola 5-7-5. Kesalahan penulisan haiku di tiap akhir tiga tulisan saya di gurusiana.id akan segera saya perbaiki. Salam literasi dari Yogyakarta.

.

Kulon Progo, 18 Februari 2022