Pentigraf ke-25

Tantangan menulis Gurusiana 365 hari [hari ke-12]

.

Sebelum pandemi covid-19, anak tetangga kami, Anindita, umur 9 bulan, menurut kedua orang tuanya dia selalu menangis keras setiap imunisasi. Pada hari Senin, dia diantar kedua orang tuanya untuk imunisasi campak di Puskesmas Pembantu Wates. Karena di puskesmas tersebut jadwal imunisasinya hanya buka setiap hari Rabu, maka kedua orang tuanya membawanya ke Puskesmas Wates.

.

Setelah menempuh perjalanan sekitar seperempat jam, mereka sampai di Puskesmas yang dituju. Di puskesmas tersebut, kebetulan antriannya cukup banyak dan setelah menunggu sekitar satu jam, tibalah giliran Anindita untuk diimunisasi. Karena ibunya takut jarum suntik, maka yang mengantar dia ke ruang dokter adalah ayahnya. Ternyata dokter anaknya adalah dokter muda dan sangat tampan. Namanya dokter Anton.

.

Perawat membatunya untuk menggendongnya. Dengan ramah dokter menyapanya dan mengajaknya bercanda. Dia melihat dokter dan tersenyum riang. Dokter berkata kepadanya kalau dia akan diimunisasi biar sehat dan menasehatinya agar dia tidak usah menangis karena tidak sakit. Di luar kebiasaan, dia mengangguk dan tersenyum. Bapaknya pun terheran-heran. Dia hanya meringis dan diam tidak menangis waktu disuntik. Setelah keluar ruangan istrinya bertanya heran mengapa anaknya tidak menangis seperti biasanya. Suaminya menjawab dengan singkat, “Mungkin karena dokternya ganteng!”

.

Kulon Progo, 18 Mei 2022