Puji Astuti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Fida yang Tegar...

Hari itu hari Jum'at, 27 Oktober 2017. Tiba-tiba smartphoneku berdering. "Ibu Guru ada dimana? Kami perlu bicara dengan Ibu" ucap murid kelasku lewat telpon. Saat itu aku sedang mencetak gambar di Valibri Printing depan sekolah. Aku minta muridku menemuiku saja. Datanglah 2 muridku bersama seorang guru. Tak kuduga, ternyata mereka menyampaikan kabar sedih. Ayah Fila baru saja menghembuskan nafas terakhir lima belas menit usai jam pelajaranku yang berakhir pukul 09.15. Aku kaget dan segera bergegas kembali ke kelasku. Anak-anak tampak sedih. Rekan-rekan guru BK telah mengantar Fida pulang ke rumah, sementara itu aku sebagai wali kelas mengkoordinir siswa untuk takziah. Aku temui 2 guru yang akan mengajar di kelasku hari itu agar memberikan izin kepada siswa kelasku untuk takziah. Alhamdulillah mereka mengijinkan kami meninggalkan kelas.

Kami berangkat bersama naik sepeda motor pukul 11.00. Kami menyusuri jalan yang sangat jauh kurang lebih 30 menit. Sampailah kami di rumah duka, sebuah rumah kecil dan sederhana. Fida memilliki 6 saudara, dia anak yang kelima. Aku temukan Fida menangis di depan jasad ayahnya. DIa sedih karena rencananya akan menengok dan menunggu bapaknya di ICU nanti sore sepulang sekolah. Namun Allah telah memanggil bapaknya. Aku peluk Fida erat, aku kuatkan hatinya. Akhirnya Fida kembali melantunkan ayat-ayat Surat Yasin untuk bapaknya tanpa isak tangis.

Suasana haru menyelimuti rumah sederhana itu. Sambil duduk, beberapa siswa bicara kepadaku. Mereka merasa takjub dengan Fida. Setiap hari dia berangkat ke sekolah dengan naik sepeda, dengan waktu hampir 1 jam. Luar biasa....! Mereka merasa tak sanggup kalau melakukannya. Aku mengiyakan ucapan siswa-siswiku. Betapa tidak, saat naik motor aku pun merasakan betapa jauh perjalanan dari rumah Fida ke sekolah. Aku ceritakan kepada siswa-siswaku, 4 kakak Fida pun dulu juga naik sepeda ke sekolah kita, SMA 1 Kudus. Begitu pun ayah Fida, selalu naik sepeda saat bekerja di salah satu SMP swasta dengan jarak 6 km lebih jauh dari sekolah anak-anaknya. Aku mengenal baik ayah dan kakak-kakak Fida karena mereka semua sekolah di SMA ku. Mereka semua adalah anak cerdas karena SMA kami adalah sekolah terbaik di kota kami, Kudus.

Terbayang olehku ketegaran Fida hari ini dan hari-hari sebelumnya. Ayahnya terserang stroke sehingga separo tubuhnya tidak dapat digerakkan selama 3 bulan. Tapi Fida selalu tampak ceria. Sahabatnya, Oca, bercerita kepadaku. Tadi pagi Oca bertanya mengapa Fida masih masuk sekolah padahal ayahnya sedang di ICU sejak kemarin. Fida bilang "Gak Ca, aku harus tetap sekolah agar tidak ketinggalan pelajaran. Kasihan Mbak yang sudah membiayai sekolahku". Fida pernah bercerita kalau yang membiayai sekolahnya adalah kakak pertama yang kerja sebagai guru honorer di SMA Semesta Semarang. Saat pelajaranku tadi pagi, aku masih melihat Fida yang tegar. Dia bersama teman dalam satu kelompok mempresentasikan rencana kegiatan proyek pembuatan makanan dengan bantuan bakteri di depan kelas. Wajahnya ceria, suaranya pun lantang. Saat kelompok lain presentasi, Fida juga aktif bertanya.

Kupandangi jasad ayah Fida. Aku berdoa kepada Allah semoga beliau husnul khotimah, diterima amal sholehnya dan diampuni dari segala dosa. Aku bangga kepadanya. Sosok ayah yang tegar telah menghasilkan 7 putra-putri yang tegar pula. Kegigihannya naik sepeda saat berangkat bekerja hingga tidak bisa lagi karena sakit, diikuti oleh 5 anaknya. Mereka pun kuat saat harus bersepeda hampir 1 jam. Mereka tumbuh menjadi anak yang kuat dan tabah. Mereka memiliki akhlak yang soleh dan solehah. Selamat jalan Pak, semoga kelak putra-putri bapak menjadi orang sukses yang berakhlak mulia, berkarakter dan berguna untuk agama, nusa dan bangsa. Aamiin.

Sebelum berpamitan, aku ngobrol dengan ibu Fida. Beliau juga seorang wanita yang tabah. Aku peluk Ibu itu, aku kuatkan hatinya. AKu bisikkan bahwa aku akan membantu mencarikan beasiswa untuk kuliah Fida dan adik-adiknya. Tak lupa aku pun memeluk erat Fida. Aku minta dia kuat dan tetap semangat belajar agar meraih prestasi dan dapat membanggakan ayahnya. Aku bsisikkan untuk mencarikan beasiswa saat kuliah nanti. Aku bisikkan bahwa kami semua, kelas X MIPA 1 sangat menyayanginya dan peduli padanya. Kami tidak akan membiarkan Fida sedih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga ketegaran Fida membawanya menuju ke cita-cita Fida. Ikut bela sungkawa Bu Puji, Semoga amal ibadah Ayah Fida diterima disisi Allah. dan ketabahan diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan.

04 Nov
Balas



search

New Post