puji dwi hastuti

Bismillah..., belajar menulis (lagi) setelah lamaaaa mati suri....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengisi Jiwa Setelah Raga

Mengisi Jiwa Setelah Raga

Hari Minggu adalah waktu dimana saatnya menyeimbangkan hak jiwa dan raga. Entah mengapa niatan itu muncul pada saat usia mulai berkepala empat. Ah..., kemarin kemana saja diriku? Terlena oleh kenikmatan sehat dan waktu luang yang hanya diisi dengan minimnya kegiatan.

Minggu pagi ini kumulai pagi dengan berolahraga pagi. Bersepeda mengelilingi kampung. Hmmm... segar sekali rasanya udara pagi hari. Kapan lagi kalau nggak hari minggu, bersepeda pagi bersama suami dan anak-anak. Setiap pagi selain hari minggu, kami sudah disibukkan dengan aktivitasnya masing-masing. Kami manfaatkan moment minggu pagi untuk mengolahragakan tubuh. Bersepeda kurang lebih 10 km sudah membuat kami berkeringat. Lumayanlah untuk membakar kalori, meskipun cuma seminggu sekali.

Pulang dari bersepeda, kami masih berkumpul di teras sambil menikmati teh juga snack seadanya sambil mengobrol ringan. Mendengarkan anak-anak bercerita tentang pengalamannya selama seminggu ini. Wah..,luar biasa bahagianya.

Setelah mengisi raga dengan haknya, segera kami bersiap menuju masjid. Gantian, mengisi jiwa dengan haknya pula. Bahwa jiwa juga harus di upgrade serutin mungkin, agar naik turunnya iman tidak terjadi secara drastis.

Tema pengajian minggu pagi tadi adalah, Optimisme masa depan. Bahwa setiap manusia harus optimis menyiapkan masa depan. Bahkan dalam kondisi yang tidak mungkin sekalipun. Dikisahkan Nabi Ibrahim yang beristrikan ibu hajar dan kala itu mempunyai bayi. Qodarullah, Ibu hajar dan putranya harus dipindahkan dari palestina ke mekah. dengan minim bekal, mereka berdua harus bertahan hidup. Sangat tidak mungkin kiranya, mengharapkan air ataupun buah-buahan di tempat setandus itu. Tapi karena doa ibu hajar, ternyata Allah membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Keluarlah mata air dari kaki Ismail yang sedang menjejak-jejak ke tanah. Ibu hajar berkata, Zumi, Zumi. Berkumpullah, berkumpullah wahai air. Akhirnya jadilah sumber mata air yang sangat hebat. Air zam-zam yang tidak pernah habis, meskipun diambil oleh umat islam di seluruh dunia. Air zam-zam yang tidak basi meskipun disimpan sewindu sekalipun.

Hikmah yang bisa diambil dari kisah yang diceritakan ustadz pagi ini adalah, tetaplah berdoa dan meminta kepada Allah, meskipun dirasa tidak akan mungkin atau tidak ada kemungkinan sama sekali. Allahlah sang Maha pengabul segala doa. Kun Fayakun, Jadilah, maka terjadilah. Kalau Allah sudah berkehendak, tidak ada yang mustahil.

Minggu, 20 Januari 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah asupan jiwa dan raganya, keduanya dapat. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

20 Jan
Balas

Terimakasih pak, semoga bisa konsisten dan tidak terserang penyakit malas... Hehehe. Salam kenal bapak...

20 Jan

Subhanallah, dua-duanya dapat, Kun Fayakun

20 Jan
Balas



search

New Post