Romantika Si Gadis Jawa-Part 13 (Tagur-172)
#TantanganGurusiana Hari ke-172
#CeritaBersambung
#RSJ
Romantika Si Gadis Jawa
Oleh : Puji Lestari, S.Pd.
Dewa menoleh. Mendapati Doni tengah menertawakannya. Kepalan tangan mendarat mulus di lengan Doni.
"Sial*n lu. Abang lu ini nggak jelek-jelek amat."
"Atau dia udah ada pengganti lu. Jaman sekarang siapa sih yang tahan LDR. Yang cuma modal telponan akan kalah sama yang modal ngapel bawa seserahan." Lagi-lagi Doni tertawa.
"Nggak mungkin lah. Widuri bukan tipe cewek begitu. Dia selalu bilang kalau orang tuanya gak setuju. Kan aneh. Gue belum ketemu loh sama orang tuanya."
"Mungkin karena perhitungan jawa kalian nggak cocok kali."
Dewa mengerutkan kening. Perhitungan Jawa? Perhitungan macam apa? Apa karena ini Widuri seakan menghindar. Atau mungkinkah sudah ada nama baru yang mengisi kekosongannya.
Berbagai kemungkinan itu terus saja menggelayuti pikiran Dewa. Hingga 2 hari sejak pertemuannya dengan Widuri. Ia masih saja bergumul dengan pikirannya. Pesan yang dikirimnya tak kunjung mendapat balasan. Ia Berusaha menepis segala keraguan.
[Maafkan Adek ya Mas. Mungkin Adek terlalu egois. Adek tahu niat Mas baik. Besok malam Adek tunggu di rumah.]
Membaca pesan itu membuat girang hati Dewa. Sirna sudah keresahannya. Musnah sudah keraguannya.
Di dalam kamar 3 x 3 meter Widuri merenung. Mencoba memberanikan diri. Berserah dengan apa yang akan terjadi.
Dipandangi foto di ponselnya. Foto yang memperlihatkan potret Dewa tertangkap kamera sedang memperhatikannya. Sementara dia tidak menyadari ada kamera yang menyorotnya. Dia sedang menata barang untuk bakti sosial.
"Bagaimana kalau ternyata kita tidak berjodoh, Mas?" Gumamnya.
Air matanya menetes. Sesak seketika menyerang dada. Widuri tak sanggup membayangkan hal buruk itu terjadi. Dewa adalah lelaki pertama yang berhasil masuk dalam hati dan menguncinya.
Teringat setiap perlakuan Dewa yang begitu mengesankannya. Yang membuat Widuri semakin memupuk subur rasa cintanya. Kala itu di semester 6 saat KKN di sebuah desa pinggiran Jawa Barat.
****
Udara pagi yang dingin merasuk ke dalam kulit. Widuri dan teman-temannya sibuk dari pagi. Mereka mengadakan acara perlombaan menyambut HUT RI. Ini sekaligus menjadi program kerja terakhir sebelum mereka menyelesaikan KKN di desa tersebut.
"Ra, sudah hampir maghrib. Kita pulang yuk. Nanti kemalaman," ajak Widuri.
"Tanggung Wid. Ini sebentar lagi siap loh." Tiara masih sibuk memunguti sampah yang berserakan.
"Iya Wid. Besok nggak perlu lagi kita balik kesini. Lagian juga kan ada para cowok-cowok ini. Nggak perlu takut lah," sahut teman lainnya.
Akhirnya Widuri mengikuti teman-temannya. Segera membersihkan sampah sisa perlombaan. Hari esok sudah disibukkan lagi mempersiapkan acara perpisahan dengan kepala desa dan perangkatnya.
Tepat saat adzan maghrib berkumandang, pekerjaan mereka selesai. Mereka bersama-sama menuju mushala yang jaraknya 100 meter dari sana.
"Mohon perhatiannya ya, kami yang laki-laki diajak ngumpul bareng pemuda sini. Lusa kan kita sudah pulang, untuk salam perpisahan katanya. Kalian pulang sendiri nggak apa-apa kan?" ucap ketua rombongan.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Terima kasih bunda
Keren
Terima kasih bu
Wow mantap ceritanya. Ditunggu kisah romantika selanjutnya.
Terima kasih, Pak. Salam literasi