Romantika Si Gadis Jawa-Part 14 (Tagur-173)
#TantanganGurusiana Hari ke-173
#CeritaBersambung
#RSJ
Romantika Si Gadis Jawa
Oleh : Puji Lestari, S.Pd.
"Mohon perhatiannya ya, kami yang laki-laki diajak ngumpul bareng pemuda sini. Lusa kan kita sudah pulang, untuk salam perpisahan katanya. Kalian pulang sendiri nggak apa-apa kan?" ucap ketua rombongan.
"Nggak bisa sebagian antar kita balik dulu?" sahut Tiara.
"Iya, ini kan sudah gelap. Sepi kampungnya kalau sudah jam segini." Widuri menambahkan.
"Kita udah ditunggu. Nggak enak. Lagian juga masih jam segini. Nggak ada apa-apa lah. Nanti kami cepat balik kok. Kunci aja pintunya dari dalam. Kita udah bawa serapnya."
"Ya udah deh, kita balik sendiri aja," kata salah seorang teman Widuri. Mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan. Menunggu mereka disini pun juga tidak mungkin.
Mereka KKN ada 10 mahasiswa. 6 laki-laki dan 4 perempuan. Laki-laki ditempatkan lebih banyak karena lokasinya yang berada jauh dari kota. Memerlukan waktu 3 jam perjalanan untuk sampai di desa itu.
Empat mahasiswi kini berjalan beriringan menuju basecamp. Mereka berjalan kaki melewati jalan desa yang mulai sunyi. Jarak rumah satu dengan lainnya agak berjauhan. Masih banyak kebun-kebun yang dipenuhi tanaman milik warga. Karena pekerjaan utama penduduk disana adalah bertani.
Lampu penerangan yang minim membuat jalanan yang mereka lalui menjadi gelap. Widuri memegang erat lengan Tiara. Di depannya ada 2 orang teman lagi yang berasal dari jurusan berbeda.
"Assalamu'alaikum neng. Mau kemana malam-malam begini?" Tiba-tiba muncul 3 orang pemuda dari arah belakang.
"Mau balik ke basecamp, Bang," sahut Tiara.
"Kemana para bujangnya? Kok nggak ditemani."
Widuri semakin merasa risih. Salah satu dari mereka berjalan semakin mendekat ke arahnya. Aroma alkohol menguar dari mulut mereka. Dia menggoyang-goyangkan lengan Tiara. Memberi isyarat untuk mempercepat langkah.
"Maaf ya, Bang. Kami duluan." Teman Widuri yang ada di depan berpamitan. Sekaligus memberi tanda untuk segera menghindar.
"Kok buru-buru sih, neng. Abang temani aja. Biar nggak kesepian."
Spontan Widuri menjerit. Tangan pemuda itu memegang bahunya lalu mengelus dagu dan pipinya.
"Abang jangan kurang ajar ya." Widuri memberanikan diri. Meskipun gelap ia masih bisa melihat wajah lelaki itu. Sorot cahaya lampu dari kejauhan samar memperlihatkan wajahnya.
"Nggak usah jual mahal. Disini nggak ada siapa-siapa kok. Abang semakin tergoda kalau neng teriak begitu."
"Tolong!!!"
Mereka serentak teriak bersama. Sambil berlari menjauhi pemuda yang sedang mabuk itu.
Tiara terjatuh. Kakinya menginjak paku. Widuri yang ketakutan dilanda bimbang. Tak mungkin ia pergi meninggalkan sahabatnya sendirian. Dia berbalik dan memapah Tiara.
"Ayok, abang bantu."
Pemuda itu merangkul dan memeluk Widuri. Wajahnya sudah semakin mendekat hendak menciumnya. Dengan sekuat tenaga Widuri mendorong dengan kedua tangannya. Namun tenaganya tak seimbang dengan tubuh besar pemuda itu.
Air matanya sudah menetes. Sama halnya dengan Tiara. Mereka berdua ketakutan dihadang 3 pemuda. Wajah pemuda itu sudah hampir tak berjarak lagi. Sekali bergerak, bibir pemuda itu menyentuh pipi Widuri.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Terima kasih bunda