Puji Lestari, S.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Romantika Si Gadis Jawa-Part 29 (Tagur-194)

Romantika Si Gadis Jawa-Part 29 (Tagur-194)

#TantanganGurusiana Hari ke-194

#CeritaBersambung

#RSJ

Romantika Si Gadis Jawa

Oleh : Puji Lestari, S.Pd.

Widuri melewati malam dengan bertemankan lara. Saat adzan subuh sudah berkumandang, ia segera bangkit dari kasurnya. Bergegas mandi dan mengambil wudhu.

Selepas salat subuh, Widuri membasahi handuknya dengan air. Ia pakai untuk mengompres matanya yang bengkak. Ia tahu ini tidak akan berefek apa-apa. Tetapi biarlah sedikit mengobati. Daripada tidak sama sekali.

Tring… tring … tring…

Ia melirik ponsel yang ada di sebelahnya. Tertera nama Doni memanggil. Dengan berat ia mengangkat panggilannya.

"Masih lama keluarnya? Aku ada di depan nih."

Widuri terperanjat mendengarnya.

"Ngapain kamu di depan?"

"Nggak usah banyak tanya, cepat keluar ya." Doni mematikan sambungan teleponnya.

Widuri yang masih berada di depan kaca merasa heran. Alisnya mengerut. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, tapi Doni tiba-tiba muncul di kosnya. Ia bergegas menyelesaikan ritual paginya di depan kaca. Mematut diri dan memastikan semua sudah rapi.

Doni sudah berada di ruang tamu saat Widuri keluar.

"Ada apa pagi-pagi kesini?" tanya Widuri sembari melangkah menuju kursi.

Doni menyodorkan bungkusan kantong plastik berwarna putih.

"Apa ini?"

"Sarapan. Aku tadi kepengen bubur ayam, inget kamu jadi sekalian beliin buat kamu. Pasti belum sarapan kan? Bubur ayam jakarta enak loh. Cobain deh," ujar Doni yang sudah rapi dengan baju seragamnya.

"Terima kasih ya. Kamu pagi-pagi begini sudah rapi? Bukannya bank itu masuknya agak siang ya?"

"Ini karena tadi nganter bang Dewa ke bandara. Sekalian aja langsung ke kantor. Takut kejebak macet." Widuri kembali terserang kaget mendengar ucapan Doni.

"M-mas Dewa sudah berangkat?" Terbata Widuri menanyakannya. Rasanya tak sanggup untuk mendengar yang lebih lagi.

"Iya. Naik pesawat subuh tadi. Ya sudah aku balik dulu ya. Jangan lupa dimakan buburnya." Widuri masih mematung. Pikirannya sudah berkelana meninggalkan tuannya. Doni yang hendak berpamitan pun tidak didengarnya.

"Wid…"

"Eh, i-iya… iya terima kasih ya."

"Nggak usah berlebihan. Cengeng banget jadi cewek. Kalau memang cinta ya perjuangkan. Kalau nggak sanggup tinggalkan." Ucapan Doni menyentil Widuri.

Widuri tak menghiraukan lagi kepergian Doni. Bubur ayam yang masih hangat tak mampu menjadi teman pagi yang nikmat. Bagaimana dia bisa meninggalkan begitu saja. Sementara kenangan-kenangan Dewa melekat dalam ingatan.

Bersambung....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cie masih cinta tp baper

04 Sep
Balas

Mantul, mantap betul

20 Sep
Balas

Mantap bunda Puji Lestari ceritanya. Selalu membuat penasaran. Sukses selalu bunda.

04 Sep
Balas

Ayo buk, lanjut.

07 Feb
Balas



search

New Post