Puji Narima Wati, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kartini dan Maternal Mortality

Kartini dan Maternal Mortality

Hingga saat ini kematian ibu (maternal mortality) merupakan suatu permasalahan yang kompleks. Penyebab kematian ibu dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung yaitu akibat perdarahan, eklampsi / preeklampsi, abortus, infeksi, partus lama / persalinan macet dan penyebab lain. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu oleh faktor rendahnya pendidikan ibu atau sosial ekonomi keluarga yang rendah.

Peringatan Hari Kartini setiap tanggal 21 April adalah sebuah peringatan terhadap sosok perempuan yang bernama Ibu Kartini. Beliau diakui sebagai pahlawan perempuan Indonesia yang berjasa mengangkat martabat kaum perempuan dan memperjuangkan emansipasi perempuan.

Kartini wafat pada hari keempat pasca persalinan, artinya wafatnya Kartini masih dalam proses yang berkaitan dengan maternal mortality. Kartini mengalami kehamilan pertama dan dalam proses persalinan meninggal setelah melahirkan putra pertamanya, Raden Mas Soesalit pada tanggal 13 September 1904. Kemudian tanggal 17 September 1904, di usianya ke 25 tahun Kartini wafat.

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Bila dilihat dari waktu dan proses kejadian pasca persalinan, ibu Kartini wafat pada hari keempat pasca bersalin. Kartini wafat akibat mengalami infeksi pasca persalinan. Tanpa bermaksud menyalahkan taqdir Allah swt, mungkin jika beliau masih hidup beliau masih bisa melanjutkan perjuangan hingga lebih lama. Akan tetapi, di waktu lampau tentu pelayanan kesehatan dan ilmu tentang persalinan masih sangat minim.

Oleh karena itu, sebagai perempuan penting kiranya mengetahui penyebab kematian ibu melahirkan agar bisa melakukan langkah antisipasi sebelumnya. Kematian ibu (maternal mortality) yang dimaksud disini adalah kematian yang terjadi akibat kehamilan, saat proses persalinan, maupun pasca persalinan (masa nifas). Kematian ibu merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan suatu bangsa. Jika Angka Kematian Ibu (AKI) sedikit maka bisa dikatakan kesejahteraan masyarakat meningkat.

Ibu atau calon ibu juga perlu mengetahui faktor lain dari penyumbang angka kematian ibu secara tidak langsung. Faktor lain tersebut adalah adanya 5T yaitu Terlalu muda usia ibu saat kehamilan (batasan reproduksi sehat 20-35 tahun); Terlalu tua (kehamilan beresiko pada usia di atas 30 tahun); Terlalu sering (jarak ideal melahirkan 2 tahun); Terlalu banyak (jumlah persalinan lebih dari 4 kali) dan Terlambat upaya penanganan.

Penulis sendiri baru saja melahirkan anak keempat dan masuk pada zona melahirkan dengan resiko tinggi. Oleh sebab itu, penulis intens konsultasi dengan dokter spesialis kandungan agar mendapatkan upaya pencegahan yang benar dan tepat. Selain itu penulis juga bergabung di group whats app ibu hamil dan menyusui agar mendapat ilmu yang lebih banyak terkait melahirkan dan menyusui. Alhamdulillah, dengan izin Allah bisa melahirkan dengan selamat.

Saat Kartini melahirkan mungkin tidak ada dokter spesialis kandungan yang ada waktu itu sehingga sangat disayangkan beliau wafat pasca persalianan terlepas dari taqdir Allah swt. Tetapi di jaman sekarang dengan berbagai fasilitas yang jauh lebih baik, langkah antisipatif untuk mencegah kematian ibu bisa diupayakan. Informasi juga bisa diperoleh baik dari tenaga kesehatan maupun dari internet. Jika sudah ikhtiar tetapi Allah berkehendak lain, itu menjadi hak prerogatif Allah swt.

Solusi Mengatasi Kematian Ibu Akibat Masalah Reproduksi

Ada beberapa solusi untuk mengatasi masalah kematian ibu akibat proses reproduksi antara lain: menyusui bayi sedini mungkin dengan program IMD (Inisiasi Menyusui Dini), setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, setiap terjadi masalah dalam persalinan mendapatkan fasilitas kesehatan dan pelayanan yang memadai. Selain itu bagi perempuan usia subur sebaiknya mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Bila sebagian besar masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan reproduksi ibu dan pentingnya pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas, maka sejarah suramnya kesehatan reproduksi yang dialami oleh Kartini dapat dicegah. Jika semua usaha sudah dilakukan ibu semaksimal mungkin hasilnya tinggal pasrahkan kepada Allah swt. InsyaAllah Ia akan memberikan yang terbaik bagi hambanya.

Jika ibu bisa melahirkan dengan selamat dan sehat tentu ia bisa melanjutkan cita-cita Kartini. Ibu-ibu yang sehat akan menjadi pahlawan-pahlawan baru bagi Indonesia. Ia akan terus memberikan kontribusi positif untuk negaranya. Ia juga akan menjadi ibu yang produktif dengan menghasilkan karya-karya besarnya. Mari menjadi ibu yang siap melanjutkan perjuangan Kartini untuk Indonesia yang lebih baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren....... Kartono pun harus *SIAGA*

22 Apr
Balas

betul. hidup kartono siaga!!

04 Jun

Mantapz.. Bu.

22 Apr
Balas

terima kasih. baru belajar nulis. mohon kritik sarannya

04 Jun



search

New Post