Purbo Kuncoro

Namaku Purbo Kuncoro. Saya lahir di Pekalongan pada tanggal 26 April tahun 1960. Ayah saya bernama Sijam Sami Adji dan ibu saya bernama Sudijanti....

Selengkapnya
Navigasi Web

Suasana Rumah Dinas

Suasana Rumah Dinas

Pagi saat mentari tersenyum

Tahun 1990

Pagi hari saat mentari tersenyum dari balik rerimbunan pohon melinjo di depan rumah dinas, suara beraneka ragam burung bersahutan. Burung cici, emprit, kutilang, trocok, dan betet suaranya memenuhi alam sekeliling rumah dinas. Suara segerombolan kalong yang pulang ke rumahnya di pohon randu samping barat daya rumah dinas menambah alunan simphoni alam saat pagi hari. Dan keluarga burung gagak terbangun. Kwak kwak kwak. Bergantian dengan kalong pada pohon randu yang sama.

Pohon-pohon randu berdiri berjejer dari belakang sekolah sampai persawahan yang terhampar di belakang rumah dinas merupakan rumah bagi berbagai burung. Pating cericit, tuat tuit, bersahutan seakan mereka melantunkan zikir pada sang Maha Pencipta dan Maha Pemberi rejeki. Bersyukur pada Illahi robbil alamiin.

Di belakang rumah dinas ada wangan, sungai kecil sebagai saluran pengairan persawahan. Suara air gemericik menghantam batu dan patok bambu pengatur saluran. Di atas wangan aku buat jembatan dari tiga batang bambu dengan panjang satu meter yang aku rangkai. Di sepanjang jalan setapak di atas wangan para ibu dan pak tani berbaris menuju sawah mereka. Mengolah tanah air pemberian Allah, Tuhan Penguasa Alam Semesta untuk kehidupan seluruh umat manusia. Di tangan petani alam diolah untuk kesejahteraan bersama seluruh manusia. Padi dan tanaman lain sebagai rahmat dan karunia Allah harus disyukuri. Tak ada yang bisa menumbuhkan kecuali Allah subhanahu wa ta'ala. Suara rengeng-rengeng, tertawa gembira dan lenguhan sapi yang sedang membajak sawah bergema dari hamparan persawahan.

Kami pun ikut menggeliat. Segala puji bagi Allah yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami, dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan. Setelah itu kami menunaikan kewajiban sebagai titah manusia, menghadapkan wajah kehadirat Allah dengan dua rakaat shalat subuh. Sehabis shalat kami mulai melakukan kegiatan harian.

Aku menyiapkan cerek dan panci di tungku. Lubang depan untuk menanak nasi dan lubang belakang untuk merebus air. Lalu aku ambil beberapa potong kayu bakar yang ada di samping dapur. Dengan korek jros aku berusaha membuat api untuk menyalakan tungku. Aku siram kayu bakar yang ada di lubang depan dengan minyak tanah, lalu geret korek api, satu kali geret langsung menyala.

Dik Lis mencuci pakaian yang semalam direndam di baskom plastik besar atau istilah kampung Gowok disebut jedi. Tinggal dikucek-kucek satu persatu. Lalu digosrok di lantai tempat mandi. Kemudian setelah itu dibilas dua kali. Selesai mencuci dik Lis mandi.

Ketika aku sedang menjaga api di tungku agar tidak padam, Adi sudah bangun. Dia tidak pernah rewel. Turun dari tempat tidur sendiri. Dia sudah berdiri di depan pintu penyekat antara dapur dan ruang makan

"Bu, pipis," kata Adi memanggil ibunya.

"Sini, dengan bapak,"kataku sambil kubopong Adi menuju pintu belakang dapur. Di tengah pintu, aku suruh pipis di pojok pintu belakang yang mengarah keluar. Adi dimandikan setelah dik Lis mandi.

Aku baru mandi setelah tugas rutin setiap pagi. Pertama membuka warung. Kedua menyapu lantai warung yang masih berupa tanah. Ketiga menata jualan yaitu nasi megono, sayur lodeh, tempe dan tahu goreng, air teh manis serta jajanan anak.

Pukul 06.30 istri dan anakku sudah standby di warung. Istriku menyuapi Adi sambil melayani siswa siswi yang mau sarapan.

Aku pun sarapan. Duduk bersama siswa siswi yang sarapan. Kira-kira 5 menit aku sudah selesai sarapan. Sekitar 10 langkah dari warung, aku sudah sampai di ruang guru. Aku menyiapkan bahan pelajaran hari itu. Selanjutnya aku ke depan, ke halaman sekolah. Sebagai pembina OSIS, aku harus menegakkan peraturan tata tertib sekolah. Mengajari disiplin. Aku tahu konsekuensi dari tugas ini. Pasti ada yang benci padaku. Sedangkan siswa yang disiplin sesuai dengan peraturan tata tertib sekolah, aman-aman saja.

Tulisan di atas, cuplikan salah satu bab dalam novel saya yang ke 5, yang saya tulis di Novelme dengan judul : Istana Mungil.

Limpung, 5 Februari 2021.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post