Puri Astuti

Seorang guru yang masih belajar meninggalkan jejak kebaikan untuk kebermanfaatan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Membangun Ruh dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Membangun Ruh dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

(Sebuah Refleksi dan Kesimpulan)

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan didasar oleh kegelisahannya tentang pelaksanaan pendidikan yang terjadi saat itu. Pendidikan yang hanya diperuntukkan golongan dan tujuan tertentu, bukan pendidikan seutuhnya. Pendidikan menurut ki Hajar Dewantara adalah sebagai upaya memerdekakan siswa untuk tidak tergantung kepada sesama dan berdiri diatas kaki sendiri sesuai dengan kodrat alam. Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa seorang anak membawa kodratnya masing-masing dari Sang Maha Kuasa. Oleh karena itu ia harus dibentuk sebagaimana Sang Maha menginginkannya.

Pendidikan juga harus sesuai dengan kodrat zaman, dimana mereka akan mengarungi zaman yang berbeda dengan orang tuanya. Penyesuaian dengan kodrat zaman, menginginkan pendidikan untuk bisa mempersiapkan siswa hidup pada zamannya kelak. Dengan sistem among, dimana tugas guru adalah menuntun bukan menuntut. Karena guru layaknya petani yang hanya bisa mempersiapkan tanah, merawat, dan menyiangi gulma yang tumbuh disekeliling tanaman. Padi akan tetap menjadi padi. Oleh karena itu seorang petani harus bisa mengenali dan mengetahui cara merawat padi. Sebab padi dan jagung berbeda meskipun keduanya adalah tanaman.

Setelah dalam beberapa kesempatan mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya mendapati hal ini sejalan dengan pelaksanaan pendidikan di negara maju. Bahwa siswa adalah pusat dari pembelajaran, dan pembelajaran harus menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu pembelajaran haruslah membahagiakan. Sebagaimana perkataan Einstein, bahwa burung tidak akan pernah bisa berenang sekalipun ia diajari. Oleh karena itu perlunya pendidikan untuk melihat keberagaman tersebut agar tidak terjadi penyeragaman.

Ruh pengajaran yang saya dapatkan dari Ki Hajar Dewantara menggelitik nurani saya untuk tidak lagi memandang siswa sebagai objek. Saya mulai merubah paradigma saya tentang siswa-siswa saya. Bahwa mereka memiliki haknya sendiri untuk menjadi yang mereka inginkan, dan sebagai guru tugas saya adalah menemukan potensinya untuk kemudian dikembangkan. Sejalan dengan itu, sedikit demi sedikit saya mulai merubah gaya pengajaran saya. Saya mulai mendorong anak-anak untuk berceloteh dalam diskusi. Meskipun awalnya sulit karena mereka terbiasa pasif dalam pembelajaran.

Saya pun mulai memaksa diri saya untuk lebih peka terhadap respon mereka dalam pembelajaran. Hal tersebut saya lakukan untuk bisa menilai gaya belajar mereka agar kedepannya saya bisa melakukan pembelajaran yang berdiferensiasi. Pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Tidak hanya itu, untuk beberapa materi pembelajaran tertentu saya memberikan penugasan kelompok. Saya ingin membiarkan mereka mengeksplorasi sendiri bahan pembelajarannya. Dari sini saya melihat mereka jauh lebih leluasa untuk bisa mengeluarkan gagasan-gagasan mereka kepada teman satu kelompok. Mereka menikmatinya tanpa merasa bahwa mereka sedang belajar.

Dari sini saya semakin yakin bahwa ketika anak diberikan kesempatan dan kepercayaan mereka akan menjadi tumbuh percaya diri. Menjadi manusia yang merdeka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus sekali opini ini Bu, mencerahkan. Terima kasih.

06 Nov
Balas

Ulasan yang sangat menarik dan bermanfaat. Salam literasi.

06 Nov
Balas



search

New Post