PURWAHYANTI

&nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sepatu Hendra

SEPATU

Suasana rumah terasa sepi walaupun penghuninya masih belum tidur. Masing-masing sibuk dengan lamunannya. Di luar sana suara katak bersahutan dengan suara jangkrik mengurangi keheningan dan menambah syahdu pikiran penghuni rumah.

Malam makin larut Hendra beranjak ke peraduannya. Dipan kecil reyot dan sudah mulai termakan rayap. Ketika Hendra merebahkan badannya suara dipan bergerenyit merdu. Berdoa tidak pernah dia lupakan untuk awali istirahat malam sebagai bukti bahwa masih ada yang lebih berhak atas kita yaitu Alloh SWT.

Malam itu terasa sangat panjang karena Hendra tidak bisa tidur. Dia ingat besok pagi adalah hari Senin. Dia akan bertugas sebagai pemimpin pasukan pada upacara bendera. Bukan tidak bisa menjadi petugas namun dia besok harus berdiri di depan teman-temannya sementara sepatunya sudah rusak, sobek di depan seperti buaya yang siap menyantap mangsanya. Andaikata ayah masih ada atau ibunya punya pekerjaan pasti hal ini tidak terjadi padanya.

Hendra hidup bersama ibu dan neneknya yang sudah renta. Hidup di desa yang terpencil di tengah sawah dan di tepi sungai, tidak ada akses jalan menuju desanya. Setiap hari untuk keluar dari kampung itu harus melewati pematang sawah yang licin saat hujan atau kering dan merekah saat kemarau, atau menyeberangi sungai. Saat musim penghujan seperti orang terasing jauh dari kampung tetangga. Ibunya hanya buruh tani yang bekerja saat ada orang membutuhkan tenaganya untuk membantu menanam atau memanen padi, selebihnya hari-hari dilalui ibu Hendra dengan menganggur. Artinya tidak menpunyai penghasilan tetap. Neneknya apalagi karena sudah sangat tua.

Akhirnya malam berganti pagi, Hendra beranjak bangun menuju sumur untuk mandi, mengambil air wudu dan melaksanakan kewajiban orang islam yaitu sholat subuh. Kemudian membantu ibunya dan bersiap-siap ke sekolah. Ketika dia ambil sepatu dan akan dipakainya air matanya menetes. Buru-buru dia usap airmata itu dia tidak ingin ibu melihatnya sedih. Setelah sarapan apa adanya dia berangkat ke sekolah yang jauh dengan melewati pematang sawah. Pematang sangat licin karena musim hujan dan musim petani mulai menggarap sawah. Beruntung hari itu dia dan teman-temannya tidak dimarahi petani.

Sampailah rombongan Hendra di sekolah, sepatu sobeknya penuh tanah liat. Dia bersihkan dulu di selokan dekat sekolah. Dia bertugas dengan baik. Bapak dan ibu guru memperhatikan sikap dan gerak-gerik Hendra yang aneh hari itu. Walaupun dia bertugas dengan baik tapi suaranya tak selantang biasanya, juga cara jalannya tidak setegap biasanya. Ada apa gerangan? Pikir bapak dan ibu Guru.

Setelah upacara selesai anak-anak masuk kelas. Bapak guru mengumumkan bahwa akan ada Pekan Olahraga Pelajar tingkat Kecamatan. Besok hari Selasa akan diadakan seleksi untuk memilih anak-anak sebagai wakil dari sekolah. Bapak Guru memberikan semangat bahwa besok pada saat lomba jika ada yang menang akan diberi hadiah khusus dari Bapak Ibu Guru. Anak-anak menyambut dengan antusias, termasuk Hendra. Hendra punya nyali dan trampil dalam cabang senam. Karena keberaniannya itulah Ibu Ratih selaku guru olahraga memilihnya untuk menjadi atlet senam dari sekolah.

Setiap hari Hendra berlatih giat tanpa mengenal rasa takut dan lelah. Dia bertekad untuk menjadi juara agar dapat membawa nama baik sekolah dan bisa mewakili pelajar kecamatan untuk maju di tingkat kabupaten, selain dia mengharap juga agar nanti mendapat hadiah dari guru – guru, siapa tahu dapat meringankan beban orangtua dan bisa membeli sepatu baru.

Pekan Olahraga Pelajar tingkat kecamatan telah dimulai. Atlet dari sekolah berangkat dengan penuh semangat dengan didampingi Ibu Guru Olahraga dan guru- guru yang lain. Suasana di tempat lomba sangat ramai dipenuhi atlet dari berbagai sekolah dasar se kecamatan. Persaingan sangat seru, karena masing-masing atlet telah mempersiapkan diri dengan baik. Detik demi detik berlalu menjadi menit, menit menjadi jam, semua atlet telah tampil. Hati Hendra berdebar-debar menunggu pengumuman, karena dia sangat mengharap sekali menjadi juara.

Satu persatu cabang senam diumumkan untuk cabang senam artistik putra hanya masuk juara 2, hatinya sedikit kecewa, lama dia termenung. Dan sampai pada cabang senam alat diumumkan. “Hore... Alhamdulillahirobbil alamin” Hendra bersorak sambil mengucap syukur pada Alloh karena dia berhasil menjadi juara 1 dan mewakili kecamatan untuk maju di tingkat kabupaten. Dia terima piala dengan hati berbunga-bunga. Dan dia bertekad untuk berlatih lebih giat lagi. Setelah selesai perlombaan kontingen atlet pulang ke sekolah.

Pada upacara hari Senin setelah pelaksanaan Pekan Olahraga Pelajar dilaksanakan, diadakan penyerahan bonus dari sekolah, dan dari guru-guru. Hendra yang berhasil meraih juara 1 mendapat hadiah uang dari sekolah, bonus rekreasi ke Owabong, hadiah sepatu dari salah satu bapak Guru. Hatinya sangat bahagia, apa yang selama ini dia inginkan tercapai, dia ingin mempunyai sepatu baru. Selain Hendra juga teman-temannya yang meraih juara semua mendapatkan hadiah serta bonus rekreasi ke Owabong dari sekolah dan dari bapak/ ibu guru.

Hari itu pulang sekolah dengan berbunga-bunga. Dia langsung menemui ibunya yang sedang mengasuh adik. Dia peluk ibunya erat-erat, sambil menciumi ibu dan adik bergantian dia tunjukkan hadiah yang diterimanya. Ibunya terharu, meledaklah tangis mereka dalam kesyukuran pada Yang Maha Pencipta yang telah memberikan rejeki melalui perjuangan dan doa anaknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post