Purwati Anwari

Purwati lahir di Bandung, 15 Nopember 1974. Saat ini bekerja di SMPN 1 Tanjungsari, Bogor sebagai guru Bahasa Inggris. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
NEGERI IMPIAN

NEGERI IMPIAN

Sunyi, lolongan anjing hutan memecah keheningan malam, waktu menunjukan pukul 00. 00 dini hari. Rani nampak lelah terbaring di di tempat tidur setelah seharian bermain games di gadgetnya. Dan Luka lebam di pelipisnya akibat benturan karena menabrak pilar tak terasa perih lagi, rasa sakit itu seolah hilang bersama lelap tidurnya.

Sreet…sreet.. suara-suara seperti langkah terseret membangunkan Rani dari tidurnya. Rani tersentak, beberapa hewan nampak mengelilinginya.

" Dimana aku?" gumam Rani sambil memandang sekeliling. Ia berada di sebuah padang rumput di sebelah kolam berhiaskan pohon teratai dengan bunganya yang bermekaran lengkap dengan sepasang angsa yang sedang berenang. Sang angsa nampak menganggukan kepala dan tersenyum padanya. "Halloo.. kamu siapa?"sapa seekor gajah berwarna abu-abu cerah dengan belalai panjangnya. Rani terbelalak tak pecaya,”kamu bisa bicara?” tanya Rani gugup.

"Kenalkan aku Gaje si Gajah " jawab Gajah itu

"A..a..aku Maharani,” Rani tergagap. Beberapa hewan nampak berisik-bisik.

“Maharani…?”

“Mungkinkah dia orang yang kita tunggu-tunggu?”

Gumaman demi gumaman terdengar diantara bisikan-bisikan sangat membingungkan bagi Rani, sampai akhirnya seekor kera berjubah dengan tongkat di tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang sebuah buku usang setebal kamus Bahasa Inggris menghampirinya. “Selamat datang Maharani, selamat datang di negeri Impian. Kami telah lama menantikan kedatanganmu!”Katanya membungkuk memberi hormat.

“Aku tidak mengerti , apa maksud dari semua ini!” ujar Rani kebingungan.

“Kedatanganmu telah diramalkan dalam kitab pedoman kami, kedatangan Sang Maharani yang akan membebaskan negeri Impian dari kutukan Melsi, sang penyihir “

“Aku ? tidak mungkin, kalian pasti salah orang !“ tegas Rani

“ Lihat, luka lebam ini menjadi bukti perjuanganmu melawan Melsi!” ungkapnya sambil menunjuk pelipis Rani yang membiru.

“Aku Monyi sang peramal Negeri Impian menyatakan Sang Maharani telah tiba. Sang Maharani yang akan membebaskan kita semua..!” tegas Monyi diikuti sorak sorai seluruh penghuni Negri Impian. Sementara Rani hanya bisa terbengong-bengong mendengar pernyataan Monyi

"Mari, Maharani..kita berkeliling meninjau keadaan negeri Impian" ajak Gaje sang gajah dengan ramah.

Tak ada pilihan lain, Rani pun akhirnya menuruti ajakan Gaje. Mereka berjalan melintasi jalan setapak berhiaskan bunga-bunga berwarna warni di sisi sepanjang jalan tersebut. Sungai jernih mengalir di salah satu sisi, sementara di sisi yang lain terlihat seekor tikus kecil tersenyum ramah menawarkan secangkir coklat hangat yang nampak lezat.

"Haloo, aku Kusye si tikus “ sapanya memperkenalkan diri. Rani membalas sapaan Kusye dengan senyuman dan lambaian tangan.

"Disini sangat indah, tapi kenapa semua terlihat muram? "tanya Rani heran.

"Itulah dahsyatnya kutukan Melsi,..," jelas Gaje.

"Kamu lihat pohon itu ?" tanya Gaje sambil menunjuk sebuah pohon berdaun warna-warni, Rani terkesima di buatnya. " Woow..indah sekali, Pohon apa itu?"tanya Rani.

"Itu pohon Harapan. Pohon itu merupakan sumber keceriaan di Negeri Impian ini. Pohon itu dulu bersinar terang , tapi, kini sinarnya semakin meredup," jelas Gaje sedih.

"Kenapa begitu ?" tanya Rani heran.

Gaje mengajak Rani lebih mendekat ke pohon Harapan. Nampak sebuah lubang seperti sumur berada di sebelahnya.

"Sumur ini adalah sumber kehidupan dari pohon Harapan. Mari, kutunjukan sesuatu padamu!"katanya mengajak Rani mendekat sampai ke bibir sumur. Sebuah gambaran terpantul dari airnya yang jernih seperti cermin dan bergerak layaknya sebuah film. Nampak seorang gadis berseragam putih biru sedang asyik membaca dibangku belakang, diantara riuhnya suasana kelas. Sementara yang lain asyik dengan gadgetnya masing-masing. Kemudian dia meletakan buku yang sedang dibacanya dan mulai menulis sesuatu dibuku catatannya. Namun beberapa saat kemudian dua orang sahabatnya mengajaknya pergi ke kantin, sehingga gadis itu mengurungkan niatnya untuk menulis.

"Tahukah kau Maharani, pohon Harapan ini hidup dari imajinasi anak-anak yang senang membaca dan menulis seperti kamu. Ketika kamu membaca sebuah buku, maka daun dipohon ini akan tumbuh, lalu ketika kamu menulis daunnya akan bersinar seperti lampu. Namun sinar itu akan meredup ketika kamu mulai malas menulis dan sinarnya akan mati lalu daun itu akan gugur jatuh ke bumi ketika kamu mulai berhenti untuk membaca." Jelas Gaje.

Tiba-tiba, cetaaaar..! terdengar suara menggelar diiringi rintihan memilukan. Dengan sigap Monyi menarik dan menyembunyikan Rani di balik jubahnya. Cetaaaar..!! suara itu terdengar kian dekat. Dari balik jubah Monyi Rani menyaksikan seorang wanita berpakaian serba hitam dengan kereta kencana yang ditarik oleh seorang anak laki-laki yang usianya tidak jauh dari dirinya lewat dihadapannya. Jantung Rani seolah berhenti sesaat, ketika wanita itu menarik tali kekang yang menjerat leher anak Laki-laki itu dan memaksanya untuk berhenti tepat di hadapan Monyi.

"Hmm.. Kenapa hari ini kamu terlihat lebih gemuk, hai monyet tua..? " Wanita itu terkekeh dengan mata tertuju pada tubuh Monyi. "Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan?" imbuhnya. Wajah Monyi pucat seketika, dan Rani darahnya berdesir. Jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat.

"Tentu saja tidak ratuku. Apa yang bisa disembunyikan dari Melsi, sang penguasa Negeri Impian ini!" seru kusye, si tikus tersenyum. Melsi mengangguk-angguk sambil tertawa terbahak-bahak.

"Ini, saya persembahkan secangkir coklat panas untukmu", Kusye tersenyum.

"Hmm..baiklah, Kusye! Kamu memang pengikutku yang paling setia. Kabari aku kalo ada apa-apa. Ingat, minggu depan akan ada pesta untuk merayakan ulang tahunku. Dan pintu istanaku selalu terbuka untukmu! Ayoo jalan!!" perintah Melsi sambil melecutkan cambuknya ke punggung anak laki-laki itu berkali-kali. Kusye membungkuk memberi hormat. Dan Melsipun berlalu seiring teriakan yang menggetarkan seluruh penjuru Negeri Impian.

" Siapa dia? Kenapa dia diperlakukan seperti itu?" tanya Maharani setelah akhirnya keluar dari persembunyiannya.

"Dia Ganesh, anak berprestasi yang senang membaca dan menulis seperti kamu. Dia terjebak di Negeri Impian dan menjadi budak Melsi," jelas Monyi.

"Ya, kasihan sekali anak itu. Aku Menyaksikan sendiri bagaimana kejamnya Melsi memperlakukan dia saat aku masih bekerja sebagai chef istana", ucap Kusye menambahkan cerita Monyi.

"Kenapa dia tidak berusaha untuk membebaskan diri?" tanya Rani sambil mengernyitkan dahi.

"Tidak semudah itu Maharani, Ganesh sudah terpedaya oleh bayangan hitam yang terus menerus mempengaruhi otaknya sehingga tidak bisa berpikir secara jernih" bak seorang narasumber, Kusye memberi penjelasan lebih lanjut.

"Tidak adakah upaya agar kita bisa menolongnya?" tanya Maharani lagi, penjelasan dari Kusye membuatnya semakin penasaran.

"Sangat sulit, Maharani. Bayangan hitam telah merasuki jiwanya selama bertahun-tahun!" Monyi menggelengkan kepala.

"Sebenarnya ada satu cara!" cetus Kusye.

"Bagaimana caranya?" tanya Maharani.

"Dengan cambuk motipet!" Para penghuni Negeri Impian terhenyak dan mulai berisik-bisik."Cambuk motipet adalah senjata pusaka Negeri Impian.Hanya dengan cambuk itulah Bayangan hitam bisa di taklukan." ucap Kusye.

"Ya, benar sekali! Aku pernah membaca tentang cambuk motipet di buku pedoman. Disebutkan bahwa cambuk motipet akan memberikan kekuatan yang luar biasa jika berada di tangan orang yang tepat!" ungkap Monyi membenarkan.

"Sayangnya cambuk itu kini berada di tangan Melsi," ucapnya dengan nada penuh kekecewaan.

"Kalo begitu, kita harus segera merebutnya kembali!" usul Rani di ikuti anggukan dari Monyi dan para penghuni yang lain.

"Tapi siapa yang akan melakukannya?" tanya Monyi, " sebaiknya dilakukan oleh yang muda-muda. kalo saya sudah terlalu tua untuk hal- hal seperti itu," kata Monyi lagi setelah semua mata memandang ke arahnya. Lalu semua mata beralih ke arah Gaje.

"Eh, jangan saya dong. Lihat badan saya besar, susah untuk bersembunyi. Nanti bisa ketahuan lho.., tuh Kusye aja yang badannya kecil!" ujar Gaje seraya menunjuk Kusye.

"Kenapa mesti saya?" tanya Kusye.

"Karena kamu pasti tau seluk beluk istana Melsi, kamu kan pernah bekerja di sana. Selain itu Kelihatannya Melsi sangat percaya padamu, lagian kamu kan yang di undang ke pesta ulang tahunnya Melsi", ujar Maharani. Para penghuni yang lain pun mengangguk-angguk tanda setuju.

"Baiklah, karena ini perintah dari Maharani, saya mau melakukannya. Tapi saya butuh teman untuk mengalihkan perhatian Melsi." ujar Kusye akhirnya. Dan pilihanpun jatuh pada si cantik Merry sang Merak yang pandai menari dan Kut kut, si kutilang yang bersuara merdu.

Dan seminggu kemudian Kusye berangkat ke Istana Melsi dengan ditemani Merry si merak dan Kut kut si kutilang. Sesampainya di sana, Suasana sangat ramai oleh para tamu undangan dari luar Negeri Impian. Sementara Kusye, Merry dan Kut Kut disambut layaknya tamu istimewa. Suasana semakin meriah ketika Kut Kut si kutilang menyanyikan lagu dengan suara merdunya diiringi tarian indah Merry si merak. Semua yang hadir nampak terpesona, begitupun dengan Melsi. Dan saat Melsi terbuai oleh suara Kut Kut dan tarian Merry, Kusye menyelinap masuk ke ruang rahasia tempat dimana cambuk motipet disimpan.

"Aah..itu dia!" Kusye menatap sebuah cambuk yang di letakkan di atas meja yang terbuat dari marmer. Kusye berusaha memanjat meja tersebut. Sesampainya diatas meja, Kusye terbelalak. Sebuah cambuk berwarna keemasan nampak nyata di depan matanya.

"Bagaimana cara aku membawa cambuk sebesar ini." Kusye garuk-garuk kepala kebingungan. "Bahkan gagangnya sekalipun tidak sebanding dengan tubuhku!" Ia berpikir keras lalu akhirnya dia menarik cambuk itu dengan sekuat tenaga dan cambuk itu pun bergeser sedikit demi sedikit. Kemudian, "Aaah.." bruugg..tubuh mungil Kusye terpelanting dan jatuh ke lantai. Lalu.. dugg!! Sebuah benda keras membentur kepalanya serta menimpa dan membuat tubuh mungil nya terhimpit. Selanjutnya, dengan bersusah payah dia berusaha untuk membebaskan diri dari himpitan benda panjang berwarna keemasan itu. Hingga akhirnya tiba-tiba tubuhnya terangkat dengan posisi kepala di bawah. Di hadapannya nampak seraut wajah yang dia kenal dengan baik menyeringai ke arahnya.

"Kamu rupanya, tikus pencuri!" ujarnya membuat Kusye terperangah.

"Hmm..Kalo kulaporkan pada Melsi, aku pasti akan dapat hadiah!" ujarnya lagi sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Jangan Ganesh, aku di sini untuk menolongmu!" Kusye berusaha membujuk dan memohon. tapi Ganesh tak peduli, dia menjinjing ekor Kusye dengan teriakannya yang kian lama kian samar dan akhirnya tak terdengar sama sekali.

Sementara itu, Maharani dan penghuni yang lain menunggu dengan harap-harap cemas. Tak lama berselang terdengar lengkingan suara Kut kut seiring suara kepakan sayapnya yang menggelepar disertai oleh Merry yang berlari pontang panting dengan ekor cantiknya yang sesekali terbuka. "Kusye tertangkap!" teriakan mereka bersahut- sahutan dan menggema ke seluruh penjuru Negeri Impian. dan membuat kepanikan di mana-mana. Tiba-tiba sebuah tawa terdengar seiring meredupnya satu daun yang berwarna kuning keemasan , daun itu gugur dan jatuh tepat diatas kepala Rani . Tawa itu semakin keras dan menggelegar membuat para penghuni negeri Impian berlarian mencari tempat persembunyian.

"Melsi," bisik-bisik beberapa tupai dan kelinci terdengar di balik semak belukar mengiringi langkah seorang wanita berpakaian serba hitam, panjang menjuntai bak gaun pengantin, lengkap dengan tongkat kebesarannya. Wajah yang penuh keangkuhan ditopang oleh leher yang selalu mendongak.

"Hai penghuni negeri Impian, aku Melsi, Ratu kalian datang!” katanya dengan angkuhnya. "Mengapa tidak ada sambutan untukku ? "

"Ooo … jadi kamu yang menyebabkan tidak ada sambutan untukku di negeri yang terkutuk INI dan membuat kekacauan di pesta ulang tahunku?" tanyanya sambil menatap tajam kearah Rani. Beberapa hewan nampak berlindung dibalik tubuh Rani.

"Hey, sini kamu !"serunya pada Gaje, yang berdiri gemetar di belakang tubuh Rani. Tentu saja tubuh ramping Rani tidak dapat menyembunyikan tubuh besar Gaje.

"S.s…sa…saya…..Maharani tolong aku ! " serunya ketika belalainya ditarik oleh Melsi.

"Kamu..sudah mulai berani melawan perintahku ya , kusihir kau jadi kurus !" ujarnya sambil mengayunkan tongkatnya. Tiba-tiba, blaaaarrrr…. sebuah ledakan diiringi cahaya keemasan menghantam tubuh Melsi hingga terpental kebelakang. Diantara cahaya keemaasan itu samar terlihat seorang anak laki laki berdiri dengan cambuk ditangan kanannya dan dipundak kirinya nampak seekor tikus kecil berdiri dengan gagahnya. Sementara tubuh Gaje terdorong menubruk tubuh Rani yang tepat berada di belakangnya hingga membuat Rani terpelanting masuk ke dalam sumur. Rani merasakan tubuhnya melayang, meluncur kedalam lorong gelap yang tak berujung. Antara sadar dan tidak, Rani melihat sosok Seorang Wanita yang cantik nan anggun tersenyum ke arahnya..

"Ibu siapa?" tanya Rani.

"Aku Bunda Literasi, aku adalah peri penjaga sumur ini. Kamu harus kuat Rani, ingat seluruh penghuni Negeri Impian bergantung padamu." ucapnya lembut.

"Bagaimana caranya aku bisa menolong mereka ?"tanya Rani.

"Lupakan games di gadget kamu. Mulailah membaca dan menulis lagi. Ajaklah teman-temanmu, karena imajinasi anak-anak seperti kalian akan membuat negeri Impian semakin hidup. Semakin banyak anak yang gemar membaca dan menulis , pohon Harapan akan tumbuh subur dan kembali bersinar. Dengan begitu kehidupan di negri Impian akan baik-baik saja,"

Rani merasakan tubuhnya kembali melayang setelah Bunda literasi menghilang.Dan….bruugg !! Rani terbangun, ia terjatuh, kepalanya terasa pening karena membentur lantai. Ia melihat sekeliling dan…"Aah cuma mimpi," ujar Rani tersenyum sambil mengusap kepalanya. Ia merasakan ada sesuatu yang tersangkut dirambutnya. Dia mengambilnya dan ….ternyata selembar daun keemasan yang warnanya mulai memudar. Rani terhenyak, Kata-kata Bunda Literasi kembali menggema ditelinganya. Rani tertegun, ia menatap daun yang ada di tangannya lalu tersenyum. Matanya berbinar, kemudian berlari menuju keranjang sampah yang ada di pojok ruangan. Botol bekas minyak wangi ini pasti cantik jika digunakan sebagai vas", gumamnya sambil meletakkan daun tadi pada botol dan menaruhnya di sudut meja belajar. Lalu braaak...! Sebuah buku tersenggol tangannya dan jatuh ke lantai. Buku yang selama berminggu- minggu ini terabaikan karena Rani terlalu asyik bermain games di gadgetnya. Rani tersenyum dan mulai membaca buku itu. Sementara Televisi di kamarnya masih tetap menyala.

"Berita Pagi, dikabarkan bahwa keajaiban terjadi pada seorang anak laki-laki yang bernama Ganesha Prayogo, yang siuman setelah mengalami koma selama berbulan-bulan akibat terlalu asyik bermain games yang menyebabkan terjadinya dehidrasi karena tidak makan selama berhari-hari. Kini bocah anak tersebut dalam kondisi yang stabil dan semakin membaik". Ganesh..." gumamnya, tersenyum dan kembali membaca. Sementara itu, daun di botol bekas minyak wangi mulai membiaskan sinar keemasan yang semakin lama semakin berkilau..

=SELESAI=

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

makin inspiratif dan mencerahkan, semoga makin sukses teman gurusianerku

11 Jul
Balas

Amiin, terima kasih pak. Do'a yang sama untuk bapak

11 Jul

Keren ceritanya ibu.. Salam

11 Jul
Balas

Mantappp...Salam literasi bu...

11 Jul
Balas

Makasih, masih belajar bu.. salam Literasi juga

11 Jul

Alhamdulilah, terima kasih, masih belajar ibu. Salam kenal ya..

11 Jul
Balas



search

New Post