Puspa Anggraheni

Biografi S. Puspa Anggraheni , Purbalingga I Purbayasa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Andai Jumpa Pak Ganjar Pranowo

Andai Jumpa Pak Ganjar Pranowo

Siti, nama panggilannya. Kini kelas 5 di SD 3 Bajong Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Desa ini tergolong desa yang religius. Jangankan mushola, masjid-masjid megah pun tampak berdekatan. Seperti layaknya kota santri.

Tentu saja keadaan ini mewarnai aktivitas sekolah. Misalnya, kegiatan awal sebelum jam efektif, kelas tinggi salat dhuha dilanjutkan menghafal asmaul husna. Ketika azan dhuhur berkumandang, semua kegiatan dihentikan dan semua menuju ke masjid.

Namun hari ini ada peristiwa yang memilukan. Dialah Siti berhidung mancung dengan paras cantik alami. Senyumnya selalu mengembang setiap kali bicara. Sungguh sangat cantik. Sama cantiknya dengan ibu, budhe, dan neneknya. Tanpa perawatan pun sudah cantik, tak kalah dengan Syahrini.

Ia bangun lalu duduk seperti sedang mengabsen nama-nama gurunya sambil tersenyum. Badannya yang kurus dan lemah karena kurang asupan gizi ini sungguh mengiris hati.

Ia terbujur di sebuah kasur dari kapuk yang kumal tanpa seprei. Di amben sebelah kanan juga tergolek balita yang lelap di atas kasur yang senada, kumal dan tanpa sprei. Sebelah kiri terdapat meja kayu kecil hitam, di atasnya terdapat termos air, dan tempat nasi terbuat dari anyaman bambu. Masih di dekat meja itu, terdapat pintu. Di balik pintu terdapat pawon (Jawa, tempat memasak yang terbuat dari tanah liat). Di situ rupanya dapur tempat mereka memasak setiap hari.

Suhu di rumah ini bak di planet venus saja. Ketika siang begitu panas menyengat karena beratap seng. Jika malam tiba, angin berhembus dari kebun lewat lubang-lubang menganga di dinding yang terbuat dari kayu dan sebagian bambu. Suhu dingin hanya berselimut kain jarit (Jawa, kain seperti sarung tapi tidak di sambung).

Satu tahun ini Siti dirawat oleh saudaranya yang tinggal satu desa. Kesehariannya sering diam dan melamun. Konon kata orang di sekitarnya, ada keturunan orang stress. Bahkan semua anggota keluarganya.

Hingga suatu pagi, ada laporan bahwa Siti membawa sepeda dan ikut antre bensin di pom bensin. Ada petugas yang heran sehingga membaca bed sekolah dan segera melaporkan ke sekolah.

Tentu saja saudaranya segera menjemput untuk diajak pulang. Namun setelah kejadian itu Siti memilih tinggal di rumah ibunya.

Di sini tak punya sumur. Ia mandi dan mencuci di sungai. Lantai masih tanah pun tidak rata. Tak ada laki-laki. Tak ada pula yang bekerja. Sungguh miris kehidupannya.

Andai team Bapak Ginanjar ke sini dan membedah rumah ini. Andai Ibu Bupati beserta punggawa kunjung ke mari, memberikan pelatihan dan lapangan kerja. Andai semua orang kaya di desa ini, bersama-sama gotong royong memberdayakan mereka, mungkin Siti bisa sehat dan normal serta sekolah lagi. Bahagia bersama keluarganya.

#catatan kunjungan kerumah Siti 20 September 2019#.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post