Energi Mengalir Mengikuti Arah Perhatian

Energy Flow Where Attention Goes (energi mengalir mengikuti arah perhatian).

Pagi buta sudah dipanggil namaku. Mungkin penjual sayur salah lihat jam atau takut didahului pedagang yang lain. Oh, mereka emak-emak yang tidak tahu strategi monopoli VOC.

Aku salah menduga ternyata bukan pedagang sayur melainkan tetangga yang sengaja ke rumah agar bisa bertemu. Sudah sesibuk itukah aku hehe..

Dia memintaku untuk datang ke rumahnya, menemui adiknya usai opnam satu minggu di rumah sakit.

Dia cerita, adiknya itu sulit tidur meski sudah pakai obat tidur. Aku jawab, insyaallah nanti usai salat maghrib.

Jadwal kegiatan hari itu padat, hanya usai maghrib itulah yang agak jeda. Aku belum tahu harus berbuat apa, hanya pasrah pada Allah, mohon bimbingan dan petunjuk-Nya.

Singkat cerita, aku langsung dibawa ke kamarnya. Kami tinggal berdua di kamar itu. Aku melempar senyum termanisku untuk mencairkan suasana, tapi tak mendapatkan balasan.

Ia nanar menatapku, dingin tanpa senyum sedikit pun. Aku mencoba senyum lagi, kali ini ia harus luluh pikirku.

Aku masih belum tahu harus berbuat apa, kuulangi lagi mohon petunjuk-Nya. Aku menanyakan apa yang dirasakannya.

Ia menceritakan banyak hal sejak kecil sampai saat ini. Namun semua salah dan jahat menurutnya. Aku dengarkan semua ceritanya. Aku ajak bersyukur pada Allah, ia mengatakan" Saya sulit untuk itu, karena Allah tidak adil bla bla bla...

Intinya cara pandang yang melihat dari sisi buruknya (negatif thingking), dengan semua orang di sekitarnya. Bahkan terhadap semua peristiwa yang di mata orang lain itu karunia namun di matanya keburukan.

Kucoba buka youtube musik relaks, kuajak ambil napas sambil pejamkan mata. Alhamdulilah...ia menurut, ini tanda mulai masuk kendaliku.

Kuajak mengingat kembali peristiwa yang paling menyenangkan yang pernah dialami. Ia masih memejamkan mata, ia masuk ke dunia yang menyenangkan. Aku perintahkan untuk membesarkan rasa senangnya, memperjelas gambarnya. Ia terus mengikuti permintaanku.

Kira-kira 10 menit, ia larut dalam kegembiraan. Saat itulah kuajak untuk menilai kembali hal-hal buruk yang sudah diceritakan tadi dengan sebaliknya.

Ajaib, ia mulai tersenyum dan akhirnya menangis minta ampun ke Allah atas semua kesalahannya.

Suara azan mengakhiri perbincangan kami. Aku pamit, tiba-tiba ia meraih tanganku sehingga pipiku bersentuhan dengan pipinya tak terelakkan lagi. Ia menciumi pipiku seakan tak boleh pergi.

Usai dari masjid, kubuka gedget, kakaknya WA mengucapkan terimakasih dan mengatakan bahwa setelah aku pulang, adiknya itu langsung minta makan sendiri dan mau tersenyum.

Ternyata bahagia itu sederhana, dengan mengubah perhatian. Arah perhatiannya tertuju pada kebahagiaan, rasa gembira, rasa syukur maka ia menjadi bahagia. Sebaliknya jika arah perhatiannya kesulitan, kekecewaan, kemiskinan tentu hal-hal buruk itu yang akan didapatkan.

Bukankah hati yang gembira itu obat dari berbagai penyakit? Semoga ibu dengan ketiga anaknya yang sarjana semua itu bisa mengubah arah perhatiannya sehingga hati gembira dan sehat serta bisa beraktivitas sebagai bayangkari mendampingi suaminya yang sudah bertahun-tahun mengurus dirinya yang sakit-sakitan aamiin.

#Catatanawalmaret2020#