Puspa Anggraheni

Biografi S. Puspa Anggraheni , Purbalingga I Purbayasa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Mengapa Guruku Membenciku

Mengapa Guruku Membenciku

Perilaku orang lain terhadapku adalah cerminan hatiku. Apakah Anda setuju dengan penyataan tersebut?

Semua yang di luar kita akan kita rasakan sesuai persepsi kita sendiri.

Siswa itu netral, kitalah yang mempersepsikan, bisa menjadi A bisa menjadi B tentu sesuai dengan cara kita memandang. Cara kita memandang akan menentukan cara kita bersikap. Cara kita bersikap menentukan hasil yang kita dapatkan.

Ada anak kelas lima yang unik. Dia suka bermain sendiri. Sikapnya cepat sekali berubah. Dia bisa ketawa meski sendirian. Tiba-tiba jutek dan marah-marah.

Suatu ketika sedang membahas soal bahasa Indonesia. Ketika giliran Dia membaca soal, entah mengapa tidak mau membaca jawabannya. Sedangkan teman satu ruangan sedang menunggu apa jawabnya. Dia hanya memandang teman-temannya dengan mimik marah.

Saya mengamati sambil tetap tenang. Anak ini sebenarnya pintar, tapi kenapa tidak naik kelas.

Mungkin ini masalahnya.

Andai saja saya hanya melihat dengan mata. Saya menilai seperti guru dan teman-temannya. Ya...menyimpulkan Dia anak nakal.

Saya mencoba mengajak semua siswa untuk rilaksasi. Rilaksasi ini bertujuan untuk membuat hati tenang dan nyaman.

Setelah anak-anak masuk kondisi trance saya sugesti mereka. Agar bisa melihat berlimpahnya karunia Tuhan. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tuhan memberi kira peralatan yang super canggih dan super mahal.

Setelah itu, saya ajak mereka jalan-jalan untuk melihat orang-orang di sekitar. Mereka dijadikan teman-teman kita, agar kita tak kesepian.

Terakhir, saya ajak mereka mengucapkan syukur Alhamdullh...kepada Allah. Selesailah rilaksasi waktu itu.

Anak-anak pulang. Minggu berikutnya, saya bertemu mereka lagi dalam kelas. Anehnya anak ini nampak beda. Lebih tenang dan tidak jutek dengan temannya. Saya senang melihat perkembangannya.

Semakin hari, lebih cepat bahkan paling cepat menyelesaikan tugas. Selain cepat jawaban juga tepat.

Suatu hari Dia mendekati mejaku. Berkata dengan pelan"Bu, saya juara!".

Saya perhatikan wajahnya ada rona bahagia. "Kamu juara apa?", tanyaku sambil tersenyum membalas senyumnya.

"Saya juara siswa berprestai tingkat Kecamatan K...". Hampir saja saya tak percaya, bagaimana mungkin tahun ini Dia tidak naik kelas, kok juara 1 siswa berprestasi. Sedangkan syarat juara sispres kan tidak mudah.

Akhirnya saya mendapatkan informasi tentang anak ini. Di sekolah Dia selalu melawan perintah guru. Disuruh menulis, Dia menggambar. Sering tidak mau menulis. Juga suka mengganggu teman. Hampir setiap hari bermasalah dengan guru kelasnya.

Ternyata, Dia benci dengan gurunya. Dia menganggap gurunya merebut ayahnya. Ayahnya bercerai dengan ibunya. Sekarang ayah dari anak ini menjadi suami dari gurunya. Apalagi rumahnya satu kampung. Marah, benci, dan sakit hati melihat guru kelasnya setiap hari.

Pantas saja sang guru benci padanya. Karena anak ini benar-benar benci dengan ibu gurunya.

Saya menghela napas, sambil berdoa semoga kamu semakin pintar dan tabah.

Informasi ini yang menjadikan saya lebih mudah memahami dan menerima anak ini. Sekarang Dia sudah kelas enam. Semoga kelak menjadi anak sholeh dan banyak mendapatkan kemudahan dari Allah.

Dia anak yang teraniaya oleh orang-orang dewasa yang seharusnya melindunginya. Hidup di dunia ada hukum tabur-tuai. Siapa yang menanam kebaikan pasti mendapatkan kebaikan. Sebaliknya siapa yang menanam keburukan pasti keburukan itu akan dipetiknya. Hanya waktu yang bicara.

Kok pikiran saya jadi sensi begini. Semua kejadian adalah hikmah.

"Bu, ini saya dinilai!", pintanya menyadarkan saya kembali.

"Ya, nilai kamu seratus, semakin rajin ya!", sambil kuusap kepalanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanalloh, Neng! Kasian bingit! Mengapa pula grnya hrs benci dan tak naik kls...udah ayahnya diambil..eeeeh...batinnya ditendang juga... Amin. Moga jadi anak tangguh dan berhati mulia

17 Feb
Balas

Aamiin...terimakasih bunda atas doanya.

17 Feb

Wah pmblajarn jg utk sy ini bund

17 Feb
Balas

Aamiin...mudah2an bund...trmksh

17 Feb

Lewat tulisan ini saya belajar banyak. Sungguh setiap perilaku kita akan berdampak pada lingkungan kita. Sekecil apapun... ya, sekecil apapun. Matur nuwun.

17 Feb
Balas

Betul Pak...mari kita selalu memohon bimbingan-Nya.

17 Feb

Ohalah...kasihan y Buu...Betul Bu..kdg guru blm mau tau latar blkg muridnya...

17 Feb
Balas

Begitulah dunia pendidikan kita, meskipun ada tunjangan profesi bukan berarti langsung profesional.

17 Feb

Betul sekali Bu Puspa ,,,,siapapun menanam akan memetik hasilnya ,dan hasilnya ,,tergantung nandurnya,,,smg anak tadi mjd anak yg Sholih,sukses dunia akhirat gih buu

17 Feb
Balas

Aamiin...betul bu...sy kadang ga bisa bilang bahwa ternyata masih banyak guru yang belum sepenuhnya melayani siswa...

17 Feb

Pembelajaran untuk kita, memperhatikan anak tidak cukup berhenti pada apa yang kita lihat. SubkhanAllah... terima kasih tindakan nyata ,menginspirasi.

17 Feb
Balas

Aamiin....in sya Allah...trmksh doa dan attensinya.

17 Feb

tulisan bu puspa sarat dengan pesan yang mendalam.....

17 Feb
Balas

Aamiin...in sya Allah...terima kasih doa dan attensinya bund

17 Feb



search

New Post