Puspa Anggraheni

Biografi S. Puspa Anggraheni , Purbalingga I Purbayasa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Sekolahku Serasa Nano-Nano

Sekolahku Serasa Nano-Nano

Perjalanannya sangat panjang. Bukan hanya jarak berkilo-kilometer dari Cilacap tempatnya dilahirkan. Menuntut ilmu di Jogyakarta, dan kembali ke Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Purbalingga.

Dulu ia cukup muda untuk mengajar dari pagi hingga malam hari dengan penuh percaya diri. Ia menentang kebiasaan bekerja tak boleh lebih dari delapan jam. Ia sendiri mengajar 12-14 jam setiap hari selama bertahun-tahun. Semangatnya membara untuk membantu para siswa baik di sekolah maupun di bimbel yang ia dirikan tanpa kesengajaan itu.

Matanya kini telah melemah, dan tungkainya telah rapuh. Pinggangnya sering nyeri jika duduk terlalu lama atau berdiri terlalu lama. Tapi ingatannya tidak menua. Ingatan kuat dan jernih dalam tubuh tua ini adalah hukumannya.

Kebahagiaan yang dialaminya dalam hidup selalui dinodai oleh tawa teman-temannya. Kepercayaan yang tampak di matanya yang gelap. Kasih tulus dan sepenuh hati pada siswa kadang membuat matanya basah rembesan air mata.

Selama lebih dari dua puluh lima tahun di kelas akhir, sejak ia kehilangan dirinya dan bagian murni dalam dirinya ia telah belajar menerima kekurangannya. Namun sekarang ia menghadapi tahun terberat jika mengingat berpuluh tahun kebelakang.

Hatinya gundah, dan selalu bertanya pada Sang Maha Kuasa mengapa ini terjadi. Ia mengakui kekurangan diri tak bisa mengajar dengan tenang tatkala siswanya menatap dengan keraguan. Ia membayangkan dirinya ketika sekolah dan belum paham apa yang diajarkan gurunya.

Namun tahun yang akan dihadapi, begitu mengerikan. Ada tujuh puluh lima % siswa belum laik di kelas ini. Ada dua puluh lima % siswa berperilaku menyimpang, penuh kebrutalan dan gagal paham. Ia seakan berdiri di ujung tebing sementara ia harus menyelamatkan semua siswanya. Badan yang menua ini mungkinkah tetap tegak atau terhuyung-huyung dan akhirnya berjalan meniru orang-orang disekitarnya. Itulah bola salju yang sedang menggelinding kearahnya.

Para penguasa yang berkuasa menyelamatkan kehormatannya. Para punggawa sekolah yang pura-pura tak terjadi apa-apa, ataukah ia yang terlalu idealis. Itulah kehidupan yang selalu mengajarinya hingga napasnya kadang terengah-engah seperti biasanya ketika menggunakan pelampung kala berenang demi menguatkan otot pinggang. Allahu’alam

#refleksidiri10hariterakhirramadhan#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Untuk menghadapi tantangan tdk hanya dibutuhkan fisik yg kuat, gagah perkasa, namun semangat, kesabaran dan keikhlasan adalah amunisi melibas keadaan.

27 May
Balas

Betul bunda...sabar dan ikhlas tak lekang oleh wkt. Trmksih kunjungnya bund...

27 May



search

New Post