TaGur-599 (200)

Mendengar ucapan ibu, Fia jadi takut juga. Sebab dulu dia pernah dipatuk si putih di kakinya. Sempat merah, tapi Fia berusaha untuk tidak menangis. Walau sebenarnya sakit juga.

“Kapan anak-anak ayam itu, kita turunkan, Bu?” tanya Fia.

Fia semakin tidak sabar, apalagi suara ciap anak-anak si kate begitu menggodanya.

“Kita tunggu dulu sampai mereka kuat, Fia,” jawab ibu sambil mengambil makanan ayam dari dalam karung.

“Krrrr-Krrrr, ayo makan,” lantang suara Fia menyuruh induk ayamnya makan.

Wadah berisi makanan ayam itu, di dekatkan Fia pada si kate.

“Lihat badanmu sudah kurus, tuh,” ujar Fia lagi.

“Kok-kok-kok.”

Si kate betina, memperdengarkan suara, seolah paham dengan semua ucapan Fia.

Ibu yang melihat jadi tertawa. Gadis kecilnya memang anak yang baik dan penyayang pada binatang.

Kemudian Fia mengambil wadah untuk tempat minum ayamnya. Setelah dicuci bersih dan diisi air, diletakkan Fia dekat si kate betina.

“Makan yang banyak dan jangan lupa minum,” ujar Fia dengan mimik wajah serius.

Setelah puas memperhatikan kate betina dan anak-anaknya, Fia bersiap-siap mau pergi.

“Fia pergi main, Bu,” ujarnya sambil menoleh kepada ibu.

“Fia-Fia.”

Ibu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

“Inilah salah satu efek negatif, belajar di rumah,” gumam ibu.

Anak-anak jadi semakin kecanduan untuk bermain. Sehingga kadang-kadang terlalai untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru.

Setelah Fia pergi, ibu pun kembali masuk kedalam rumah.Bersambung.

Kinali, 07092021