Anak Ayam Fia Menghilang
TaGur-577 (208)
Part.1
Kedua ekor anak ayamnya, tidak juga terlihat oleh Fia. Yaitu yang berwarna orange dan hijau, Fia pun segera mencari.
Di seputar rumah sudah Fia sigi, kedua hewan piaraannya itu tidak juga kelihatan. Keringat sudah bercucuran membasahi baju Fia, tapi anak-anak ayamnya belum juga dia temukan.
“Ibu-Ibu, ayamku menghilang!”
Di muka pintu depan, Fia berteriak memberi tahu ibu. Wajahnya tampak kuyu dan terlihat hampir menangis.
Ibu yang baru saja selesai salat Zuhur segera menghampiri gadis kecilnya.
“Tenang, Sayang, ada apa, coba cerita ke ibu,” kata ibu menenangkan Fia.
“Ayamku tinggal satu, Bu, dua lagi entah kemana,” jelas Fia dengan napas memburu.
“Paling-paling di sekitar komplek perumahan kita, Nak.”
“Atau bisa juga, mereka tersesat,” lanjut ibu lagi.
Fia yang terlihat mau menangis itu, mendesak ibu untuk membantu mencari.
“Sebentar, Ibu kemasi dulu alat salat ini,” ujar ibu.
Lalu beliau pun melipat dan mengemasi mukena dan sajadah yang baru saja digunakan untuk salat.
“Fia, sana salat dulu, biar ibu cari ayam-ayamnya.”
Fia segera mematuhi perintah ibu, dia berjalan menuju kamar mandi untuk berwudu. Sementara ibu pergi keluar rumah, untuk mencari anak-anak ayam itu.
***
Setelah menyelesaikan salat, Fia segera menyusul ibu untuk mencari hewan-hewan kecil kesayangannya. Dia berhasil menjejeri langkah ibu dengan setengah berlari. Berdua, Ibu dan anak berjalan mengitari komplek untuk mencari keberadaan anak-anak ayam itu.
Namun sayang, sudah berkeliling-keling ibu dan Fia mencari, ayam-ayam kecil itu tidak juga berjumpa. Hingga akhirnya, Fia jadi tak sabar, kemudian menangis sejadi-jadinya.
“Sudah Fia, tidak boleh berlebihan menangisi mereka. Menangis pun kalau tidak rezeki, mereka tidak juga bisa kita temukan,” ibu menerangkan sambil mengelus rambut gadis kecilnya itu.
“Uuu-uuu, aku sedih Bu, ayamku sekarang tinggal satu...,” ujar Fia sesegukan.
“Iya, Ibu tahu, kita ‘kan sudah cari kemana-mana, tapi tidak juga kita temukan.”
“Nanti kita beli lagi,” tukas ibu lagi menghibur Fia.
Setelah terus dibujuk ibu, lama-kelamaan Fia bisa tenang dan tangisnya pun berhenti. Fia memang anak yang penurut dan tidak ngeyel kalau dinasihati.
“Ayo kita pulang, Sayang.”
Ibu berucap sambil merangkul bahu gadis kecil kesayangan itu.
Kinali, 16082021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cernak keren