Beternak Bebek
Tantangan hari ke-206
#TantanganGurusiana
Part.1
Sewaktu aku duduk di kelas IV, selesai ujian, ayah membawa kami pindah ke kampungnya. Tempat tinggal kami, namanya tepi sawah. Kebetulan rumah kami memang berada di tepi sawah. Di belakang rumah terlihat sawah yang luas menghampar.
Ayahku memelihara bebek yang cukup banyak. Kata ayah, itu adalah bebek air. Kulihat mereka memang suka air, bebek-bebek itu senang berenang di sawah yang baru selesai dipanen.
Pagi, sebelum berangkat ke sekolah, ayah akan mengeluarkan semua bebek dari kandangnya.”Ayah, biar aku yang mengambil telur bebek,” kataku pada ayah, pagi itu. Biasanya bebek-bebek itu, memang bertelur setiap hari.
“Baiklah, tapi hati-hati ya, jangan sampai, telur-telur itu pecah,” ayah memperingatkan.
“Iya, Yah.” Lalu aku mengambil keranjang, untuk tempat telur. Setelah semua bebek keluar, aku pun segera masuk ke dalam kandang.
“Wow, banyak sekali telurnya,” ujarku setengah berteriak, melihat begitu banyak telur bebek bergelimpangan. Mendengar suaraku, Ratna adikku datang menghampiri. “Aku ikut, ya Kak?” . Aku cuma mengangguk.
Kami berdua pun mengumpulkan, telur bebek itu satu persatu. Telurnya ada yang berwarna putih, tetapi ada pula yang agak kehijau-hijauan. “Banyak Kak,” celetuk Ratna.
“Iya, nanti Kakak minta, ibu merebusnya,” kataku sambil terus mengambil telur-telur itu.
“Kok, telurnya berserakan, seperti ini Kak?” Ratna bertanya padaku, sambil memberikan sebutir telur.
“ Nanti, coba tanyakan, pada bebek-bebek itu,” jawabku berseloroh.
“Ha-ha-ha, Kak Dania lucu, mana bisa bebeknya menjawab, Kak.”
“Bisa, mereka nanti menjawab, kwek-kwek-kwek.” Kumonyongkan bibir ke arah Ratna. Membuat Ratna semakin keras tawanya . “Ha-ha-ha,” tawaku pun meledak juga jadinya.
“Dania, Ratna, ayo cepat, kalian harus ke sekolah!” Terdengar suara ibu memanggil, dari rumah.
“Iya Bu, sedikit lagi,” jawab kami hampir serempak.
Akhirnya selesai juga, pekerjaan kami, mengambil telur-telur bebek. Keranjang tempat telur hampir penuh. Aku membawanya , ke dalam rumah, dengan hati-hati.
Sesampai di dalam rumah, kuberikan keranjang telur itu pada ibu. “Alhamdulillah, banyak juga,” kata Ibu.
“Iya,Bu, rebuskan untuk kami, Bu!” Ujarku pada ibu.
“Iya nanti ibu rebus, sekarang mandi dulu, nanti terlambat.” Ibu mengambil keranjang, dari tanganku.
Aku dan Ratna, kemudian pergi mandi. Sementara Bang Ardi, sudah memakai baju sekolah, sepertinya dia sudah selesai bersiap.
Tidak lama, aku dan Ratna pun telah selesai pula dan sudah rapi, terdengar suara ibu.
“Ayo, sini, sarapan semua!” . Kami pun menghampiri ibu, ternyata Ibu sudah menyiapkan nasi goreng, untuk sarapan pagi kami.
“Telurnya boleh pilih, mau dadar, mata sapi atau telur rebus,” kata Ibu.
Aku mengambil sebutir telur rebus, Ratna juga, sedang Bang Ardi mengambil mata sapi.
“Habiskan sarapannya, supaya jadi anak yang pintar,” kata ibu sambil tersenyum.
Pagi-pagi sekali, ibu sudah bangun, lalu menyiapkan sarapan untuk kami semua. Karena setiap hari, sebelum berangkat sekolah, kata ibu, kami mesti, sarapan. Tentu saja, kami harus mematuhi perintah ibu, karena itu adalah untuk kebaikan kami juga. Bersambung.
Pasbarku,07082020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan kereeen, informatif, bermanfaat. Sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih, Pak. Aamiiin, salam kembali
Wuiiiiih seruuu ya bund mengumpulkan telur bebeknya...
Iya Bu, pengalaman masa kecil, terima kasih ya, sudah hadir
Keren cernaknya bun.. pesan moralnya dapat.. mantap bun.. salam sukses selalu
Terima kasih Cikgu cantik, atas kehadirannya.
Keren Bu, saya tunggu kelanjutannya. Salam literasi
Terima kasih, Pak. Salam kembali
Mantab bu..sukses selalu