Mereka Menghilang
Part.4
Fia pun mencari kedua hewan piaraannya, di sekeliling rumah. Namun ayam-ayam itu tidak juga kelihatan. Keringat mulai bercucuran membasahi baju Fia. Dalam lelah Fia berucap, “Kemana kalian, ayam-ayamku?”
Selanjutnya Fia berlari ke arah rumah.
“Ibu-Ibu, ayamku menghilang!
Tiba di depan pintu, Fia berteriak memanggil ibu. Wajahnya yang tampak kuyu, terlihat mau menangis.
Ibu yang baru saja selesai mengerjakan salat Zuhur, segera menghampiri gadis kecilnya itu.
“Tenang, Sayang, ada apa. Coba ceritakan!” Tangan Ibu mengelus lembut rambut lebat Fia.
“Ayamku tinggal satu, Bu. Dua lagi entah kemana,” jawab Fia dengan nafas memburu.
“Paling-paling mereka, di sekitar komplek perumahan kita, Nak. Atau mungkin juga tersesat,” terang ibu.
Fia yang wajahnya tampak sedih itu pun mendesak ibu untuk ikut pula mencari.
“Sebentar, Ibu kemasi dulu perlengkapan salat Ibu.”
Dengan sigap ibu melipat dan mengemasi mukena, serta sajadah yang baru saja beliau gunakan untuk salat.
“Fia, sana salat dulu, biar ibu yang cari ayam-ayamnya,” kata ibu kepada Fia.
Segera Fia mematuhi perintah ibu, dia segera menuju ke kamar mandi untuk berwudu. Sementara itu, ibu pun beranjak keluar rumah untuk mencari anak-anak ayam Fia yang menghilang.
***
Selesai salat, Fia segera menyusul ibu. Dia berhasil menjejeri langkah ibu dengan setengah berlari. Akhirnya, berdua ibu dan anak berjalan mengitari komplek untuk mencari keberadaan anak-anak ayam itu.
Namun sayang, sudah berkeliling-keliling ibu dan Fia mencari, ayam-ayam kecil itu tidak kelihatan juga. Akhirnya Fia yang sudah tak sabar, jadi menangis.
“Sudahlah Fia, sedihnya tidak boleh terlalu berlebihan. Menangis pun kalau belum rezeki, mereka juga tidak akan ditemukan.” Ibu berusaha menenangkan Fia yang terduduk di tanah.
“Uuu-uuu... aku sedih Bu, ayamku sekarang tinggal satu...,” ujar Fia sesegukan. Air matanya tampak berlinang.
“Iya, Ibu tahu,Sayang, tapi kita sudah cari kemana-mana. Nanti kita beli lagi yang baru,” hibur ibu lagi.
Setelah terus dibujuk-bujuk, lama-kelamaan Fia kembali tenang dan tangisnya pun berhenti. Fia memang anak yang penurut dan tidak ngeyel kalau dinasihati.
“Ayo kita pulang, Sayang.” Ibu mengajak Fia pulang, sambil merangkul bahu gadis kecil kesayangan itu.
Kinali, 13102021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cernak keren