Oleh: PUSPA DANI

Kriiing... kriiing... gawaiku tiba-tiba berdering, segera kuangkat.

“Maaf Bu, sudah baca WA,” terdengar suara seseorang yang kukenal, dari seberang sana.”

“Belum sempat, Uni, ada apa ya?” pelanku kubertanya.

“Kita dapat, kemalangan lagi.”

Deg, sejenak jantung ini berdegup. Ya Allah, siapa lagi. Padahal baru sore tadi kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun itu, terlantun di bibirku.

“Suaminya Bu Lasmi, baru berpulang, senja ini,” lanjut uni yang menelpon.

Uni yang menelpon adalah seorang kepala sekolah di salah satu sekolah binaanku. Ibu kepala sekolah itu pun baru saja kehilangan suaminya sekitar dua minggu yang lalu. Berpulang ke rahmatullah, dengan penyebab sakit yang hanya beberapa hari saja.

Kabar duka yang kuterima sore tadi, juga berasal dari sekolah yang beliau pimpin. Yang meninggal yaitu, mantan suami dari salah seorang guru yang mengajar di sana. Meninggalnya di rumah sakit dengan indikasi Covid 19.

Kembali kalimat istirja’ terucap dari bibir ini, seiring perasaan duka yang mengiris sukma. Terbayang di mataku, kondisi Bu Lasmi yang sakit-sakitan. Selama ini suaminyalah yang selalu membantu dan menemani beliau dengan setia.

Akhir-akhir ini, kabar tentang kematian, semakin nyaring berdenging. Baik yang didengar telinga secara langsung maupun melalui media sosial. Sekarang, seolah-olah malaikat maut, sedang berkeliaran di semesta yang fana ini.

Ya Allah, segalanya memang sudah takdir-Mu. Bu Lasmi, dia yang sering sakit-sakitan, eh malah suaminya yang duluan pergi.

Mungkinkah pandemi sudah merebak pula di daerahku?

“Hanya pada-Mu, ya Rabby, kami berserah. Sedikit pun kami tiada punya kuasa atas diri kami sendiri. La haula wala kuwwata illa billahil aliyyil adzim.”

“Dengan segenap jiwa raga yang kepunyaan-Mu, lindungilah kami Ya Allah dari segala bentuk bencana.”

Aamiin ya Rabbal Alamin.

Kinali, 05082021