PUSPITA DEWI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengikis Mental Block

Mengikis Mental Block

Pernahkah kita melihat orang sukses dan bertanya pada diri kita, “Kenapa dia bisa? Mengapa saya gagal?

Saya yakin banyak dari kita yang pernah berfikir demikian. Dan itu adalah pertanda yang baik karena artinya kita menjalankan ‘motor” mesin kita. Tapi lalu sayangnya adalah, kita berhenti mencari jawaban dari pertanyaan itu atau mencari alasan atau pembenaran dengan menjawab, “Mungkin karena dia sedang beruntung “. “Ah pasti hanya karena dia bernasib baik”. Atau, “Ya terang aja, dia kan punya apa yang tidak saya punya“. Titik. The End.

Nah pada saat itu kita telah mematikan motor otak kita. Tak ada lagi niat kita untuk bisa mencari tau jawaban yang pada nantinya bisa mengantarkan kita pada posisi yang sama dengan orang orang sukses itu. Pada saat itu kita sedang mengijinkan diri kita untuk selalu berada di posisi yang kalah. Pecundang.

Sikap itulah yang disebut Mental Block. Tapi apakah sebenarnya mental block itu ? Menurut Wikipedia, mental block adalah ketidak mampuan seseorang untuk meneruskan ide atau gagasan seperti yang biasa terjadi pada seorang penulis. Sehingga alur ceritapun terhenti.

Namun seiring waktu definisi mental block meluas menjadi sebuah sikap, cara pandang, seseorang terhadap dirinya sendiri yang merasa tidak berdaya untuk melakukan sesuatu bahkan sebelum dicoba. Atau bisa juga disebut pesimis. Lalu apa bedanya dengan pesimis? Orang yang pesimis, masih mau mencoba meski dirinya tak mengharap banyak. Sedangkan orang yang memiliki mental block, sudah memvonis dirinya tak akan mampu melakukan sesuatu. Menyedihkan bukan?

Banyak dari kita yang tak menyadari sedang mengidap atau memiliki mental block. Kita menganggap bahwa kita hanya mencoba rasional atau bersikap realistis. Kalau sudah tau tak mungkin berhasil, lalu untuk apa repot mencoba? Menurut saya itu cara berfikir yang salah. Mari kita balik dengan, “I will never know unless I try”. Saya tak akan pernah tau sebelum mencobanya.

Saya banyak menemukan rekan kerja atau siswa saya yang terbelenggu mental block ini. Ketika saya mengajak rekan saya untuk mencoba sesuatu hal baru, mereka berkilah dengan berkata ”Aduuh kayaknya aku gak bakal bisa deh“. How do you know ? You haven’t even tried yet.

Biasanya saya lalu berusaha untuk mencoba memberi dorongan dan semangat dengan menunjukkan keyakinan bahwa dia pasti bisa. Selama dia mau mencoba dan walaupun ternyata nantinya dia gagal, dan berkata “Tuh kan, saya bilang juga apa?”, tetap saya yakinkan dia dengan “Yang pertama gagal, siapa tahu yang kedua nanti berhasil. Cemunguuudh”.

Hal yang sama saya terapkan kepada siswa di sekolah saya. Sering kali saat saya meminta mereka untuk mencoba suatu hal baru seperti turut dalam perlombaan atau kompetisi, mereka akan mengelak dengan berbagai alasan. Merasa tidak mampu. Kalah sebelum berperang. Saatnya saya pompa kepercayaan diri mereka dan meyakinkan mereka bahwa mereka mampu. Meskipun nantinya belum menjadi pemenang, setidaknya mereka mendapatkan sesuatu yang berharga yaitu pengalaman dan pelajaran. Pelajaran yang mengajarkan mereka untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Seperti yang dulu terjadi pada Thomas Alfa Edison di saat dia harus melakukan 999 percobaan terlebih dahulu untuk menemukan bola lampu. Asistennya berkata, “Kita sudah melakukan 998 kali percobaan dan gagal. Sia sia semuanya”. Dengan arif Sir Edison menjawab, ”Tidak ada yang sia-sia. Kita Sekarang jadi belajar dan tahu bahwa ada 998 cara yang tidak bisa kita gunakan”. Luar biasa. Ini adalah bukti nyata Sir Edison memiliki keteguhan dan sedikitpun tidak memiliki mental block. Dia tidak pernah meragukan dirinya sendiri. Bayangkan apabila dia ragu dan berhenti, saat ini dunia pasti masih gelap gulita karena listrik dan bola lampu belum ditemukan.

Satu lagi contoh yang sering saya gunakan adalah Nabi Muhammad SAW. Beliau mendapat amanah oleh Allah SWT untuk mengajak umat manusia untuk hijrah ke Islam. Suatu tanggung jawab yang berat. Hinaan, cacian dan perlawanan diterimaa beliau tapi tak sedikitpun Beliau gentar dan merengek kepada Allah SWT untuk membatalkan tanggung jawab ini karena menganggapnya mustahil. Beliau tidak memiliki mental block walau sebesar biji jarah. Subhanallah.

Dengan memberi contoh contoh tadi, sedikit demi sedikit saya berhasil membangun kepercayaan diri siswa saya. Alhamdulillah.

Kadang, mental block juga seperti keimanan yang naik turun. Ada saat saat kita memang perlu merecharge diri kita dengan optimisme bahwa kita bisa. Kita pasti bisa. Selama kita mau untuk mencoba. Gagal itu biasa. Gagal namun bangkit dan mencoba kembali itu baru LUAR BIASA.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bunda..

09 Mar
Balas

Terima kasih bunda... terima kasih apresiasinya.. salam kenal dan salam Literasi ya

11 Mar
Balas



search

New Post