Uli Fitriana

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Menjemput Kisah

Tanganku gemetar, dadaku perdegup kencang saat melihat tulang kaki bapak dengan jelas. Kutahan air mata agar jangan sampai berlinang. Pucat pasi wajah bapak menahan rasa sakit, tak ada kata yang keluar dari mulut bapak.

Perlahan kusiram kaki bapak dengan cairan infus, sambil bertanya apakah, sakit? Aku harus kuat dan berani untuk membersihkan kaki bapak yang baru saja di operasi karena penyakit diabetes. Ya Allah, berilah bapak kekuatan. Selain aku dan ibu, tak ada yang berani melihat kaki bapak saat itu, semua mundur teratur. Nanah bercampur darah kuseka dengan kain kasa, sambil berdoa dan bertasbih memohon kepada Sang pemberi jiwa. Rutinitasku sebagai guru dan ibu rumah tangga sekarang sudah bertambah menjadi perawat luka. Terkadang orang yang melihatku membersihkan luka bapak berkata aku salah ambil jurusan saat kuliah.

Tak kusangka hanya karena satu serbuk besi yang menancap dikaki bapak semua musibah ini terjadi. Seperti Serbuk petaka yang menjadi penyebab bencana. Tapi karena musibah ini, banyak hikmah yang dapat kupetik. Aku belajar bersyukur atas kesehatan yang Allah SWT berikan. Aku bersyukur dengan setiap hela nafasku, nyawa di ragaku tak akan lagi kusia-siakan dengan dosa dunia, aku takut akan siksa neraka bila kuingat kematian, tak ada yang tak mungkin bila Allah berkehendak.

Aku bersyukur bisa lebih dekat mengenal bapak, melalui kisah perjalanan hidupnya di masa lampau, yang terkadang bapak ceritakan dengan tetesan air mata saat aku membersihkan luka. Setiap aku membersihkan luka bapak, Aku merasa seperti menjemput kisah. Kisah yang jika aku tokohnyo, Aku tak akan sanggup. Kisah yang membuatku selalu bersyukur dengan apa yang aku nikmati sekarang. Kisah seorang anak kecil yang dengan gigihnya berjuang melawan kerasnya hidup demi menyelesaikan sekolahnya. Kisah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, dan semoga kisah bapak sebagai penghuni jannah menjadi nyata.

Aku juga bersyukur memiliki seorang ibu yang soleha, sabar dan tabah dalam merawat bapak. Pernah suatu waktu tangisan bapak pecah karena melihat ibuku bermandikan air kotoran bapak. Tak ada umpatan atau keluhan yang dilontarkan oleh ibu. Selama hidupku, baru kali ini aku melihat seseorang bermandikan najis. Seperti biasa di saat bapak akan buang air besar, ibu selalu menyiapkan baskom beserta sedikit air. Untuk mempermudah bapak buang hajat, aku berinisiatif memodifikasi kursi plastik dengan sedikit lubang di bagian tempat duduknya, agar bapak dapat duduk di kursi untuk buang hajat dengan di tampung baskom plastik berisi air. Seperti biasa pula ibuku hendak membuang kotoran bapak di dalam baskom, dan pada saat yang bersamaan ibu hilang keseimbangan pada saat melangkah keluar dari kamar, hingga akhirnya smua kotoran bapak di dalam baskom membasahi seluruh tubuh ibuku.

Allahumma fighfirlii wa liwaa lidhayya warham humaa kamaa rabbayaa nii shokhiroon. Hanya doa yang dapat kupanjatkan padamu Ya Allah yang Maha Pengampun. Jadikanlah musibah yang menimpa kami ini sebagai ladang amal dan ibadah, sebagai jembatan kami menuju surgamu. Aamiin Allahuma Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih bacanya.

10 Mar
Balas

Bantu doa ya pak... Smoga bukunya jadi... Buat inspirasi anak cucu pak...

11 Mar

mengharu biru. aku tau siapa mereka. ku pesan satu bukunya Buk.

11 Mar
Balas

Sip buk... Kita tukaran yaaah

11 Mar

sukses ya bu

10 Mar
Balas



search

New Post