NGAKAN PUTU SUARJANA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengembangan Budaya Sekolah Sebagai Orientasi  Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan

Pengembangan Budaya Sekolah Sebagai Orientasi Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan

A. Pengantar

Guru merupakan faktor utama dan berpengaruh terhadap proses belajar siswa (Suyanto, 2013). Guru tetap menjadi figur dan idola bagi siswa-siswanya. Guru sebagai sosok yang mempunyai otoritas bagi siswa baik dalam bidang akademis maupun nonakademis. Guru merupakan teladan bagi siswa-siswanya sehingga harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang menjadi panutan bagi siswa-siswanya (Sagala, 2009). Peranan guru di sekolah sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah baik bidang akademik maupun nonakademik. Demikian halnya dalam hal pengembangan pendidikan karakter bangsa di satuan pendidikan, guru mempunyai peranan yang amat penting. Seperti yang disampaikan Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui peserta didik dan seharusnya diketahui oleh peserta didik.Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

Namun pada kenyataannya karakter siswa di setiap satuan pendidikan mengalami kemerosotan. Modul Penguatan Pendidikan Karakter (2016) menyatakan bahwa berbagai persoalan yang mengancam keutuhan dan masa depan bangsa berada pada titik yang memperihatinkan. Hal itu ditandai dengan maraknya kelompok radikalisme terorisme yang mengancam kebhinekaan dan keutuhan bangsa, munculnya gerakan-gerakan separatis, perilaku kekerasan dalam lingkungan pendidikan dan di masyarakat, kejahatan seksual, tawuran pelajar, pergaulan bebas dan kecenderungan anak-anak muda pada narkoba. Karena itu penguatan pendidikan karakter bangsa menjadi semkain penting untuk dilaksanakan khususnya di satuan pendidikan.

Dalam rangka pelaksanaan penguatan pendidikan karakter bangsa ada banyak hal yang bisa dilaksanakan seperti pengintegrasian pendidikan karakter melalui pembelajaran, pengintegrasian pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler, pengintegrasian pendidikan karakter melalui budaya sekolah ataupun pengintegrasian pendidikan karakter melalui partisipasi masyarakat. Salah satu yang sangat penting dan bisa melingkupi kegiatan lainnya adalah pengintegrasian pendidikan karakter melalui pengembangan budaya sekolah. Budaya sekolah yang merupakan branding dan menunjukkan karakter sekolah dapat menjadi orientasi atau arah penguatan pendidikan karakter yang dilaksanakan di satuan pendidikan.

B. Permasalahan

Pelaksanaan penguatan pendidikan karakter sangat mendesak untuk dilaksanakan. Pengembangan budaya sekolah merupakan salah satu orientasi dalam pelaksanaanya. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2007), budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa hasil pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan perilaku yang konsisten dan untuk menyampaikan kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan sekolah yang sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta di sekolah baik itu lingkungan fisik maupun iklim kultur yang ada. Keadaan ini akan menunjukkan kepada kita mengenai kepribadian warga sekolah yang tercermin dari karakter dan perilaku yang ditunjukkan dalam hubungan sosial di sekolah.

Dengan demikian permasalah yang akan dikaji dalam artikel ini adalah bagaimana pengembangan budaya sekolah dapat dijadikan orientasi dalam pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan?

C. Pembahasan dan Solusi

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal (Puskur, 2010). Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang asing dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya. Ketika budayanya tidak disukai maka ia akan kehilangan identitas sehingga akan kehilangan jadi dirinya. Agar hal itu tidak terjadi maka mengembalikan pendidikan di sekolah pada akar budaya lingkungan dan nilai-nilai luhur lingkungan setempat sangat penting untuk dilaksanakan.

Pengembangan pendidikan dan karakter bangsa berlandaskan pada berbagai sumber yang digali dari kearifan Bangsa Indonesia. Sumber sumber tersebut adalah ajaran agama, Pancasila, nilai-nilai budaya dan tujuan pendidikan nasional. Budaya menjadi sumber pengembangan pendidikan karakter karena nilai-nilai budaya menjadi dasar kehidupan di masyarakat (Puskur, 2010). Nilai-nilai budaya masyarakat tersebut kemudian dapat diimplementasikan menjadi nilai-nilai budaya sekolah yang mencerminkan kepribadian satuan pendidikan.

Menurut Puskur (2010) budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antarkomponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah. Untuk menciptakan budaya sekolah yang kuat dan positif perlu dibarengi dengan rasa saling percaya dan saling memiliki yang tinggi terhadap sekolah, memerlukan perasaan bersama dan intensitas nilai yang memungkinkan adanya kontrol perilaku individu dan kelompok serta memiliki satu tujuan dalam menciptakan perasaan sebagai satu keluarga. Dengan kondisi seperti ini dan dibarengi dengan kontribusi yang besar terhadap harapan dan cita-cita individu dan kelompok sebagai wujud dan harapan sekolah yang tertuang dalam visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah ditunjang oleh iklim sekolah yang mendukung kontribusi tersebut.

Jika budaya sekolah sudah dikembangkan dengan baik akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat pengembangan budaya sekolah antara lain: 1) Menjamin kualitas kerja yang lebih baik; 2) Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; 3) Lebih terbuka dan transparan; 4) Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; 5) Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan; 6) Jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki; 7) Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK. Secara pribadi semua warga sekolah akan merasakan menfaat seperti : 1) meningkatkan kepuasan kerja; 2) pergaulan lebih akrab; 3) disiplin meningkat; 4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; 5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; 6) belajar dan berprestasi terus; 7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri. Pada akhirnya manfaat ini bukan hanya dirasakan dalam lingkungan sekolah tetapi dimana saja karena dibentuk oleh norma pribadi dan bukan oleh aturan yang kaku dengan berbagai hukuman jika terjadi pelanggaran yang dilakukan.

Budaya sekolah yang dapat dikembangkan meliputi tiga komponen yaitu nilai, norma dan perilaku. Nilai menurut Wikipedia Indonesia adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Kamus Besar Bahasa Indonesia lebih khusus menyatakan bahwa nilai budaya adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia. Nilai budaya yang dikembangkan di satuan pendidikan mencakup ide-ide mengenai hal-hal yang baik, benar dan diinginkan seluruh warga sekolah dan disepakai sebagai dasar prilaku seluruh warga sekolah. Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima: Norma juga bisa disebut sebagai aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu. Dalam pengembangan budaya sekolah, norma yang dimaksud adalah panduan, tatanan, dan pedoman yang mengatur tata hubungan pribadi dan sosial di setiap satuan pendidikan. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku yang dikembangkan dalam budaya sekolah adalah tanggapan atau reaksi yang berdasarkan tata nilai dan norma yang telah disepakati seluruh warga sekolah. Kesepakatan ini penting dan dituangkan dalam tata tertib dan budaya sekolah.

Prinsip-prinsip yang dijadian acuan dalam pengembangan budaya sekolah menurut Fulan dalam Wijanarko (2014) adalah: 1).selalu berorientasi pada pencapain tujuan; mengembangkan visi dengan jelas dan kandungannya menjadi milik bersama; 2) menerapkan kepemimpinan partisipatif dengan memperluas peran pendidik dalam pengambilan keputusan; 3) berperan sebagai kepala sekolah yang inovatif dengan meningkatkan keyakinan bahwa pendidik dapat mengembangkan prilaku yang mendukung perubahan; 4) memerankan kepemimpinan yang meyakinkan pendidik sehingga mereka berpersepsi bahwa kepala sekolahnya benar menunjang efektivitas mereka bekerja; 5) mengembangkan kerja sama yang baik antar pendidik dalam interaksi formal maupun informal. Inti dari pengembangan budaya sekolah adalah membangun hubungan yang baik, meningkatkan keamanan sekolah secara fisik maupun psikologis, meningkatkan lingkungan yang kondusif. Untuk itu kepala sekolah dan seluruh pemangku kepentingan perlu terus belajar karena konteks budaya sekolah terus berubah tanpa henti. Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pengembangan budaya sekolah menjadi penentu keberhasilan penguatan pendidikan karakter bangsa.

Pengembangan budaya sekolah dapat dilakukan oleh sekolah melalui serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang lebih berorientasi pada peserta didik, dan penilaian yang bersifat komprehensif. Perencanaan di tingkat sekolah pada intinya adalah melakukan penguatan dalam penyusunan kurikulum di tingkat sekolah (KTSP), seperti menetapkan visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, kalender akademik, dan penyusunan silabus. Keseluruhan perencanaan sekolah yang bertitik tolak dari melakukan analisis kekuatan dan kebutuhan sekolah akan dapat dihasilkan program pendidikan yang lebih terarah yang tidak semata-mata berupa penguatan ranah pengetahuan dan keterampilan melainkan juga sikap prilaku yang akhirnya dapat membentuk ahklak budi luhur.

Budaya sekolah yang dikembangkan agar dapat dijadikan orientasi dalam penguatan pendidikan karakter bangsa adalah:

Budaya bersih juga senantiasa ditumbuhkan di kalangan warga sekolah dengan membiasakan perilaku membuang sampah pada tempatnya.

Adanya pembiasaan-pembiasaan yang bernuansa moral dan akhlak yang mendorong meningkatnya kecerdasan spritual peserta didik, seperti: (a) berdoa sebelum pelajaran dimulai; (b) menumbuhkan budaya relegius dengan membiasakan murid mengucapkan dan membalas salam setiap bertemu; (c) mengadakan persembahyangan secara rutin; (d) Sembahyang bersama pasa waktu tertentu; dan (e) Ceramah agama/pencerahan ataupun “kultum” setiap hari dan menugaskan siswa berceramah sekali pasa waktu tertentu.

Pemajangan poster afirmasi juga dapat digunakan untuk mensosialisasikan dan menanamkan pesan-pesan spiritual kepada siswa dan warga sekolah. Pesan-pesan spiritual untuk poster afirmasi dapat berupa petikan nilai-nilai agam, pesan pujangga, atau puisi-puisi spiritual.

Pelibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan, seperti pembuatan tata tertib, mengontrol perkembangan belajar anaknya, penegakan kedisiplinan di sekolah, pertemuan berkala antara orangtua dan pihak sekolah, memberikan sumbangan dalam bentuk materi.

Sekolah senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan orangtua dan masyarakat melalui wadah Komite Sekolah. Keterlibatan komite sekolah secara nyata ditemukan pada semua sekolah dalam berbagai aspek dan kegiatan, seperti menjaga kebersihan lingkungan dan keamanan sekolah, pengadaan sarana sekolah, ikut serta memutuskan sanksi terhadap pelanggaran di sekolah, mendorong dunia usaha dan industri untuk berpartisipasi dalam pengembangan sekolah, dan memberdayakan orang tua siswa yang memiliki kemampuan keuangan yang baik atau peran penting di lembaga pemerintah dan swasta dalam berbagai kegiatan sekolah.

Pemberian ganjaran positif untuk warga sekolah yang menunjukkan perilaku terbaik. Ganjaran hendaknya diberikan sesegara mungkin dan diarahkan untuk memberi rasa kebanggaaan dan untuk mempertahankan motivasi warga sekolah yang diberi ganjaran serta menstimulasi warga sekolah lainnya untuk menghasilkan prestasi yang sama.

Sekolah menciptakan rasa memiliki sehingga guru, staf administrasi dan siswa menunjukkan rasa bangga terhadap sekolahnya. Setiap warga sekolah merasa bertanggung jawab untuk menjaga kondusivitas lingkungan sekolah. Ini bisa dicapai, antara lain dengan memberi tanggung jawab pengelolaan dan perawatan wilayah tertentu kepada kelompok kelas atau ruang tertentu.

Dengan pengembangan budaya sekolah seperti dipaparkan di atas pada akhirnya sekolah dapat menjadikannya orientasi pelaksanakan penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan. NIlai-nilai karakter bangsa yang dikuatkan meliputi delapan belas nilai. Nilai-nilai tersebut adalah

1. Religius, Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

2. Jujur, Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi, Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

4. Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5.Kerja keras, Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif, Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri , Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis, Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air, Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi, Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif, Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai, Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca, Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial, Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung-jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil penelitian Kristi Wardani, 2014 menemukan bahwa Implementasi pendidikan karakter melalui budaya sekolah memiliki nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan pada siswa, meliputi; (a) nilai kedisplinan: kegiatan “Sarapan Pagi” membiasakan siswa untuk datang lebih awal di sekolah dan bentuk pengemasan “Sarapan Pagi” dengan mengerjakan soal-soal latihan; (b) rasa cinta tanah air, nasionalisme dan kebangsaan: sebelum memulai kegiatan pembelajaran senantiasa siswa hormat Bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan satu lagu wajib; (c) ketaatan beribadah: pada awal pembelajaran dan selesai pembelajaran dilakukan doa sesuai dengan agamanya masing-masing dengan tertib, dan melakukan “Jumat Infaq”, (d) tanggung jawab: kegiatan piket kelas secara teratur mengkondisikan siswa untuk bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan, kerapian kelas maupun kegiatan majalah dinding, (e) demokrasi: kegiatan majalah dinding mendorong siswa untuk terbiasa membuat kesepakatan bersama dalam menentukan topik serta penempatan tata letak majalah dinding; (f) kepedulian: kegiatan “Jumat Infaq” mengkondisikan siswa untuk berlatih berbagi, dan berempati dengan lingkungan; (g) kekeluargaan: hubungan kekeluargaan yang terjalin baik serta kondusif antar warga sekolah, terciptanya keramahan warga sekolah misalnya mengucapkan salam setiap ketemu baik di dalam maupun di luar kelas; (h) kemandirian: diwujudkan melalui kegiatan pramuka dilakukan pada hari jumat; (i) Kerja sama: kegiatan “Jumat Infaq” dan majalah dinding, pramuka merupakan wadah siswa untuk bekerja sama.

D. Kesimpulan dan Harapan

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Dalam rangka melaksanakan penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan dapat dilaksanakan melalui pengembangan budaya sekolah.

Pengembangan budaya sekolah dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen sekolah dengan berdasarkan pada nilai, norma, dan perilaku yang disepakati di sekolah dan mengacu pada delapan belas nilai-nilai karakter bangsa Indonesia.

Harapan penulis agar seluruh satuan pendidikan melaksanakan pengembangan budaya sekolah yang menjadi orientasi pelaksanaan penguatan pendidikan karakter.

E. Daftar Pustaka

Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen PMPTK. 2007. Pengembangan Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah. Materi Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah.

Kristi Wardani, Implementasi Pendidikan Karakter melalui Budaya Sekolah di SD Negeri Taji Prambanan Klaten, Proceeding Seminar Nasional Konservasi dan Kualitas Pendidikan 2014.

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Suyanto. (2013). Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Esensi

Tim Penyusun Modul, 2016. Modul Penguatan Pendidikan Karakter. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Wijanarko, Bambang. 2014. Membentuk Sikap Peserta Didik Melalui Pengembangan Budaya Sekolah Menurut Implementasi Kurikulum 2013. diunduh dari http://www.vedcmalang.com/ pppptkboemlg/index.php/ departemen-bangunan-30/1207-bambang-w pada 11 Nopember 2016

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sempurna pak. Toplah

01 Jun
Balas

Terima kasih. Semoga bisa menginspirasi

05 Jun

Terima kasih. Semoga bisa menginspirasi

05 Jun



search

New Post