BUKAN MIMPI

Melihat galeri foto, tiba-tiba saya teringat Kak Ahmad seorang Guide dari Mesir yang menemani perjalanan wisata kami berkeliling negeri Piramid waktu itu.

Beliau berkata, "Jika saya dimampukan untuk pergi berumroh, maka saya akan memberangkatkan Bapak dan Ibu saya dulu daripada saya".

Hati saya tersentuh, menangis tak karuan. Saya teringat Ibu dan Bapak saya. Sejak itulah, mata ini tak lepas dari air mata saat melihat Nabawi, Masjidil Haram dan terkhusus adalah Ka'bah. Ingat mereka berdua; Ibu dan Bapak saya.

Lahir dan besar dari keluarga mampu, sederhana atau kurang mampu adalah qodho. Saat para "orang tua yang mampu", menghadiahi putra-putrinya tiket ke Mekkah, mengapa kita tak memulai bercita-cita menjadi putra-putri yang mampu?

Putra-putri yang bercita-cita memberi hadiah untuk orang tua sesuatu yang sama?

Menghadiahi orang tercinta yang telah melahirkan dan membesarkan kita selama ini, dan menghadiahi orang tercinta yang telah menjaga, menjadi wali dan menikahkan kita. Semua seperti mimpi, bagi kita yang tak memiliki tabungan lebih.

Allah pasti mendengar doa-doa kita, Allah membantu dengan tangan-Nya, memudahkan dan menjadikan berkah setiap recehan yang kita kumpulkan. Saya sangat percaya, Allah akan mewujudkan cita-cita itu.

Kawan, mari kita tulis cita-cita terbaik, hadiah untuk orang tua kita. Tulis yang jelas, lantangkan di antara doa-doa kita.

Cita-cita menggadeng mereka berdua di sisa usianya, melihat mereka berdua berlinangan air mata karena bahagia. Bersujud di pelataran Ka'bah, menyentuh kiswah istimewa.

Untuk Ibu dan Bapak. Semoga sehat selalu.

Doakan kami mampu membawa Panjenengan berdua kesana.. 😢

Surabaya, 4 Februari 2018

#CatatanSeorangAnakYangMerindu

#RinduIbuBapak

#RinduBaitullah

... 2 hari tak ketemu Beliau berdua, bawaanya cengeng ... 😢