Tiga hari sudah bersliweran chat teman-teman penulis tentang bahagianya mereka mengikuti Pelatihan literasi bersama 200 guru di Solo.

Kami yang belum mendapatkan kesempatan itu sementara memang cukup mendengar, sembari rajin membaca reportase mereka di rumah menulis kami Gurusiana.

Dari banyak penulis itu, tak semuanya kami kenal. Bahkan mungkin lebih tepatnya; banyak yang belum saling kenal. Tapi kekeluargaan yang dibangun patut diacungin jempol.

Saya sendiri, hanya kenal beberapa nama penulis. Yang paling tenar di antara kami ada Paklek, penulis asal Demak yang ngakunya pernah tahu saya, tapi saya tidak pernah tahu Beliau (kasihan banget). Tulisan-tulisan Beliau segar dan menggiurkan. Kalau seperti ini pengen dapat tanda tangan Beliau hehe !!

Ada Bu Rita dan Bu Sofi, mereka berdua tetangga saya. Sesama orang Surabaya. Tapi kali ini saya tak seberuntung Beliau, karena Beliau berdua telah sampai Solo.(Pelatihan kali ini belum ada tempat untuk guru TK hikz.. Halooo!!)

Nama-nama penulis lain yang saya kenal ada Bu Tuti dan Bu Budiarini dua penulis produktif yang memiliki senyum renyah. Banyak tulisan-tulisan Beliau yang menginspirasi saya. Kalau Bu Budi sudah menelorkan sejumlah buku yang kerennya super duper.

Setiap hari grup WA kami sangat riuh. Bagi saya ini asyik, meskipun kadang ada beberapa percakapan yang saya merasa tidak nyambung. Apalagi tentang Marni dan Marno. Barangkali kedua aktor imajiner ini menggantikan peran B'Joe dan De' City yang sempat tenar beberapa bulan lalu? Entahlah, saya tak berani bertanya pada rumput yang bergoyang.

Oh iya, ada yang menarik di gurusiana hari Selasa kemarin, sejumlah penulis hampir semuanya mengupas tentang kumis. Semakin penasaran tentang kumis, saya membaca cerpen konyolnya Bu Icha, haha.. saya kemekel nggak selesai-selesai.

Guyup dan eratnya kekeluargaan ini tentulah sesuatu yang wajib dijaga oleh semua personil di dalam grup. Karena itu acungan jempol, ucapan selamat, dukungan tulus dan sepenuh doa saling dilontarkan apabila ada saudara yang menelorkan karya, atau cover bukunya mulai dimunculkan.

Kekeluargaan yang terbangun indah ini tentu tak lepas dari campur tangan Allah sebagai pemilik segala dan pengatur kehidupan ini. Allahlah yang menurunkan manusia-manusia berhati Malaikat seperti Pak CEO Ihsan yang membuat para Ibu-ibu ngidam foto bersama Beliau (iya ta?), Pak Eko Prasetyo penulis muda dengan seabrek karya yang bikin pembacanya ngiler, dan Bu Isti -- novelis cantik pengagum lelaki berkumis tegas-- di MediaGuru. Mereka bertiga memberi andil besar bagi lajunya gerbong MediaGuru hingga mendunia.

Siang ini, kami membaca kejutan dari CEO di Grup. Ada pengusaha yang tertarik dengan buku-buku para penulis. Bagi saya hal seperti itu wajar, dan hadiah seperti itu memang layak bagi seorang CEO seperti Pak Ihsan yang memiliki sisi lain dari kehidupannya sebagai seorang trainer.

Beliau sosok yang zuhud dan tawadu', pribadi yang dekat dengan Allah. Maka jika kedepannya gerbong MediaGuru yang dipandegani Beliau ini melejit lebih tinggi, Anda-anda semua jangan heran. Tangan Allah ada dibalik kesuksesan ini.

Ini janji Allah yang perlu kita renungi; "Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian" (QS. Muhammad ayat 7).

Pesan Beliau yang terekam di ponsel saya; "Teman-teman, tetaplah rendah hati ya. Kaki tetap menjejak bumi. MediaGuru Alhamdulillah mendapat banyak dukungan. Kemdikbud ingin bekerja sama lagi dan lagi, insya Allah. Saya minta Anda terus menulis. Jangan lelah berkarya"

So! Tetap rendah hati. Jujur mata saya berkaca-kaca , dan ujung-ujungnya memang mbrebes mili membaca pesan ini.

Surabaya, 5 April 2017

#CatatanKakPuput tentang MediaGuru