Kak Puputnya Aiz

AKU RUMAH KETIKA ENGKAU MENJADI PENGEMBARA (30 Mei 2017 / @PutyAisy) PEREMPUAN BIASA YANG BERIKHTIAR MENJADI PEREMPUAN YANG DICEMBURUI BIDADARI SURGA Tak kena...

Selengkapnya
Navigasi Web
RINDU INI ISTIMEWA

RINDU INI ISTIMEWA

Pagi ini, visa dan tiket pesawat menuju tiga negara ada di meja kerjaku. Rupanya Allah tak main-main menyuguhkan bahagiaku.

Allah tak pernah main-main dengan segala prasangka hamba-Nya. Sayangnya terkadang kita enggan untuk berpositif thinking dengan cara kerja Allah. Sayangnya kita terlalu menuhankan logika berpikir manusia, menafikkan betapa maha kuasanya Allah yang menjadikan, apa yang menurut hitung-hitungan manusia tidak mungkin, menjadi sangat mungkin.

Dulu, aku pernah sangat baper setiap melihat bapak-bapak memakai kain ihrom. Aku bisa menangis histeris karena saking inginnya kain itu dipakai oleh lelaki yang kucintai di dunia ini; Ayah anak-anakku.

Hingga suatu hari aku mulai mengerti bahwa cengeng dalam kerinduan menuju rumah-Nya adalah cengeng yang keren. Hehe.. 😀. Jika awalnya saat melihat miniatur ka'bah aku menangisnya sembunyi-sembunyi, sekarang tidak lagi. Bagaimanapun menangis karena kerinduan tersebut adalah keren. Sekali lagi keren.

Suatu ketika, guru spiritualku datang dari ibadah umroh. Saat kami disuguhi air zam-zam dengan sangat lantang mengucapkan doa agar aku, suami dan anakku segera berangkat ke Baitullah dalam waktu dekat. Mendengar doa itu aku cuma cengar-cengir. Dibalik kata aamiin ada satu pertanyaan di kepala; apa iya?

Sebulan kemudian, tepat setahun lalu. Di sebuah perjalanan kereta Jogjakarta menuju Surabaya, kami menjadwalkan kegiatan Komunitas Pencerita untuk bisa hadir di Milad ke-9 yang rencana saat itu adalah di Bandung. Seorang sahabat mengatakan tidak bisa hadir karena akan menjalankan ibadah umroh. Entah sadar atau tidak hatiku bergetar hebat.

Bulan berikutnya, banyak yang melontarkan tanya; aku kapan?. Sekali lagi hanya bisa menjawab dengan cengar-cengir. Di kepala ini; urusan sekolah belum beres, pembangunan gedung baru menguras isi kantong pribadi sebagai owner tunggal yang berprinsip tidak mau bersentuhan dengan pinjaman uang dari Bank dan sejenisnya yang bisa beranak pinak. Duh, duh, duh.. hal tersebut butuh banyak biaya, dan kapan kami sekeluarga bisa berangkat? Hehe.

Sampai pada bulan kelima di tahun 2016. Kami para pencerita Surabaya bertemu. Sahabatku yang akan berangkat ke tanah suci di awal Maret 2017 itu bercerita tentang persiapannya. Aku ditunjukkan foto-foto hotel dan lain-lain. Ingin menjerit rasanya. Sampai akhirnya, sahabatku meyakinkan bahwa Allah akan memudahkan kita. Hingga akhirnya ditelponkan saudaranya dan aku masuk ke satu grup umroh mandiri.

Setelah diskusi panjang dan lebar kali tinggi dengan suami, meyakinkan kepada Beliau, melewati rintangan-rintangan kerikil-kerikil yang halus dan tajam, akhirnya di bulan ke-enam 2016 kami bulatkan tekad untuk booking tiket pesawat.

Proses demi proses kami jalani dan kami nikmati. Allah mengirim apa-apa yang kami butuhkan dengan segera. Sekali lagi kami bukan orang berduit yang langsung dapat uang "mak-blek" ada. Kami memulai semuanya dari nol.

Sekolah yang kami kelola ada cukup uang, tapi tak serupiah pun yang kami pergunakan. Kami bedakan bahwa ini kepentingan pribadi, tak ada sangkut paut dengan aekolah.

Lima bulan kemudian, kami harus sujud syukur. Karena semuanya telah beres dan lunas tiga bulan sebelum hari keberangkatan. Ingin menangis rasanya. Suwer deh, di sini kami merasa betapa romantisnya Allah. Betapa kerennya Allah. Hingga memudahkan kami mewujudkan pertemuan kami dengan-Nya.

Menanti Hari Pertemuan Kita

Menanti hari pertemuan kita;

aku dan jemari ini,

yang ingin mempercepat laju detik,

di jam dinding itu.

Menanti hari pertemuan kita;

Seperti lapar yang ingin dikenyangi,

Seperti gigil yang merindukan jemari.

Dan aku memiliki semua itu, pada-Mu.

Menanti hari pertemuan kita;

Ingin kucoret saja segala tanggal yang ada.

Ingin kulewatinya.

Sebab Engkau saja di kepala.

Menanti hari pertemuan kita;

mungkin kelak,

binarku bertukar air mata.

Sebab kudapati wangiMu,

menabur di sekujur kain ihramku.

Menanti hari pertemuan kita;

ada cemas yang menggila.

Sampaikah aku bersimpuh di kaki-Mu?

Empat puluh empat hari lagi;

Di tanah haram-Mu?

( Kumpulan tweetku pada 16 Januari 2017)

Allahu Akbar! Rindu ini istimewa ya Allah, maka mudahkan saat tinggal sejengkal lagi kami melangkah. Aamiin.

Surabaya, 23 Februari 2017

#LogikaAllahVSLogikaManusia

#CatatanKeajaiban

Bersambung..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post