SINTETIS MATERI Tabula Rasa VS Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Teori Tabula Rasa VS Filosopi Pemikiran KI HAJAR DEWANTARA
Oleh : QUADRI, S.Pd
Tabula Rasa = Kertas Kosong
Tabula rasa berasal dari bahasa latin, artinya kertas kosong. Tabula rasa merujuk pada teori yang menyatakan bahwa anak – anak terlahir tanpa isi, dengan kata lain kosong. teori ini dipengaruhi oleh pemikiran John Lockle, dari abad 17.
Teori Tabula asa ini menjadi salah satu dasar atau refeensi dari penulis dalam melihat murid dan menyelenggarakan pendidikan di kelas. Dengan asumsi bahwa anak adalah sebuah kertas kosong, maka penulis menganggap tugas utama guru dalam proses pendidikan adalah dengan mengisi kertas kosong tersebut dengan informasi – inforrmasi ( Pelajaran ) yang penting bagi anak dan mengharapkan anak berkembang sesuai dengan harapan guru.
Implikasi memandang anak sebagai kertas kosong
Dalam pandangan penulis akibat dari penerapan teori yang menganggap anak – anak sebagai sebuah kertas koosong menyebabkan sentral proses belajar terletak pada orang dewasa dan anak anak dikondisikan pasif ( karena mereka hanya kertas kosong yang harus di isi ). Dari teori ini keterlibatan anak tak dianggap penting, apalagi pendapat dan inisiatif mereka
Proses belajar dengan cara menulisi kertas kosong itu membuat penulis mencari cara gampang yaitu hanya mengajar (Transfer Knowledge), guru malas untuk berdiskusi dan muridpun tidak mau melakukan penenemuan dengan belajar sebelum masuk ke kelas karena menganggap akan ada informasi baru yang akan diberikan oleh guru.
Filosopi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Barulah setelah penulis mengikuti program yang di buat oleh kementrian Pendidikan dan kebudayaan yaitu Program Guru Penggerak penulis mempelajari modul Filosopi Pemikiran Ki Hajar Dewantara barulah penulis sadar bahwa selama ini kami adalah manusia manusia yang tidak tahu rasa terima kasih, tidak bisa menghargai para pejuang yang telah mengikhlaskan tenaga, hati dan fikirannya untuk Indonesia.
Metode pendidikan yang telah diletakkakn Ki Hajar Dewantara jauh sebelum kemerdekaan kita buang begitu saja. Kami justru berdiri angkuh dengan metode – metode yang bukan dari kita dan tidak sesuai dengan nilai kebangsaan. Pemikiran – pemikiran dari tokoh asli Indonesia seolah olah tergelatak di tumpukan lemari paling bawah. Berdebu dan kusam, tidak terpakai dan hanya menjadi bingkai usang.
Bebas tanpa Ikatan,
dengan suci hati mendekati sang anak,
bukan untuk meminta sesuatu hak,
melainkan untuk berhamba pada sang anak
(Ki Hajar Dewantara, 1922 )
Metode ₺ berhamba pada sang anak ₺ adalah merupakan filosopi pendidkan dari Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan yang berpusat kepada anak. Filosofi pendidikan ini mengharuskan guru untuk memberi tuntunan sesuai dengan tahap – tahap perkembangan anak secara budi ( Cipta,Rasa,Karsa) dan pekerti (tenaga). sesuai dengan kodratnya sang anak. Ki Hajar Dewantara menggambarkan tuntunan pendidikan yang ibarat petani yang menanam berbagai macam tanaman dan memelihara tanaman tersebut sesuaia dengan kodratnya.
Ki Hajar Dewantara Telah meletakkan bahwa metode dasar pendidikan itu adalah metode Among. Artinya para pengajar tidak meletakkan diri sebagai subjek dan peserta didik sebagai obyek. Metode Among yang di contohkan Ki Hajar Dewantara memperlihatkan bahwa para pengajar itu layaknya ibu yang mengayomi dan mengemong para peserta didiknya. Seperti seorang ibu yang berada dibelakang ketiika mengajari anaknya berjalan. para pengajar harus memposisikan dirinya sebagai orang yang dibelakang, bukan hanya melepaskan begitu saja tapi menuntun para peserta didik untuk memunculkan bakat dan potensi dirinya yang paling menonjol.
Ki Hajar Dewantara yakin bahwa mendidik dan memahami budaya sendiri adalah pintu menuju kebangkitan kaum pribumi melawan kaum penjajahan. Ilmu tanpa pemahaman kepada Tuhan tidak akan jadi pisau untuk memotong buah – buahan atau sayuran tetapi hanya untuk menikam dada orang lain. Dan kondisi yang disampaikan oleh beliau tersebut sudah kita alami sekarang, dimana ketika orang berilmu mempergunakan ilmunya untuk saling membodohi dan bergotong royong menyengsarakan rakyat.
Tranformasi pendidikan dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran dan filosofi Ki Hajar Dewantara.
Penulis menyadari bahwa guru merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pendidikan, guru menjadi titik sentral dan awal pembangunan pendidikan. guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan saat ini, karena guru yang berinteraksi langsung dengan bibit bibit generasi penerus bangsa untuk itu guru sebagai komponen kunci keberhasilan pendidikan dituntut untuk mampu mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan konsep pemikiran Kihajar Dewantara sehingga mampu memerdekakan dan membangun karakter kemanusian yang cerdas dan berkarakter pada peserta didiknya.
Ing Ngarso Sung Tuladha,
Ing madya mangun karsa,
Tut Wuri Handayani
semboyan diatas hanyalah sebagian pemikiran dari sangat banyaknya pemikiran Kihajar Dewantara mengenai pendidikan di Indonesia. penulis menyadari untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan pemikian Ki Hajar Dewantara maka penulis harus memaknai ke 3 semboyan tersebut dan mengimplementasikan nya ke dalam pembelajaran. sudah saatnya kita berhenti menjadi generasi durhaka yang menyia nyiakan pengorbanan dari Ki Hajar Dewantara pada pendidikan.
Penjajahan pola pikir yang dialami generasi saat ini hanya bisa di lawan dengan perjuangan pendidikan. dan filosopi dari Ki Hajar Dewantara adalah obat untuk melawan penjajahan tersebut. Agar pendidikan tidak sekedar mengirim generasi penerus bangsa ke dunia industri tapi juga mengirimnya kepada masyarakat untuk mengabdi kepada mereka dan berjuang untuk kebaikan bersama.
₺Jika Sebuah bangsa ingin tumbuh menjadi bangsa yang sehat secara lahir dan batin, maka system pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada rakyat harus didasarkan pada prinsip nasional, kultur dan budaya yang ada pada masyarakat sendiri₺
(Kutipan Ki Hajar Dewantara dalam alinea pertama azas dan tujuan sekolah taman siswa yang didirikannya pada tahun 1922
Pinrang, 27 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah, menemukan tulisan lama namun aktual dan berbobot. Terima kasih, Pak Quadri, Salam Literasi
Alhamdulillah, menemukan tulisan lama namun aktual dan berbobot. Terima kasih, Pak Quadri, Salam Literasi
Mantap sekali sahabatkuuuuuu
Merdeka hanya mencoba untuk belajar menulis. Kritik dan sarannya saudara.
Tulisan yang menginspirasi. Tabula rasa dan ing madya mangun karsa..salam literasi pak
Terimakasih salam literasi