Masih suasana liburan lebaran, ketika saya silaturahmi ke kampung halaman datanglah undangan pernikahan yang menyatakan si Nurjannah dan Kamsir akan menikah minggu depan tepatnya tanggal 3 Juli 2017. Saya terkejut waktu itu mengapa karena saya tahu Si Nur ini masih sedang sekolah. Mengapa tanyaku? Setelah dijelaskan alasan orang tuanya mengapa menikahkan putrinya sedini itu, dia katakan bahwa ibunya si Nur punya wasiat jika anaknya kelak akan menikah, nikahkanlah dengan yang masih ada ikatan keluarga dengan ibunya. Namun siapa sangka pernikahan itu terlalu Dini untuk dilangsungkan. Si Nur ini masih sedang bersekolah di Kelas XI di Madrasah Aliya setempat. Jika ditanya apa perasaan Nurjannah dijodohkan di tengah pendidikannya ia sungguh sangat kecewa dan terpukul. Sempat lah dia mengucapkan kepada ayahnya apakah 'ayahnya sudah tidak sanggup memberikan makan dan minum serta biaya sekolahku, dengan nada menangis. Tapi itu tidak berlangsung lama konon katanya perasaan si Nur dibuat biar menerima apa adanya perjodohan itu. Sungguh tega. Tapi itulah yang terjadi sesungguhnya. Sehingga saya menyaksikan tidak ada raut bahagia dipernikahan yang semestinya dirayakan dengan kebahagiaan. Pengantin tidak nampak tersenyum hanya sekali-kali. Berbeda dengan kedua orang tuanya yang telah merencanakan perjodohan itu sungguh berbanding terbalik. Astagfirullah. Saya kadang berfikir siapa sebenarnya yang ingin bahagia. Siapa? Sudah terjawablah sudah. Pernikahan Dini memang menyenangkan bagi kedua orangtuanya karena alasan dia menyayangi anaknya. Begitu katanya. Saya yang hanya datang diundang hanya mendoakan semoga langgeng sampai ke anak cucu. 3 Juli 2017