rachman firdaus

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
mengajar dengan cinta

mengajar dengan cinta

Oleh : Rachman Firdaus, M.Pd

Guru SMPN 1 Nagawutung

Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur

Saat ini, profesionalitas guru dalam dunia pendidikan dihadapkan pada masalah perilaku moral peserta didik. Keterlibatan pelajar dalam beragam penyimpangan sosial, adalah catatan kelam dunia pendidikan tanah air. Merosotnya perilaku moral peserta didik bukanlah semata-mata kesalahan mereka, namun juga kesalahan komponen kehidupan yang ada di sekitar mereka. Fenomena tersebut tidak terlepas dari adanya perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh Modernisasi diberbagai aspek kehidupan sehingga turut mempengaruhi cara berpikir dan bertindak setiap individu maupun kelompok dalam aktivitas hidupnya termasuk dunia pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peranan guru sangatlah penting dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Guru tentunya menyadari akan pentingnya membangun karakter siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Membangun karakter positif siswa hanya dapat dilakukuan oleh guru yang mampu memahami dunia siswa dengan CINTA (Characteristic, Intelegensi, No Discriminative, Touch, Assesment). Mengajar dengan CINTA berarti membentuk karakter positif siswa.

CINTA Sebagai Solusi kelamnya dunia Pendidikan

Guru yang profesional tentunya menyadari bahwa keberadaannya dalam proses pendidikan adalah sebagai agen perubahan atas kompetensi peserta didik. Tanpa ada perubahan berarti proses pendidikan dan pembelajaran tidak terjadi. Proses pembelajaran yang bermakna akan melahirkan generasi yang bermartabat.

CINTA (Characteristic, Intelegensi, No Discriminative, Touch dan Assesment) menjadi solusi guru dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Mengajar dengan CINTA akan berpengaruh positif dalam perkembangan karakter peserta didik. Guru dalam pembelajaran Cinta akan diuraiakan sebagai berikut :

CHARACTERISTIC (Karakteristik)

Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius Partanto, 1994). Seorang guru harus mampu memahami keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.

INTELEGENSI (Kecerdasan)

David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif. Banyak orang yang cerdas secara intelektual namun belum tentu memiliki kecerdasan emosi. Dengan demikian seorang guru tidak saja harus mampu memahami kecerdasan intelektual siswa namun juga berusaha untuk menciptakan interaksi belajar dengan memanfaatkan emosi secara baik, efektif, dan efisien untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang bermakna.

NO DISCRIMINATIVE (Tidak Diskriminatif)

Siswa mempunyai latar belakang keluarga yang bervariasi. Kebhinekaan Indonesia tak dapat disangkal lagi, Selalu ada kemungkinan pertemuan antar etnis di ruang kelas. Etnis budaya membawa kemajemukan tata perilaku siswa sehingga berakibat pada gaya belajarnya. Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu memahami gaya belajar siswa. Gaya belajar juga dipengaruhi oleh modalitas perseptual yaitu reaksi khas individual dalam mengadopsi pembelajaran secara efisien yang dipengaruhi oleh faktor biologis, dan lingkungan fisik.

TOUCH ( Sentuhan)

Guru tentunya menyadari bahwa sikap sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan kegiatan belajar. Hubungan antara guru dan peserta didik memang seharusnya dibuat menjadi suasana demokratis dan saling membuka diri tanpa dihalangi oleh adanya sikap atau perasaan negatif ataupun permasalahan di antara kedua belah pihak. Pendekatan dalam pembelajaran dengan sentuhan hati dan penghargaan terhadap siswa akan mampu memotivasi dan meningkatkan aspek sosialnya.

ASSESMENT (Penilaian)

Penilaian menjadi satu hal penting yang harus dilakukan oleh guru. Penilaian tidak hanya pada aspek koqnitif saja, namun, juga harus memperhatikan aspek keterampilan dan sikap siswa sehingga siswa mampu berperilaku positif dilingkungan masyarakatnya.

Mengajar dengan CINTA dapat menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Guru dalam proses pembelajaran yang efektif. Hal tersebut akan turut memberikan kontribusi positif dalam perkembangan karakter positif siswa di era modernisasi. Semoga guru mampu mengajar dengan CINTA dalam aktivitas keprofesiannya sehingga mampu menciptakan generasi Indonesia yang cerdas dan berkarakter positif.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

CINTA (Characteristic, Intelegensi, No Discriminative, Touch dan Assesment) ....... mantap sekali pak rachman.

15 Aug
Balas

keren banget "CINTA" nya.... semoga kita dapat menerapkannya di sekolah

15 Aug
Balas

cakep pa tulisannya *jempol

15 Aug
Balas



search

New Post