Rachmani Dewi Sulistyawati

Terus melangkah, jangan menyerah apalagi berbalik arah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Tijn Kecil (tantangan hari ke-65)

Kisah Tijn Kecil (tantangan hari ke-65)

#TantanganGurusiana

Alkisah seorang anak laki-laki berusia lima tahun di negeri Belanda didiagnosa suatu penyakit yang mematikan.

Ia didiagnosa menderita penyakit kanker otak yang ganas.

Suatu hari saat ia tengah menjalani pengobatan kemoterapi, ia mendengar dari berita dari dokter yang merawatnya.

Bahwa banyak anak di negara miskin meninggal karena penyakit yang sama disebabkan tidak ada biaya pengobatan.

Mendengar berita tersebut, ia meminta izin pada orang tuanya untuk membantu mencari donasi.

Ia ingin dapat membantu anak-anak di negara miskin yang menderita sakit yang sama dengannya, agar dapat dibantu mengakses fasilitas kesehatan untuk pengobatannya.

Ia pun mulai menjajakan jasa mengecat kuku teman-teman di sekolahnya dengan menggunakan kuteks milik mamanya.

Uang yang didapat ia kumpulkan semakin hari semakin banyak. Terlebih setelah sebuah setasiun TV lokal ikut menayangkan kegiatannya, maka banyak selebriti yang datang ikut berdonasi.

Hanya saja mereka meminta cukup satu jari saja yang dicat, mengingat stamina Tijn yang lemah karena penyakitnya.

Setelah berjalan selama satu tahun, akhirnya terkumpul uang sebanyak 42 milyar rupiah.

Dan diserahkan kepada PMI Belanda dengan permintaan agar seluruh uang tersebut digunakan untuk pengobatan anak yang menderita kanker otak di negara miskin.

Qodarullah beberapa bulan setelah itu Tijn meninggal dunia dalam usia enam tahun.

Dari kisah di atas kita dapat mengambil pelajaran penting khususnya dalam dunia pengasuhan.

Bagaimana seorang anak berusia lima tahun telah memiliki empati dengan orang lain, padahal ia pun tengah menderita penyakit yang mematikan.

Bagaimana orang tua Tijn kecil mampu memberi kesempatan padanya untuk dapat melakukan sesuatu yang berarti bagi orang lain dalam situasi ini.

Dan bagaimana masyarakat dapat mengapresiasi dengan tulus dan serius atas apa yang Tijn lakukan.

Mungkin kita sendiri dapat bercermin pada lingkungan kita selama ini. Bagaimana biasanya kita memandang keinginan, mendengarkan pendapat, dan mempercayai keyakinan seorang anak berusia lima tahun.

Rasanya amat jarang keluarga yang memperlakukan anak dengan hormat dan sayang sejak dini sekali, sehingga ia tumbuh dengan kemampuan berpikir kritis sejak dini.

Kita lebih suka memilih pengasuhan yang praktis dengan kekerasan atau memanipulasi agar anak mau menuruti keinginan kita orang tuanya.

Semoga kita tidak termasuk orang tua yang melakukan pengasuhan yang demikian

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin ya Allah. Sukses selalu ya bund

02 Apr
Balas

Terima kasih. Maaf baru sempat ditanggapi. Sukses juga untuk ibu Aisyah Jamela

02 May



search

New Post