Rachmani Dewi Sulistyawati

Terus melangkah, jangan menyerah apalagi berbalik arah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Konsekuensi Kolektif (tantangan hari ke-77)

Konsekuensi Kolektif (tantangan hari ke-77)

#TantanganGurusiana

(Bagian ketiga, habis)

Di suatu siang.

"Sebelum pulang, kalian kumpulkan tugas menyalin al quran yang bu dewi minta kemarin ya"

"Kalau belum selesai jangan pulang dulu. Selesaikan dulu."

Ada yang langsung menyetorkan tulisannya ada pula yang duduk dan mulai menulis sambil bersungut-sungut

 

Kemarin kembali kesepakatan kelas terlanggar. Siswa mujahid kedapatan saling mengolok temannya dengan menyebut nama orang tua temannya itu. 

Kejadian ini adalah kejadian yang kedua. Sebelumnya saat pertama kali terlanggar, sesuai perjanjian, mereka diminta menuliskan satu halaman dan kini jadi bertambah menjadi dua halaman.

Tentu saja tidak ada yang senang dengan peraturan ini. Namun jika memahami dinamika sosial di dalam sebuah kelas, maka aturan ini bisa menjadi salah satu alat kontrol sosial.

 

"Bu, kenapa yang ngatain satu orang, kok kita semua sih yang harus menulis", begitu mereka memprotes kebijakan ini.

" Iya, memang gak adil kelihatannya." Saya mencoba menyamakan pandangan

"Capek Bu. Nulisnya...."

" Iya, tapi Bu Dewi capek juga dong kalau tiap hari lihat kalian bertengkar sambil menyebut nama-nama orang tua"

" Lantas kalian akan menunjuk satu sama lain untuk menunjukkan bahwa kalian bukan yang memulainya."

"Terus gimana, Bu"

"Mulai dong, kalian belajar mengontrol diri kalian agar jangan mudah terpancing hal-hal yang buruk"

"Kalian harus bisa belajar mengingatkan teman kalian mulai berkata atau melakukan hal yang buruk.

Kalian harus busa belajar bersabar, tidak membalas keburukan dengan keburukan.

Kalian harus bisa belajar memaafkan dan berlapang dada terhadap saudara kalian sesama muslim yang ada di kelas ini. Itu mau Bu Dewi"

"Kalau kalian mau belajar melakukannya, Bu Dewi jamin  tugas menulis seperti ini tidak akan diberikan"

Kelas pun hening. 

"Bagaimana? Bisa gak kalian melakukan apa yang Bu Dewi minta?"

Sejak saat itu setiap ada seorang siswa yang kelepasan mengolok temannya, maka yang lain segera mengingatkan agar tidak perlu membalas. 

"Sttt..Eh, udah ngapa. Entar disuruh nulis sama Bu Dewi loh."

Bu Dewi senang. Meski masalah belum tentu segera menghilang, setidaknya proses belajar keterampilan emosi dan sosial sudah dimulai

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju Bund. Anak anak belajar peduli dan mengingatkan. Keren. Sukses selalu dan barakallahu fiik

14 Apr
Balas

Terima kasih atas kunjungannya

02 May



search

New Post