Rachmani Dewi Sulistyawati

Terus melangkah, jangan menyerah apalagi berbalik arah...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tentang R.A. Kartini (tantangan hari ke-85)

#TantanganGurusiana

 

Ketika masih duduk di sekolah dasar, saya memaknai hari Kartini sebagai hari berkebaya ke sekolah.

Setiap tanggal 21 April banyak teman perempuan yang hadir ke sekolah dengan mengenakan kebaya. Tapi saya tidak ingat dengan teman saya yang  laki-laki.  Mungkin mereka memakai pakaian adat lainnya, atau seragam sekolah biasa seperti saya ketika itu.

Beranjak besar, saya mulai memahami sebagian kecil sejarah tentang R.A. Kartini. Namun pengetahuan yang umum adalah beliau adalah pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita dan penulis buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

Ketika itu saya yang saya pahami Kartini memperjuangkan hak wanita untuk dapat hak yang sama dengan kaum laki-laki.

Yakni hak yang sama untuk mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki

Apalagi buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang berisi kumpulan surat-surat Kartini pada temannya yang ditulisnya dalam bahasa Belanda.

Kekaguman saya pada Kartini mulai tumbuh. Keren banget sih bisa berkorespondensi dengan orang bule. Begitu kira-kira ekspresi  kekaguman diri.

Beranjak lebih besar lagi, saat saya mulai mempelajari keislaman lewat kegiatan rohis sekolah, saya memiliki perspektif baru tentang Kartini.

Ternyata beliau adalah wanita cerdas yang kritis dan tidak pernah berhenti untuk belajar.

Kisah Kartini saat mulai mempelajari islam lebih dalam juga tak lepas dari kekritisannya mengamati berbagai aturan yang menurutnya tidak relevan.

Hingga sebuah kisah bahwa Kartini ingin menggunakan hijab saat mempelajari tafsir surat An Nur ayat 24 tentang perintah berhijab untuk wanita muslimah, semakin kagum ini menggumpal dan  membesar.

Hingga akhirnya saya mengetahui bahwa Habis Gelap Terbitlah Terang ternyata terinspirasi dari ayat di Surat An Nur: MINAZZULUMAATI ILAN NUUR yang artinya dari kegelapan menuju cahaya.

Kini saya menyadari saat mengingat beliau, almarhumah R.A Kartini bukan lagi tentang emansipasi wanita semata.

Bukan lagi hanya tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, yang menganggap kedua gender ini betul-betul sama antara hak dan kewajibannya.

Kini saya mengagumi beliau tersebab beliau adalah wanita yang kritis dan tidak  pernah berhenti belajar.

Kini seharusnya setiap perempuan harus menjadi  wanita bisa lebih bijak tersebab menjadi insan yang tidak pernah berhenti belajar.

Kini seharusnya setiap perempuan harus menjadi  wanita bisa lebih bijak tersebab menjadi insan yang tidak pernah berhenti belajar.

Kini seharusnya, perempuan mengasah kemampuan berpikir kritisnya agar mampu menjaga dirinya dari berbagai pengaruh buruk terlebih yang berasal dari dunia maya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan keren, menguak sisi lain seorang Kartini yang makin membuat hati tambah bangga dan kagum pada sosok Kartini. Sukses selalu dan barakallahu fiik

22 Apr
Balas

Terima kasih bu Vivi...Seperti pada sosok bu Vivi pun ada banyak hal yang bisa saya teladani

02 May



search

New Post