Bagian 6

"Mbak! Aku ribut sama suamiku." Isi pesan dari Adis yang masuk ke gawaiku ini cukup mengejutkan. Ditambah lagi Adis juga mengirimkan tiga poto lengannya yang memerah.

"Eh! Itu tanganmu kenapa merah?" Balasku.

"Dilempar tong sampah, mbak." Katanya

"Hahahahah." Kubalas dengan tertawa.

"Mbak! Kok ketawa sih! Sakit tahu?"

"Ups! Sorry! Ngomong-ngmong kenapa sampai dilempar gitu?"

"Ada yang ngadu sama suamiku, mbak."

"Ngadu gimana maksudnya?"

"Suamiku bilang ada salah satu teman kita di kantor yang bilang sama dia kalau aku sering teleponan sama cowok."

"Whatss?? Masa sih? Siapa kira-kira', Dis?"

"Mana aku tahu, mbak!"

"Ya udah, minta maaf gih sama suamimu. Trus, jangan dilanjutkan lagi, ya?"

Pesan terakhirku cuma dibaca saja. Hingga tiga hari ke depan Adis tidak bisa lagi kuhubungi. Aku jadi khawatir. Aku takut suaminya kalap dan akan melakukan hal yang lebih membahayakan diri Adis lagi. Ingin sekali rasanya aku ke rumah Adis. Tapi aku sedang berada di Surabaya, ada pekerjaan dari kantor yang harus aku selesaikan.

Kucoba hubungi Sherly, aku meminta dia untuk melihat Adis ke rumahnya. Namun, hingga dua hari kedepan Sherly belum juga punya kesempatan, karena dia harus menyelesaikan laporan keuangan.

Lima hari setelah itu, "Mbak!" Pesan masuk di messenger.

"Eh, Adis! Kenapa nomormu nggak aktif?" Tanyaku.

"Hapeku rusak, mbak."

"Lah, ini bisa messenger pake hape siapa?"

"Hape Beni, mbak."

Setelah membalas pesanku, messengernya tidak aktif kembali. Ya sudah, aku sedikit tenang minimal Adis masih baik-baik saja.

(Bersambung)

#TantanganMenulisHariKe-355

#TantanganGurusiana

#Menuju365Hari