Bagian 1

Sudah berkali kali aku peringatkan Adis, supaya dia jangan lagi melakukan perbuatan itu, berhubungan dengan suami orang. Aku juga jelaskan kepadanya resiko yang bakal dia terima, dari mulai yang ringan hingga terberat. Juga dosa yang dia tanggung atas perselingkuhannya itu. Tapi, semua kata-kataku bagaikan angin yang melintas sesaat.

"Ah, iseng aja, Mbak." Jawabnya ringan.

"Iseng, kamu bilang?" Aku ternganga.

"Iya, iseng!" Diulanginya kembali sembari nyengir.

"Dis, yang kamu lakukan ini bukan permainan, bahaya tau! Bagaimana kalau ketahuan sama suami kamu?" Kataku lagi.

"Ya nggak apa-apa." Santai sekali dia menjawab dengan mata yang tetap ke layar handphone.

Aku diam saja, jengkel luar biasa. Memang susah menasihati orang yang lagi dimabuk asmara. Semua tampak manis, mungkin kotoran kambing pun rasa coklat baginya.

Mataku kembali ke layar monitor laptop, masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Sementara Adis masih asik berbalas pesan sambil senyum senyum sendiri.

"Setres kamu, Dis." Kataku.

"Biarin! Mbak ngapain sih sibuk sama aku." Jawabnya dengan cengengesan.Tak lama kemudian, dia berdiri dan keluar dari ruanganku, "Hem, iya, iya. Lagi di kantor. Nggak ada." Aku geleng-geleng kepala melihat tingkah Adis yang seperti ABG kebanyakan.

Aku bisa pastikan itu telepon dari Bima, laki-laki yang akhir-akhir ini dekat dengan Adis. Menurut Adis, Bima adalah temannya sewaktu SMP dan SMA walau berbeda kelas.

(Bersambung)

#TantanganMenulisHariKe-351

#TantanganGurusiana

#Menuju365Hari