Bagian 7

Sepulang dari dinas luar, aku dapat cerita dari Sherly kalau ponsel Adis ternyata di lempar berkali-kali ke dinding hingga berderai. Selain itu, Adis juga dipukul di bagian tengkuk oleh suaminya. Miris aku mendengarnya, tapi mudah-mudahan semua bisa menjadi pelajaran berharga untuk Adis.

"Terus Bun, kata mbak Adis, ternyata suaminya juga selingkuh, Bun." Lanjut Sherly.

"Eits, apa kamu bilang, Sher?" Serasa disambar petir telingaku mendengar kata-kata Sherly barusan.

"Suami mbak Adis ternyata juga selingkuh!" Sherly mengulangi perkataannya.

"Astaghfirullah! Kok jadi kacau gini. Tapi, si Adis tahu dari mana Sher?"

"Waktu suaminya tidur, mbak Adis mau make henpon suaminya untuk buka medsos. Lalu, pas dia buka messenger, eehh.. terbacalah chatingan suaminya sama perempuan itu Bun."

"Lah, Adis marah nggak?" Pertanyaanku serasa tidak penting.

"Mbak Adis nangis waktu cerita ke Sherly, Bun."

Aku bingung mau bilang apalagi. Kejadian pemukulan terhadap Adis oleh suaminya, sedikit banyak aku sudah memperkirakannya. Tapi kalau tentang suaminya yang ternyata juga berselingkuh, itu tidak pernah terpikir olehku.

Rumah tangga yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, kenapa malah dinodai oleh perbuatan yang tidak selayaknya.

*************************

Sore ini ketika aku bersiap masak botok kesukaan suamiku, Adis muncul di rumahku.

"Mbak! Aku mau cerita!" Teriaknya begitu selesai mengucapkan salam.

"Hei! kamu dari mana, Dis?" Tanyaku.

"Dari rumah." Jawabnya ketus.

"Duduk di dapur aja yuk. Mbak mau masak botok, nih." Ajakku.

Adis mengikutiku ajakanku, lalu dia tarik kursi makan yang ada di dapur. Mukanya terlihat suram.

"Sherly udah cerita apa aja sama mbak?" Tanya Adis.

"Ya cerita seperti yang kamu ceritakan sama dia." Jawabku seraya mengaduk seluruh bahan+bahan botok di dalam wadah plastik.

"Mbak... " Adis menghentikan kata-katanya.

"Apa?? Kamu itu mau ngomong apa, Dis?"

"Ayah Beni selingkuh!" Kayanya.

"Lho! Sama dong." Jawabmu.

"Namanya Liana, Mbak." Lanjut Adis.

"Kamu tahu dari mana kalau suamimu sama Liana itu selingkuh? Siapa tahu cuma temenan aja." Kataku. Adonan botok mulai kubungkus dengan daun pisang.

Adis cemberut, "Temanan apaan? dia panggil mama papa gitu! Lihat nih!" Kata Adis sambil menunjukkan screen shootan pembicaraan antara suaminya dan Liana.

Kalau aku baca isi Chat itu sepertinya suami Adis memang ada hubungan istimewa sama perempuan yang namanya Liana itu.

"Ya udah, nggak usah marah. Kamu sama Bima kan juga saling memanggil papa mama." Kataku. Aku pernah tidak sengaja mendengar Adis dan Bima teleponan dengan sebutan papa mama.

"Ih, mbaaakk." Teriak Adis.

"Adis, gini aja deh, kalian berdua bicaralah baik-baik. Tapi, sebelumnya kamu hentikan dulu hubungan kamu sama Bima. Lalu, kamu pinta agar suamimu melakukan hal yang sama dengan kamu. Selanjutnya kalian saling merubah diri. Sama-sama menerima kelebihan dan kekurangan kalian masing-masing." Aku ingin nasihatku ini didengar dan dituruti sama Adis.

Adis diam tidak menjwab sepatah katapun. Namun tak lama setelah itu, "Aku pulang dulu, mbak." Dia pamit pulang.

Kuantar dia hingga ke halaman depan rumah. Sambil melepasnya, kudoakan semoga Adis bisa menghentikan semuanya.

(Bersambung)

#TantanganMenulisHariKe-357

#TantanganGurusiana

#Menuju365Hari