Rachmawati

Lahir di Medan 5 Agustus 1973, menjalani karier sebagai guru sejak tahun 1999 selepas S1 dari Universitas Bengkulu. Sekarang bertugas di SMP Negeri 22 Kota Beng...

Selengkapnya
Navigasi Web

Nuansa Abu Abu

Bagian 2

Aku sih tidak perduli dia teman dari bayi juga. Aku hanya ingin Adis berhenti selingkuh sama Bima.

"Dis, orang-orang seantero kantor udah ngomongin kamu, lho." Kataku keesokkan harinya. Kebetulan dia masuk ke ruanganku.

"Kenapa sih semua orang kepo sama urusanku. Aku kan nggak pernah ngurusi hidup orang." Adis bersungut sungut.

"Hei! Wajar orang kepo, Dis. Kamu itu terlalu mencolok, tahu nggak?" Sahutku.

"Ah! Dasar kalian tidak bisa lihat orang senang." Jawabnya sambil melangkah keluar. Namun, tak lama berselang dia tergopoh gopoh masuk kembail ke ruanganku. "Mbak! Aku di inbox!" Teriaknya.

"Sama siapa?" Kupandangi wajahnya.

"Sama istrinya Bima!" Sahutnya.

"Nah, lho! Gimana, coba?" Aku terkejut sekaligus berdoa semoga ini bisa menjadi akhir dari hubungan Adis dan Bima.

"Ya nggak gimana gimana, mbak! Enak aja dia marah-marah sama aku." OMG! Adis masih saja belum sadar kalau dia memang salah.

Aku menghentikan jariku sebentar dari keyboard laptopku. "Wajar donk dia marah, namanya juga suaminya sibuk sama perempuan lain." Kataku.

"Ah! Aku cuma temenan aja, Mbak." Jawab Adis.

"Kalo temenan nggak harus teleponan sepanjang waktu, kan?" Adis diam, dia malah asik membalas pesan istri Bima. "Ya udah, mbak ke luar dulu, mau menemui Pak Gerald."

Adis mengangguk tanpa melihat ke arahku, "Iya, mbak."

Aku melangkah ke atas, ke ruang Pak Gerald. Dia adalah bendahara kantorku. Kemarin dia memberi tahu kalau gajiku bulan depan berkurang secara otomatis. Hal ini disebabkan karena usia anakku yang sudah 21 tahun. Usia yang dianggap dewasa dan tidak harus diberi tunjangan lagi, kecuali aku melapor ke BPKAD dengan menyertakan selembar surat keterangan kuliah.

Begitu aku masuk, ternyata di ruangan Pak Gerald sudah ada beberapa orang temanku. Sepertinya mereka lagi bergosip tentang Adis.

"Mbak, itu si Adis semakin menjadi jadi kelihatannya." Suara Tina sedikit mengagetkanku.

"Maksud kamu apa, Tina?" Aku balik bertanya padanya.

"Itu mbak, dia semakin sering teleponan. Siapa sih mbak yang di teleponnya, itu?" Lanjut Tina.

"Ya, kamu tanya aja sendiri, Tin." Jawabku santai.

"Pasti mbak tahu, kan? Adis kan sering berdua sama mbak." Rupanya Tina penasaran sekali.

"Kalopun mbak tahu, ya nggak mungkinlah mbak umbar cerita disini. Tapi, kalau kata Adis sih laki-laki itu temennya, Tin." Jawabku.

Tina tidak menyahut lagi dan aku lanjut menyelesaikan urusanku dengan bendahara.

(Bersambung)

#TantanganMenulisHariKe-352

#TantanganGurusiana

#Menuju365Hari

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post