WARISAN
Bagian 7
Belum kelar urusanku sama bang Varo dan bang Alek. Om Pujo, adik bungsu ibuku sekarang ikut-ikutan mendesakku, agar aku mau melepas tanah itu untuknya, tapi dengan harga yang sangat jauh di bawah standar. Tentu saja aku keberatan dan aku menolaknya.
Sudah dua bulan bang Varo dan bang Alek tidak menelponku. Meski di lubuk hati terdalam aku merasa senang, tapi aku juga bertanya-tanya kemana rimbanya mereka berdua.
"Itu abang kamu datang lagi, Vania! Dia tetap ngotot pengen jual tanah itu. Untunglah ada Om Petra petugas kelurahan yang paham hukum, si Varo dan Alek bagaimanapun nggak bisa menjual tanah itu tanpa kamu. Usaha mereka gagal lagi, Van!" Terjawab sudah rasa penasaranku setelah menerima telepon om Sarno.
Tahun demi tahun berlalu, tanah warisan itu masih tetap utuh terjaga. Aku berpikir bagaimana caranya agar warisan itu bermanfaat untuk ibu dan bapakku yang telah kembali keharibaannya. Aku ingin mereka mendapatkan pahala yang mengalir terus menerus. Akhirnya aku berembuk dengan adik-adik ibuku, bahwa tanah itu harus aku lepaskan. Tapi tentu saja dengan harga yang sesuai. Alhamdulillah, anak Om Sarno bersedia membayar tanah itu, dan akub isa menghajikan atas nama mereka berdua.
#TerusMenulis
#HariKe-372
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar