Genap seratus hari bapak meninggalkan kami. Sosok karisma itu sudah tiada lagi. Hanya tinggal nasehat-nasehat dan kenangan yang tersimpan di hati. Bapak mungkin tidak seperti ibu yang hampir setiap hari mendampingi kami di rumah saat kami kecil, yang sangat disiplin. Tapi bapak juga selalu memberikan kebaikan-kebaikan untuk kehidupan kami. Diluar kewajibannya sebagai pencari nafkah, beliau panutan bagi kami.

Teringat saat kami masih bersama dalam satu atap, masa kecil yang indah bersama keluarga. Masa sekolah masa di mana ibu mengajarkan kami kedisiplinan. Bapaklah yang terkadang memberi kami kebijakan-kebijakan yang menguntungkan buat kami. Uang jajan yang di tambah tanpa sepengetahuan ibu, makan-makan kecil walau sekedar di ajak ke warung bakso atau rumah makan padang, oleh-oleh saat beliau pulang kerja. Dan yang lebih menguntungkan adik-adikku, adalah bapak sering kali membelikan sepatu baru meski belum rusak. Aku tidak pernah iri, aku bangga dan senang melihatnya.

Kami iklas tapi kami rindu. Andai waktu bisa berputar ke belakang. Menikmati kembali kebersamaan kami di masa kecil. Bahagia penuh canda tawa. Kami tiga bersaudara. Pesan bapak hanya satu untuk kami. Rukun dan jaga ibu sampai kapanpun. Genap seratus hari bapak pergi, kami sngat merindukanmu. Bahagia bapak di surgaNYA Allah SWT.