Raden Hidayat

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Asesmen Nasional Sebagai Perubahan Paradigma Evaluasi Pendidikan

Asesmen Nasional Sebagai Perubahan Paradigma Evaluasi Pendidikan

Perubahan paradigma pembelajaran dari teachers oriented menjadi students oriented mengakibatkan perubahan paradigma evaluasi pendidikan. Kebijakan merdeka belajar yang dicanangkan pemerintah salah satunya adalah peningkatan sistem evaluasi pendidikan. Kemendikbud selaku kementrian dalam pemerintah yang menyelenggarakan urusan pendidikan mengeluarkan kebijakan Asesmen Nasional yang menjadi penanda perubahan paradigma evaluasi pendidikan itu.

Asesmen Nasional menjadi potret layanan pendidikan dalam satuan pendidikan dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Sistem ini akan merekam jejak mutu satuan pendidikan pada hasil belajar murid. Ada banyak informasi yang diperoleh oleh sistem evaluasi ini melalui tiga instrument utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Mari kita kaji bagaimana tiga instrument ini menjadi evaluasi sistem pendidikan yang akan segera diberlakukan pada tahun 2021 tepatnya bulan September – Oktober. Salah satu instrument utama Asesmen National adalah AKM yang merupakan singkatan Asesmen Kompetensi Minimum. AKM mengukur kompetensi dasar literasi yaitu kemampuan bernalar menggunakan bahasa dan numerasi yaitu kemampuan bernalar menggunakan matematika. Kata minimum memiliki persepsi bahwa tidak semua konten dalam kurikulum diukur , namun konten yang esensial yang menjadi tolak ukur dalam AKM. Literasi membaca dan numerasi murid diukur secara kognitif oleh AKM. Murid kelas V akan mengerjakan soal sebanyak 30 sedangkan kelas VIII dan IX sebanyak 36 soal. Contoh soal dapat diakses pada laman : https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm.

Sebelum Asesmen Kompetensi Minimum ini dilaksanakan serentak akan ada uji coba melalui mekanisme simulasi. Panitia Asesmen Nasional akan menjadwal simulasi sampai beberapa kali sehingga satuan pendidikan pada akhirnya tidak akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan AKM yang sebenarnya. Bagi pemerintah simulasi ini bermanfaat untuk uji coba aplikasi serta ragam soal AKM yang nampaknya pengujian secara adaptif tidak mudah diadopsi dalam asesmen berbasis kertas dan pensil. Keberhasilan AKM tidak melalui proses drilling soal-soal kepada murid tetapi satuan pendidikan berupaya menciptakan proses pembelajaran yang mendorong terbangunnya setiap kompetensi, sikap serta karakter murid.

Instrumen Asesmen Nasional yang kedua setelah AKM adalah Survei Karakter. Jika AKM mengukur Literasi membaca dan Numerasi murid maka Survei Karakter mengukur hasil belajar emosional yang mengacu pada Profil Pelajar Pancasila yang memiliki kompetensi global dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Survei Karakter dilakukan bukan dalam bentuk tes yang harus dikerjakan siswa tetapi menjawab sejumlah pertanyaan yang sifatnya personal mengenai topik seperti beriman, bertakwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa, kebinekaan global, bergotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis. Untuk survey tersebut akan didesain alat ukur yang sulit diakali oleh siswa sehingga hasil survey dapat menggambarkan potret sesungguhnya dari karakter para siswa di sekolah dalam waktu tertentu. Meskipun demikian hasil potret ini tidak digunakan untuk menilai siswa secara individu melainkan untuk menilai sekolah dalam pengembangan karakter. Survei karakter akan diikuti oleh siswa kelas V, VIII dan IX secara acak oleh Kemendikbud.

Instumen Asesmen yang ketiga adalah Survei Lingkungan Belajar. Jika AKM dan Survei Karakter yang mengerjakan Asesmen Nasional ini untuk para murid, berberda dengan Survei Lingkungan Belajar diikuti oleh para guru dan kepala sekolah. Pengerjaan Survei Lingkungan Belajar ini tidak butuh pengawasan, hanya mengisi survei saja yang dilakukan secara daring dari mana saja, boleh dirumah asalkan ada akses internet.

Asesmen Nasional yang telah dilakukan oleh kemendikbud terhadap satuan pendidikan menjadi alat refleksi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan iklim satuan pendidikan. AKM dan Survei Karakter bagi siswa bersifat lowstake, karena mengukur kompetensi siswa secara minimum hal ini termaktub dalam laporan AKM yang memberikan potret level kompetensi murid di satuan pendidikan pada literasi dan numerasi serta survei karakter. Bagi lembaga asesmen nasional ini bersifat highstake karena menjadi tolak ukur keberhasilan satuan pendidikan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan bagi para putra-putrididiknya.

Dengan demikian Asesmen Nasional perlu kita dukung dengan mempersiapkan segala hal yang nantinya akan segera dilaksanakan. Satuan Pendidikan harus tanggap dengan segala perkembangan informasi dan kebijakan pemerintah sehingga sukses membangun perubahan paradigma evaluasi pembelajaran yang muaranya berimplikasi terhadap peningkatan kualitas dan mutu pendidikan putra bangsa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Makasih likenya teman2, Salam literasi

21 Feb
Balas



search

New Post