Setyo Budiyono

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI 2 NANGGULAN PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anggapan dari banyak siswa bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang sulit karena berisi pengetahuan yang luas dan disertai dengan banyak hitungan seperti matematika. Hal ini juga diungkapkan oleh siswa – siswa SMP Negeri 2 Nanggulan, mereka mengatakan, “IPA itu sulit karena banyak konsep yang harus dipahami, ada banyak rumus dan hitungan”. Apabila pelajaran IPA sudah dikatakan sebagai pelajaran yang sulit, maka berdampak pada hasil belajar siswa jadi menurun.

Awal pertemuan dengan para siswa (kelas baru) terlihat dari sikap siswa ketika mengikuti pelajaran IPA yang tampak “leleh luweh” (bahasa Jawa), jarang bertanya kepada guru, pasif ketika berdiskusi, tidak mau maju ke depan ketika disuruh guru, jarang mengerjakan tugas rumah tepat waktu (tidak dikerjakan), bingung ketika mendapatkan tugas praktik di laboratorium dan tidak merasa sedih saat mengetahui hasil ulangannya jelek.

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-B yang berjumlah 32 siswa karena pada mata pelajaran IPA nilainya selalu rendah. Rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII-B dapat dilihat dari hasil ulangan harian ke-1 pada materi Gaya dan ulangan harian ke-2 pada materi Hukum Newton sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Ulangan Harian dengan Metode Ceramah

No

Hasil Ulangan

Rata – rata

Ketuntasan

1

UH – 1

51,07

6,25%

2

UH – 2

54,86

0%

Data di atas menunjukkan bahwa hasil ulangan harian siswa kelas VIII-B pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi Gaya dan Hukum Newton belum mengalami ketuntasan.

Guru sebagai penanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan dituntut lebih berkompetensi dalam bidang pendidikan agar siswa dapat mencapai prestasi dan taraf kematangan yang optimal. Atas dasar inilah, guru merasa perlu untuk mencari penyebab dari permasalah tersebut. Guru melakukan introspeksi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan selama ini untuk mengetahui penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Beberapa penyebab dari permasalahan itu, yaitu : (1) guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif, (2) guru kurang menggunakan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang bervariasi, (3) guru lebih sering menggunakan metode ceramah di dalam proses pembelajaran, dan (4) siswa jarang mengulang pelajaran di rumah dan tidak mengerjakan tugas rumah sampai tuntas.

Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa (peserta didik). Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu alternatif pembelajaran bagi peserta didiknya agar dapat memahami konsep-konsep yang telah diajarkan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah menerapkan model pembelajaran yang tidak biasa kita lakukan. Menerapkan model pembelajaran Jigsaw pada kelas VIII-B untuk melihat bagaimana perkembangan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi. Penggunaan model pembelajaran Jigsaw dapat memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk saling berinteraksi, terlibat aktif dan berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-idenya. Model pembelajaran Jigsaw didalamnya terdapat beberapa metode yaitu metode diskusi, tanya jawab dan penugasan. Melalui penulisan makalah ini diharapkan dapat mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh guru terutama dalam meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VIII-B SMP Negeri 2 Nanggulan.

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu :

“Apakah Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Nanggulan pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 2 Nanggulan pada pokok bahasan usaha dan energi”.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Tumbuhnya keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA.

b. Meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

2. Bagi Guru

a. Mengetahui strategi pembelajaran yang tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran

IPA.

b. Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat di setiap materi pada pembelajaran IPA.

c. Dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat masukan yang positif guna peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

b. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada umumnya.

c. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu.

d. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Menurut H.W Fowler dalam Trianto (2010), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Kardi dan Nur dalam Trianto (2010) mengatakan bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun menurut Wahana dalam Trianto (2010), IPA adalah suatu kumpulan pengetahuaan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Dalam mempelajari IPA sebagai disiplin ilmu diperlukan langkah-langkah khusus yang biasa dikenal dengan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu metode untuk memecahkan masalah yang melalui tahap-tahap tertentu secara sistematis, antara lain : (1) merumuskan serta mendefinisikan masalah, (2) mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang ingin dipecahkan, (3) menyusun hipotesis sebagai kesimpulan sementara sebelum diuji kebenarannya, (4) melaksanakan eksperimen/percobaan untuk menguji hipotesis, (5) mengumpulkan data dari kegiatan eksperimen/percobaan yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis, (6) menarik kesimpulan sementara dari data yang diperoleh, dan (7) menguji kesimpulan dengan eksperimen/percobaan yang berulang-ulang untuk dijadikan teori. Dengan demikian masalah-masalah yang berhubungan dengan kajian IPA diperlukan adanya mekanisme kerja yang sistematis dan ilmiah, bukan mengada-ada dan bersikap subyektif. Jadi, pada hakekatnya belajar IPA adalah suatu aktivitas fisik dan mental untuk memahami hidup serta hubungan dengan lingkungan, yang menyangkut konsep, proses, berbagai prinsip serta metode.

B. Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut Slavin (2005:246), model pembelajaran Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

Menurut Sudrajat (2008:1), berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Menurut Zaini (2008:56), dijelaskan bahwa model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

Model pembelajaran Jigsaw dimulai dengan pembelajaran pada satu materi atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota kelompok memegang materi dengan topik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang materi dengan topik yang sama selanjutnya berkumpul dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk satu topik dari materi atau pokok bahasan yang mereka terima. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan topik dari materi atau pokok bahasan keahliannya kepada teman-teman dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi. Jadi, model pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran yang dapat memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, mengelola informasi yang diperolehnya, meningkatkan keterampilan berkomunikasi ketika menyampaikan pendapat atau informasi kepada kelompoknya dan bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya atas ketuntasan bagian topik dari materi atau pokok bahasan yang dipelajari, serta semua siswa dalam satu kelompok memperoleh penjelasan seluruh topik dari materi atau pokok bahasan.

1. Langkah – langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Jigsaw

Adapun langkah pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw menurut Elliot Aronson, meliputi 10 tahapan yaitu:

a. Membagi siswa ke dalam kelompok jigsaw dengan jumlah 5-6 orang.

b. Menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok sebagai pemimpin, umumnya siswa yang dewasa dalam kelompok itu.

c. Membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6 segmen. Sebagai contoh membahas tentang pencernaan pada manusia maka dibagi ke dalam segmen: mulut dan kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan gangguan pada pencernaan.

d. Menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan untuk menguasai segmen mereka sendiri.

e. Memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca secepatnya segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka terbiasa dan tidak ada waktu untuk menghafal.

f. Bentuklah kelompok ahli dengan satu orang dari masing-masing kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang memiliki segmen yang sama untuk mendiskusikan poin-poin yang utama dari segmen mereka dan berlatih presentasi kepada kelompok jigsaw mereka.

g. Setiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok jigsaw mereka.

h. Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan segmen yang dipelajarinya kepada kelompoknya, dan memberi kesempatan kepada siswasiswa yang lain untuk bertanya.

i. Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya, mengamati proses itu. Bila ada siswa yang mengganggu segera dibuat intervensi yang sesuai oleh pemimpin kelompok yang di tugaskan.

j. Pada akhir bagian beri ujian atas materi sehingga siswa tahu bahwa pada bagian ini bukan hanya game tapi benar-benar menghitung.

2. Skema Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran Jigsaw

Dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran Jigsaw memiliki kegiatan yang aktif antara siswa dan guru selama proses belajar yang dapat digambarkan dalam skema berikut ini.

Tabel 2. Skema Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran Jigsaw

No

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1

Menyiapkan materi

Persiapan di dalam kelas

2

Membentuk kelompok asal

Pembagian tugas setiap anggota untuk mengkaji materi yang berbeda

3

Mengelompokkan siswa berdasarkan tugas kajian materi

Menuju ke kelompok ahli untuk berdiskusi dengan anggota kelompok lain

4

Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok asal

Kembali ke kelompok asal

5

Mendampingi siswa pada kegiatan diskusi kelompok asal

Setiap anggota menyajikan materi yang sudah dikaji kepada anggota lain

6

Menugaskan satu kelompok asal untuk presentasi

Wakil kelompok asal maju presentasi

7

Memberikan penguatan matari dan memberi kesempatan pada siswa yang bertanya serta memberikan contoh-contoh soal

Siswa bertanya kepada guru bagian yang belum dipahami

8

Memberikan soal quis

Siswa mengerjakan soal quis

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Nana Sudjana (1988; 28), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencangkup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan.

2. Pengertian Hasil Belajar

Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa.

Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Pendapat dari Dimyati dan Mudjiono (2006) bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Sedangkan menurut Hamalik (2008) bahwa hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan demikian, hasil belajar merupakan prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang diwujudkan dalam angka-angka (skor) sebagai acuan keberhasilan dalam penguasaan suatu materi yang telah disampaikan guru, serta berdampak pada perubahan dan pembentukan tingkah laku pada siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilannya.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003:54) dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (faktor eksternal). Faktor internal berupa: (1) faktor jamaniah, misalnya kesehatan dan cacat tubuh, (2) faktor psikologis antara lain inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, serta kematangan dan kesiapan, (3) faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sedangkan faktor eksternal antara lain : (1) faktor keluarga, (2) faktor sekolah, dan (3) faktor masyarakat.

D. Kerangka Pemikiran

Pelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematis, siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip saja melainkan merupakan suatu proses penemuan, sehingga dalam mengembangkan pembelajaran IPA dikelas hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.

Pembelajaran yang banyak menggunakan metode ceramah, kenyataannya hasil belajar siswa rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata – rata ulangan harian 53 dan hasil ketuntasan belajar klasikal 0 – 6,25%. Pembelajaran tersebut berdampak pada siswa jadi kurang aktif dalam proses pembelajaran, mereka hanya mendengarkan penjelasan guru dan tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru serta kurang mampu memberikan tanggapan pada saat presentasi.

Dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar. Pada pendekatan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw siswa lebih diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok, untuk saling berpikir kemudian dibahas bersama, siswa juga diberi kesempatan untuk saling mengajarkan kepada teman lain dalam kelompoknya dan saling mentransfer ilmu pengetahuannya. Dengan demikian diduga bahwa penerapan model pembelajaran jigsaw ada pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.

BAB III. PEMBAHASAN MASALAH

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII-B yang berjumlah 32 siswa dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw. Penelitian ini melibatkan guru bidang studi IPA SMP Negeri 2 Nanggulan yang berperan sebagai peneliti yang menerapkan model pembelajaran di kelas VIII-B. Data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian yaitu berupa data hasil belajar IPA siswa yang diperoleh dari hasil ulangan harian pada materi sebelumnya dan hasil tes evaluasi di akhir kegiatan belajar pada pembelajaran dengan model Jigsaw.

Dalam penerapan model pembelajaran Jigsaw ini siswa terlibat langsung dalam mempelajari dan memahami suatu materi secara bersama-sama melalui diskusi. Dalam model Jigsaw ini siswa dibagi dalam kelompok – kelompok diskusi dengan dua tahap diskusi yaitu diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal. Pelaksanaan yang menerapkan model pembelajaran Jigsaw di kelas VIII-B dilaksanakan dalam 2 siklus.

Siklus Ke-1

1. Perencanaan

Sebelum peneliti melakukan tindakan, terlebih dahulu mempersiapkan rencana pembelajaran (RPP), menyiapkan sumber belajar (media belajar), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), dan menyiapkan lembar evaluasi (tes evaluasi). Selanjutnya, guru membentuk kelompok belajar yang beranggotakan 4 orang dan mengkondisikan agar kelompok yang sudah terbentuk tetap sama (tidak berubah). Materi yang disajikan pada siklus I yaitu bentuk – bentuk energi dan perubahannya, energi mekanik, hukum kekekalan energi, dan hukum kekekalan energi mekanik.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus ke-1, tahap pertama guru menjelaskan materi dasar pada pokok bahasan usaha dan energi. Tahap kedua siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok asal yang masing-masing berjumlah 4 orang. Tahap ketiga siswa yang memiliki nomor urut yang sama dalam tiap kelompok bergabung membentuk kelompok ahli yang membahas suatu materi yang telah ditentukan oleh guru, sehingga terbentuk 8 kelompok ahli yaitu kelompok yang membahas tentang bentuk – bentuk energi dan perubahannya, energi mekanik, hukum kekekalan energi, dan hukum kekekalan energi mekanik. Tahap keempat siswa bergabung membentuk kelompok ahli saling bekerjasama dan berdiskusi untuk membahas dan memahami materi yang telah diberikan kepada mereka. Tahap kelima setelah diskusi kelompok ahli masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya bertugas untuk menyampaikan dan mengajarkan materi yang telah mereka pelajari kepada anggota kelompok asalnya yang lain sehingga setiap anggota memahami materi pelajaran secara keseluruhan. Tahap keenam diberikan kesempatan pada tiap – tiap kelompok untuk maju presentasi di depan kelas, dan siswa lain diberi waktu untuk menanggapi atau bertanya kepada kelompok yang maju di depan. Tahap ketujuh, setelah ada 1 atau 2 kelompok yang maju ke depan, guru memberi tanggapan, penguatan materi dan contoh – contoh soal. Tahap akhir pada siklus ke-1, guru melaksanakan tes evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi – materi tersebut.

3. Pengamatan

Dari hasil pengamatan peneliti, terjadi sedikit kebingungan dari para siswa ketika masing – masing siswa telah ditetapkan materi yang akan mereka didiskusikan di kelompok ahli. Para siswa masih belum terbiasa melakukan diskusi dengan model seperti itu. Selain itu, ada beberapa siswa yang hanya bengong ketika sudah masuk dalam kelompok besar. Dikarenakan kemampuan siswa tidak sama, maka ada satu anggota kelompok yang tidak bisa menjelaskan kepada temen-temennya dalam kelompok asal. Kebetulan siswa itu siswa perempuan dan memang ada sedikit kekurangan pada siswa itu, sehingga siswa itu hanya bisa menangis ketika dapat giliran untuk menjelaskan materi yang menjadi tanggungjawabnya. Adanya masalah ketika dalam kelompok kecil itu anggotanya kurang karena tidak berangkat sekolah. Hal ini akan sedikit menghambat kegiatan diskusi dengan model pembelajaran Jigsaw.

4. Refleksi

Refleksi hasil kumpulan data yang digunakan sebagai bahan dasar untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari siklus I. Apabila di dalam pelaksanaan siklus I ada kekurangan – kekurangan, maka hasil refleksi tersebut digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus II.

Siklus Ke-2

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk merencanakan perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus ke-1 dengan melakukan persiapan, yaitu : rencana pembelajaran (RPP), menyiapkan sumber belajar (media belajar), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), dan menyiapkan lembar evaluasi (tes evaluasi).

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada siklus ke-2 sama dengan siklus ke-1. Pelaksanaan pada siklus ke-2 melanjutkan materi dari materi yang telah dibahas pada siklus ke-1, yaitu membahas tentang usaha dan satuan usaha, usaha positif, usaha negatif dan usaha nol, hubungan usaha dan energi, dan daya.

3. Pengamatan

Pada siklus ke-2 ini sudah mulai adanya perubahan, siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran karena sudah memahami tugas yang harus dilakukan pada kelompok ahli dan kelompok asal. Siswa yang di siklus ke-1 mengalami keterlambatan sudah mulai bisa menyesuaikan diri dan lebih percaya diri setelah guru memberikan motivasi. Pada kelompok yang tidak lengkap anggotanya, siswa yang mampu untuk menerima dua materi di dua kelompok ahli sudah mampu melakukannya dengan baik.

4. Refleksi

Hasil belajar siswa dari tes evaluasi pada siklus ke-2 tampak ada peningkatan dibandingkan dengan siklus ke-1. Nilai rata – rata tes evaluasi siklus ke-2 lebih besar dibandingkan dengan nilai rata – rata tes evaluasi siklus ke-1, hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.

Pembahasan Antar Siklus

Suasana kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada siklus ke-1 dan siklus ke-2 tampak sekali perbedaannya. Pada siklus ke-1 suasana kelas juga terlihat kurang kondusif, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang belum sesuai dengan rencana pembelajaran. Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok yang masih kurang, baik dalam mengajukan pertanyaan, memberikan ide dan jawaban, menghargai teman, tanggung jawab terhadap tugas dan kerjasama antara anggota kelompok.

Penerapan model pembelajaran Jigsaw pada siklus ke-2, suasana kelas dalam keadaan lebih kondusif dari pertemuan sebelumnya, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang telah sesuai dengan rencana pembelajaran, semakin banyak siswa yang aktif dalam diskusi, baik mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, lebih menghargai teman dan telah terlihat kerjasama yang cukup baik antara siswa dalam kelompoknya.

Data – data tes evaluasi sebelum dan sesudah diberi pembelajaran dengan model Jigsaw dari siswa kelas VIII-B dapat dilihat pada tabel 2 (terlampir). Data tes evaluasi pada tabel 2 tersebut memperlihatkan bahwa nilai rata – rata pada siklus ke-1 diperoleh nilai sebesar 43,59, sedangkan pada siklus ke-2 diperoleh nilai sebesar 69,38. Jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada materi sebelumnya, siklus ke-1 nilai rata – ratanya lebih rendah, hal ini dapat disebabkan materi lebih sulit atau siswa sedikit tidak konsentrasi dengan adanya pola baru dalam pembelajaran. Pada siklus ke-2 nilai rata – ratanya lebih tinggi, hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena model pembelajaran jigsaw lebih banyak menekankan kepada tanggung jawab pribadi sebagai kelompok ahli yang harus menguasai dan mengajarkan serta memberikan pemahaman materi yang telah ia pelajari kepada teman kelompoknya yang lain sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab agar setiap kelompoknya memahami materi secara keseluruhan. Dilihat dari tingkat keberhasilan siswa secara klasikal diperoleh nilai KBK < 65%, artinya keberhasilan siswa dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw pada pokok bahasan usaha dan energi secara klasikal belum berhasil. Tetapi jika dibandingkan dengan sebelumnya KBK = 6,25% dan sesudah penerapan model Jigsaw KBK = 46,88% menunjukkan adanya peningkatan.

BAB IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw terlihat dari nilai rata – rata tes evaluasi sebesar 56,48 lebih tinggi dibandingkan sebelumnya 52,96, dan terlihat dari peningkatan ketuntasan belajar klasikal 46,88% lebih tinggi dibandingkan sebelumnya 6,25%.

3. Hasil pengamatan peneliti, kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam mengikuti pelajaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

iya sama-sama mbak.... aamiin...

25 Jul
Balas

Terimakasih infonya

25 Jul
Balas

Terimakasih infonya, Pak Setyo, sangat bermanfaat sekali. Barakallah. Selamat dan sukses selalu.

25 Jul
Balas

Terimakasih... saya bisa belajar dari Bapak.

25 Jul
Balas

Bermanfaat sekali. Terima kasih ilmunya. Sudah saya follow pak. Salam kenal pak, saya dari Magelang

14 Jul
Balas



search

New Post