Dinda…dimanakah kau kau berada? Lirik lagu Katon Bagaskara mengingatkan Emak pada idenya untuk menulis fiksi yang sedang digarapnya. Ide tercecer dimana-mana. Kata “Dinda” dalam lagu tersebut diganti dengan “ide”. Jadilah lagunya curahan hati. Emak teringat Agatha Christie menyatakan ide muncul “while you’re doing the dishes”. Ketika ide menghampiri, emak berkata dalam hati “nanti saja, tunggu dulu. Pena dan kertas ada di dalam tas. Sejam lagi masih ingat kok.” Belum selesai berkutat di dapur, si bayi menangis, terbangun oleh suara-suara piring beradu saat Emak sibuk di dapur.

Sambil mengurus si bayi, ide lain datang menyusul. “Hm…bagus, nanti tinggal diketik kalau gadis kecilku ini bobok indah”, Emak tersenyum. Tidak lama kemudian datanglah saudara, rumah menjadi ramai pada akhir pekan itu. Kesibukan pun bertambah, kembali ke dapur bertempur menambah menu bagi semuanya. Anak-anak yang berbeda kesukaan, si kakak yang minta goreng ikan dan si abang yang ingin makan ayam kecap. Kemana ide? Ide lain berkunjung ke dalam benak ini ketika mengiris bawang, sewaktu menggosok spatula, saat menggoreng ikan. “Aman…nanti malam ditulis semuanya” Emak bergumam.

Jam 22. 30 WIB emak mulai menyentuh laptop. Para ide yang berkumpul di benaknya akan di atur sedemikian rupa. Tangan emak mulai menari di atas keyboard. Suara air dari sungai kecil di belakang rumah bagaikan melodi malam yang setia mendampingi Emak. Si bapak dengan dengkurannya tertidur pulas karena malam ini tidak ada Liga Indonesia atau Lega Calcio. Anak-anak Emak dan keponakan serta saudara berlayar ke pulau kapuk.

Hampir selesai dua paragraf saat terdengar suara tangisan melengking. Si bayi terdengar sedikit marah karena Emak terlambat menghampiri. Maklum saja Emak harus save as dulu ide yang tadi. Laptop kini sendiri. Menunggu. Ketika Emak tak kunjung datang, ia pun menyerah. Ia kehabisan baterai. Jam menunjukkan pukul 00. 30 WIB.

Tidak lama kemudian emak terbangun. Ingin kembali menggapai laptopnya. Ia duduk, berusaha berdiri walau lelah dan penat masih dirasakan. Laptop dihubungkan ke charger. Entah mengapa cuaca sedikit panas. Suara petir tiba-tiba menyambar. Hujan mulai turun. Tangisan si bayi yang tak ingin diduakan dengan laptop terdengar tidak sabaran. Emak kembali ke kamar, berbisik penuh kasih pada si bayi. “Ssshh don’t cry Honey, jangan menangis sayang, Emak disini. Ayo tidur lagi nak” Kemudian Emak membaca ayat-ayat pendek Al Qur’an.

Minggu pagi bagi Emak lebih sibuk dari pada hari kerja. Senin pagi sampai Sabtu pagi emak pergi mengajar. Kalau Minggu pagi emak jadi Upik Abu zaman revolusi industri 4.0. Kesibukan Minggu pagi tidak lepas dari masak-memasak, cuci-mencuci dan bersih-bersih. Kadang diiringi musik agar semangat. Gotcha. Emak memperoleh banyak ide namun tidak sempat menuliskannya. Padahal kata penulis buku favorit Emak, Dale Carnegie, ide tersebut harus ditulis. “Nanti saja. Besok saja”. Emak semakin bersemangat berperang di dapur.

Pukul 12.00 WIB selesai. Beres. Setelah makan siang, Leppy alias laptop memanggil-manggil. Tersenyum, Emak mulai menyalakan laptop. Tersenyum lagi “Nulis apa ya?” Konsentrasi Emak buyar saat anak-anak pulang dari rumah temannya. Mereka kehausan dan kelaparan. “Nanti saja” Emak sedikit khawatir. Nanti sore, nanti malam. Kapan??

Payakumbuh, Late of Februari 2019