Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
DUA LELAKI GAGAL

DUA LELAKI GAGAL

Lanjutan......

"Emak.... "

Kutempelkan pipi kiriku dengan pipi kanannya. Tak terdengar tanggapan, namun dekapannya makin memepet tubuh.

'Aku tidak menangis, Mak."

Sambil berkaca-kaca, bola mataku membulat, layaknya ketika aku kecil dulu, tetap saja tak mau mengaku.

Emak mengangguk.

Meski pun tak menoleh, namun terasa dagu Emak seperti bergerak naik turun.

Ujung jilbabnya menyeka buliran bening yang makin lebat mengguyuri wajahku.

"Aku cuma sedang menembus langit kepalaku, menguatkan sepertiga semangatku yang hilang dan menghempaskan keraguan untuk berterima dengan jalan hidup yang tak memuaskan ini."

"Emak.... sampai kapan kita menjadi sebutir debu di bebatuan, seketika hujan seketika itu hilang.

"Akan berapa lama kita akan menjadi genangan di semesta yang mungkin akan tergerus seiring waktu? Senaif ini garis tangan kita?"

Jika di depan pelangi membentang, itu mungkin sisi harap di lembaran yang lain, namun rasanya pesimis untuk seketika itu mengubah ketetapan hidup.

"Kita sedang dibantai takdir. ...Emak."

Celoteh kita hanyalah kesia-siaan yang tak akan di dengar oleh kenyataan.

Kegigihan yang rapuh dan kita hanya memahat harap di daun meranggas.

Dadaku berdengap. Bongkahan rasa yang dari tadi kutahan, tak berhasil kuhalau.

Hening.

Emak tak sedikit jua berusaha menyela.

Tangan rentanya mengurut-urut keningku yang kaku hingga diriku tenang.

*****

Travel terus kencang berjalan, aku dan Emak menjadi pelakon mengaisi jalur setapak kisah hidup kami.

Tak kumengerti apakah ini akan merapati pada perubahan besar atau kami tak lebih sekadar beralih membuat halaman cerita pilu di bumi yang lain.

Segaris tangis, tak juga kunjung berbuah bahagia, apakah ini juga akan memanen duka di bentangan mayapada yang terasa kejam mengintai dan kami sedang menuruni lembah yang ditabuh sepi di kesunyian.

Emak..

Aku mulai tak mempercayai apa yang kubayangkan. Imajinasiku genting terbingkai rasa kalah dan pandanganku seolah menyapu etalase lika-liku yang kini sedang bersusun mentertawakan.

Demi apa pun, engkaulah alasannya yang menimbangku menuruti untuk menjejakinya.

Kumohon kembalilah menjadi pelitaku. 😪😭

Bersambung ...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post