Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Episode 25. Pelangi Sunyi di Nusa Penida (Tragedi Musim Dingin Bagian 3)

Episode 25. Pelangi Sunyi di Nusa Penida (Tragedi Musim Dingin Bagian 3)

Penuturan Alice akan apa yang pernah menerpanya membuat Bli Made cukup terkesima dan cenderung kaget, namun dengan terus meredam semua yang berpendar di kepala membuatnya berupaya bersikap tenang. Sorot mata dan bahasa tubuhnya tidak membuat Alice merasa dihakimi. Dengan memasang telinga menjadi pendengar yang baik dan menyediakan ruang empati setidaknya dapat memberikan kenyamanan bagi Alice untuk menumpahkan apa yang mengganjal pikirannya.

Sungguh sangat fantastis apa yang dilakukan Alice. Latar belakang tata krama yang merupakan buah dari apa yang ditanamkan dalam kehidupan keluarga dan kebiasaan baik di negaranya tercermin dalam caranya bersikap. Berani mengatakan maaf, terima kasih dan tolong adalah karakter manusia beradab.

Setidaknya meski dari awal berkisah, berulang kali menyatakan kesiapannya menanggung apa yang menjadi konsekuensi, namun keberanian membuka tabir yang terkubur lalu mengabur mengisi hari, yang kemudian menggerogoti tubuhnya dalam trauma berkepanjangan dengan orang yang diharapkan menjadi imamnya patut diapresiasi.

Alice masih tersedu, Bli Made bungkam. Sesekali matanya menatap lawan bicara namun kemudian kembali menunduk. Mungkin jika saja sudah halal, tak hanya mendekatkan kotak tissue yang bisa dilakukan namun bagaimana menjaga hati itu untuk tak tersakiti. Jika tak ada tangan yang akan menghapus air mata setidaknya ada hati yang sedang berjuang demi menjaga untuk selalu mengulas senyuman.

Lembaran yang telah dilalui Alice memang terbuka pelan-pelan namun coretannya lebih banyak berisi catatan hitam yang kelam, bukan perkara sederhana punya nyali lebih memilih untuk menyibak ketika Bli Made justru belum memantapkan pilihan.

Bagaimana pun kemasannya setiap tindak tanduk pelaku kejahatan yang diterima korban baik dalam bentuk kontak fisik maupun non fisik yang dengan sengaja menyasar bagian sensitif yang tabu, melalui ucapan, isyarat, gerakan, colekan bahkan lebih dari itu yang kemudian menyisakan ketidaknyamanan, merasa direndahkan bahkan menimbulkan masalah fisik dan psikis, trauma adalah bentuk pelecehan.

“Bli, do you not feel regret hearing myconfression?” (Bli, Apakah kamu tidak merasa menyesal mendengar pengakuan saya?”

“One side grew a felling of pity that made me shudder, but the other side spurred my emotions up and down.” (Satu sisi tumbuh perasaan iba yang membuatku bergidik namun sisi lain emosinya cukup dibuat naik turun.) jawab Bli Made.

Langit menimpa kepala dan menghantamnya dengan sangat telak tanpa ampun. Tak pernah mengharapkan sosok yang sangat sempurna namun menyimak penuturan Alice tentu tak semua orang akan begitu legowo menerimanya begitu saja tanpa sanggahan. Sosok Bli Made yang cenderung humble dengan kepribadian yang nrimo dan realistis harusnya tak cukup kuat hanya bermodalkan cerita ini, lantas menggoyahkan pikiran, namun belum tentu dengan Meme.

Bli Made mengusap-usap keningnya. Wajahnya meredup seiring membayangnya paras Meme, rintangan yang mungkin saja menjadi batu sandungan untuknya melangkah.

Bersambung..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post