Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Penari Berdarah (Episode 1)
Galeri Pribadi

Ilusi Penari Berdarah (Episode 1)

Ningrum. Perempuan muda beranak satu tanpa suami ini melipir mendorong pagar depan. Setelah seharian kerja keras di butik milik Bu Arun, kamar kost menjadi area ternyaman untuknya melepaskan segala keletihan. Cabar hati begitu mendera dalam kubangan realita tak berterima bertemu dalam kepingan hati tersobek.

Lara menyembilu melukai menyimpan kisah, mematangkan senoktah kesumat yang kian bertumbuh.

Bagaimanapun juga, bukan tentang semesta masa lalu dengan keceriaannya, namun langkah kaki mengangkat kepala yang dihias dengan membersamai fakta menampar kepala yang tak harus ditangisi. Tempat kediaman, tetangga dan bahkan teman pun bagian dari orang-orang yang notabene adalah wajah asing yang baru saja dikenal.

Layak jika dibilang nekat, namun rasa yang tertinggal mendera membawanya membuang jauh-jauh segala kegetiran yang memojokkan.

Leyeh-leyeh sambil memejamkan netra, mengusir kantuknya hingga terlelap.

*****

Ningrum baru saja usai mandi, tetiba gawainya bergetar. Dari seberang sambungan seluler, terdengar sayup suara.

"Ya Bu, Iki Ningrum. Kula mbeksa wonten pundi?? ( Ya bu, ini Ningrum. Saya menari di mana?).

‘Dalu benjang saksampunipun Isya kula dipuntengga, nggih.," (Malam besok setelah isya ditunggu ya) menyahuti.

Beberapa kali terlihat anggukan dengan kalimat singkat-singkat mengiyakan sampai akhirnya gawai yang dipegang diletakkan begitu saja di samping meja rias. Sederet tube lipstik bergoyang roboh tersenggol tangan.

Lama Ningrum terdiam... Jemarinya gerilya di atas kalender meja, sedikit terdengar gumaman.

"Hanggara, buda, respati....?? (Selasa, Rabu, Kamis..??)

Telunjuknya berhenti di atas tulisan hari. Tubuhnya sedikit menggelinjang, nafas terengah seperti dikuasai rasa haus. "Persis.....Sukra," (tepat sekali, jumat)

"Pon, Wage.....Kliiiiiwooon."

Lesung pipit Ningrum langsung membentuk sudut. Seulas senyum dingin dari samudera kemarahan ekspresi bahasa kalbunya mengembang, lalu terbahak, kilatan mata membawa kepuasan semringah, bak berganti musim entah dorongan apa yang menguasai pikiran, hitungan detik beberapa butiran bening jatuh menggaris pipinya.

Di sudut jendela, pandangan matanya kosong, latar belakang kehidupan menguntitnya hingga kehilangan logika. Lagi-lagi tentang Andhika, trauma rudapaksa menggiringkan ke jalan yang gelap.

*****

Daraaaaah......

Diam-diam Ningrum makin rajin melakukan ritual dan selalu saja atas alasan yang tak terduga tiap kali selesai manggung akan ada ditemui korban, anehnya korban tersebut adalah lelaki.

Tumbalkah?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Episode pertama langsung meninggalkan jejak misteri lanjooot baaaang

19 Jan
Balas

Siap mbak

19 Jan

Wow...suka kisahnya...

21 Jan
Balas

Terima kasih bu

21 Jan



search

New Post