Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Penari Berdarah (Episode 12. Cerita Ningrum 3)
Galeri Pribadi

Ilusi Penari Berdarah (Episode 12. Cerita Ningrum 3)

Baru juga meragakan gerakan jinjit berdiri dengan ujung telapak kaki depan, android Ningrum bergetar beberapa kali, membawa mata berpindah melongok alat komunikasi miliknya yang tergeletak di meja, tak jauh dari tas kecil warna hitam yang selalu menemani. Kedap-kedip di layar tertulis Else memanggil.

Sejenak menghentikan latihan tari lalu mengangkat panggilan, mengambil posisi berputar menghadap pintu depan, Ningrum menjawab salam dan terlibat obrolan.

Di paras Ningrum, beberapa anak terlihat mengacungkan tangan sebagai bahasa isyarat untuk izin istirahat, duduk mengambil air minum lalu menepi di sudut panggung. Ningrum memberikan jempolnya sebagai kode menyetujui sambil terus melanjutkan percakapan di gawainya.

Sadar penerimaan yang tertangkap tidak jelas, pengaruh hingar-bingar musik pengiring tarian, membuatnya mengecilkan volume sound sistem. Sambil duduk di kursi plastik. Sesekali dia tertawa kecil menyimak suara-suara yang keluar dari ujung speaker.

Percakapannya terlihat begitu akrab diwarnai dengan canda tawa Else yang berupaya menghiburnya, sayangnya belum juga lama, pandangan kosongnya ke depan tak sengaja melihat sosok yang dari tadi memperhatikan dari kejauhan.

Buru-buru Ningrum bergerak maju beberapa langkah untuk memastikan, namun langkahnya kalah cepat dengan gerakan menghilang dari sosok yang dicurigainya. Bunyi langkah berlari mengintimidasi Ningrum.

"Mbak Else, cepat kemari, sepertinya......” kentara sekali kalau Ningrum was-was.

Dari seberang telepon, sepertinya Else menanyakan apa yang terjadi.

"Ada yang mengawasiku, Mbak." agak panik suaranya.

“Iya, Mbak. Tidak begitu jelas, karena jauh. Berkacamata hitam, memakai masker dan topi.” Ningrum memberitahukan ciri-ciri lelaki misterius yang sempat tertangkap pandangan.

“Ok, Mbak. Ningrum bubarkan dulu, anak-anak. Habis itu langsung ke kamar saja.”

Anak-anak bubar dan Ningrum mempercepat langkah.

*****

Sore menjuntai lelah, Ningrum duduk berjangkung murung di atas kursi kecil di kamarnya. Sesekali hidungnya berdengus, sisa air mata yang sempat menakutinya.

Else masuk ke kamar dan langsung memburu Ningrum untuk bercerita, memuaskan penasarannya sepanjang jalan.

“Mbak, tak mengenali siapa lelaki itu?”

“Tidak. Mbak. Namun larinya ke arah depan.” Jawaban Ningrum membuat Else terlihat heran.

“Pagar setinggi ini, Handoko kemana? Masa iya, tak terkontrol olehnya? Aneh”

“Wait….” Else bertanya sendiri menjadikannya menelepon security bertubuh besar itu. Ningrum ikut mendengarkan, setelan dibuat loudspeaker. Tak lama nada panggilan berubah dengan suara-suara menjawab. “Siap, Mbak Else……Gimana?”

“Han, kamu di pos depan?” tanya Else.

“Aku diminta Mama mengecek kamar barunya Mbak Ningrum,” jawaban Handoko.

“Sejak kapan ke sana?” timpal Else mengejar dengan pertanyaan susulan. “Setelah makan siang tadi, Mbak.”

“Trus selama itu di Pos, siapa?”

“Tadi, waktu saya pergi Mas Roni belum datang Mbak. Aku takut Mama marah kalau belum kucek.”

“Oh……jadi di depan tidak ada yang jaga?” tukas Else dengan nada meninggi. “Sepertinya tidak ada, Mbak.”

“Kamu teledor deh, kan cuma ngecek saja?” Else agak marah.

“Terus, kamu kenapa belum pulang. Ngelayap kemana kamu?” Lanjutnya.

“Sekalian mengganti lampu kamar mandi, Mbak. Terlalu gelap.”

“Sekarang masih di sana?”

“Awas aja, gak pulang cepat saya lapor, Mama.” Ancam Else.

“Iya, iya mbak. Saya pulang.” Handoko menyudahi obrolan.

Else diam, beberapa kali menghela nafas, “Giliran begini, pinter sekali ngelesnya.” Sedikit ngomel.

“Mbak, jangan kuatir ya, itu paling orang iseng saja.” Sambil menoleh ke Ningrum. Ningrum mengangguk menjawab “Aamiin.”

******

Di kamar yang baru. Malam hari, selepas maghrib Else menelpon Ningrum. “Mbak mau ikut gak”

“Kemana?” jauh enggak? Balas Ningrum.

“Apaaaa? Dukun???

Bersambung…….

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah wah.. Jadi makin penasaran.. Lanjuuut. Sukses selalu

02 Feb
Balas

Siap terima kasih

02 Feb

Ngapaiiiin? Nambah masalah ntar hehe....

02 Feb
Balas

Next ya bun..hehe

02 Feb

Cerita yg menarik

01 Feb
Balas

Terima kasih bu

02 Feb

Luar biasa Gus penuh inspirasi dan mencerahkan

01 Feb
Balas

Siap pak..terima kasih

02 Feb

Ngeri-ngeri sedap

02 Feb
Balas

Lanjut bunda

02 Feb

Ngapain ke dukun? Hehheh

02 Feb
Balas

Next ya mas..hehe

02 Feb

Mau tanya apa ya ke dukun, kan mending tanya aku, he he he...maaf kepo nih

02 Feb
Balas

Lanjut bunda..next

02 Feb

Buat apa ke dukun?

01 Feb
Balas

Next bunda ya..hehe

02 Feb

Duh ya Else sudah mulai main dukun nih hehehe next bang

01 Feb
Balas

Siap.mbak..next

02 Feb

Wah main dukun ni pak... hehehe

17 Feb
Balas

Waduhhh...makin seru ini. Lanjuuttt, nang!

02 Feb
Balas

Lanjut oma

02 Feb

Masih Teka teki kehadiran laki-laki yang bikin was was...siapa dia..Keren Bang,.sukses selalu

01 Feb
Balas

Siap bunda..next

02 Feb

Makin seru dengan hadirnya dukun. Dukun atau paranormal? Salam sukses, Bapak.

01 Feb
Balas

Siap.dilanjut bu

02 Feb

Mau ke dukun? Kaget juga sama seperti ningrum (asyik baca cerita ini)

02 Feb
Balas

Next bun...

02 Feb

Apa lagi ini..mau main dukun. He..he. lanjut Pak.

01 Feb
Balas

Siap bunda

02 Feb



search

New Post