Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Penari Berdarah (Episode 18. Jalan lain Ningrum 3)

Ilusi Penari Berdarah (Episode 18. Jalan lain Ningrum 3)

Di depan pintu yang bergembok besar, seorang sipir berpakaian seragam lengkap membukakan terali tinggi. Nampak perempuan paruh baya berdiri menunggu dengan baju muslimnya. Satu tangan memegang tas hitam besar dan tangan kirinya beberapa kali tertangkap netra mengelap lubang hidungnya dengan tissue.

Gurat-gurat tua termakan usia sudah mulai melapisi wajah, namun di balik jilbab panjang yang telah membawanya hijrah, masih tergambar jelas di usia muda perempuan ini tentu sangat cantik. Di sebelahnya dengan gagah anak muda berparas ganteng, seumuran SMA menggamit tangannya dengan kuat.

Senada dengan takdir, warna gelap busana yang membalut tubuh perempuan itu seperti berbicara, sebuah catatan sangat panjang di belakang hari sebelum hari ini yang menorehkan banyak kisah, mengisyaratkan pernah singgah kepiluan yang menyesak kalbu, memasok banyak kedukaan yang meredupkan garis tangannya. Pernah berada di posisi paling bawah dengan taruhan harga diri yang terasa terinjak-injak.

Sedikit mendekatkan badan, beberapa kali tangisnya pecah memuntahkan isi lautan lara dari sembiluan yang telah lama menjuntai dengan sejuta nestapa. Menciumi tubuh lelaki berperawakan sedang yang tegak di dekatnya, dibalas dengan dekapan yang begitu hangat

Membentang bahu, melepas rindu akan waktu yang dengan kejam menghabisi kasih sayang yang mestinya menyentuh hari, gempita rasa melebam menyapu air mata yang bercucuran sangat deras menggarisi tanah, nyaris tak menyisakan semangatnya.

Ada sunyi yang telah tergadai lama, memapah lengang, menerbangkan mimpi-mimpi yang kemudian meruah memenuhi hari-hari tanpa bayangan yang dilaluinya sendiri. Pagi di matanya adalah kesedihan, senja di hatinya adalah gelap yang melingkupi perjalanan kisahnya.

Meskipun garis nasib membuat hidupnya kelam tertampar kenyataan, namun dengan langkah pasti, keduanya berjalan beriringan meninggalkan lembaga pemasyarakatan.

Meninggalkan genangan perih sisa-sisa luka yang pernah mendera, membuang semua kemarahan yang pernah meletup-letup di tengah Ilusi ketakutan, membasuh permadani sanubari yang terlanjur membuatnya memercikkan noda darah. Hari ini dengan penuh harap berjuang merekatkan puing-puing berkeping yang telah tersobek untuk melangkah pasti di lembaran yang akan ditulisi dengan menggenggam kenyataan.

Berlabuhnya semesta kebebasan, setelah Ningrum mempertanggungjawabkan kisah penuh dramatis yang membawanya terpenjara. Sekelumit pergolakan mengaduk rasa dari kesumat seorang penari berdarah.

Langit mengalihkan kisah, ilusi yang sering menghantuinya itu terbenam dalam gigitan awan hitam yang telah menjauh. Melambaikan tangan dengan ucapan lirih

“Selamat jalan Bu Ningrum, jaga ibumu Abinaya.”

****** Tamat *******

*****

Catatan singkat:

Tanpa bermaksud mendramatisir, begitulah kasus rudapaksa yang meninggalkan trauma, sakit hati dan rasa malu para penyintas. Bukan perkara mudah ketika harus memutar harapan, dilecehkan dengan ketidakperawanan statusnya ketika kesucian direnggut dengan paksa

Fenomena tak tersorot kamera ini, menjadi sisi kelam yang masih banyak mendera, acap kali memposisikan perempuan berada di jejak tawar yang lemah, tak ada kekuatan untuk melawan, bahkan tak kuasa menceritakan kembali.

Dapat saja perempuan melawan, memperjuangkan harga dirinya, namun tak sedikit yang memilih bungkam dan menelan pil pahit dari kejamnya hidup. Ningrum menjadi contoh miniatur kehidupan yang tak berpihak.

Penanganan yang tepat akan memulihkan harapan, termasuk bagaimana penerimaan lingkungan. Semoga menjadi kontribusi positif bagi perlindungan perempuan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap abangku.. Sukses selalu

07 Feb
Balas

Mksh ya..aamiin

13 Feb

Satu kisah dari sekian banyak kenyataan kelam di luar sana. Makasih ceritanya, Pak.

08 Feb
Balas

Sama sama

13 Feb

Mantap ulasannya keren

07 Feb
Balas

Terima kasih bu

07 Feb

Kisahnya lompat ya Mas?

07 Feb
Balas

Iya..hehe

13 Feb

Duh, kok kayak nya saya ada yang tertinggal episode nya ya

08 Feb
Balas

Iya bu..Kisah kleniknya gak saya masukkan

13 Feb

Ayo dilanjutkan pak, ceritanya keren

07 Feb
Balas

Siap bu, versi cetak ya

13 Feb

Kisah Ningrum yang begitu menyedihkan, mungkin ada yang lebih buruk nasibnya dari Ningrum di luar sana.Cerita yang luar biasa bang, tapi sayang kenapa ceritanya dipersingkat ya?, pembaca belum puas mengikuti alur ceritanya hehe.

07 Feb
Balas

Biar penasaran di versi cetak mbak...hehe

07 Feb

Ya Allah....Akhirnya Ningrum terbalaskan sakit hatinya. Mantab pak..Akhirnya habis ku baca

17 Feb
Balas

Aduhhh...kok berakhir to nang? Masih pengin diperpanjang crt nya lho...he he. Dtggu crt berikutnya, nang.

07 Feb
Balas

Versi cetak ya oma..hehe

13 Feb

Waduh...tamat...lagi enak'...nyimak...dah nnt buku aslinya dech...sukses

07 Feb
Balas

Siap..next versi cetak

13 Feb

Kisah yang mengharukan. Di sana banyak yang mungkin lebih parah dari Ningrum. Kok saya baper, yaa....sayang sudah tamat. Ditunggu kisah lainnya. Salam sukses,Bapak.

08 Feb
Balas

Mksh bu..salam

13 Feb

Lho kok sudah tamat, ternyata

07 Feb
Balas

Iya bu

13 Feb

Ceritanya bikin penasaran.. seperti lagi sayang-sayangnya terus ditinggal. Semoga sukses selalu Pak.

07 Feb
Balas

Hehehe...next versi cetak aja bu..

13 Feb



search

New Post